Pelajaran PAI.
Elina menyerahkan naskah lewat Budi karena Budi yang mencetak naskah itu ke kertas. Setelah menyerahkan naskah, Budi menyampaikan pesan dari Elina pada Sidin.
"Selain latihan drama, setiap kelompok juga dapat tugas membuat kaligrafi. Plis dah Sidin, jangan mengelak dari tugas lagi. Kasihan Elina kalau dia harus mengerjakan yang bukan jadi tugasnya. Jadi begini, Sidin. Berhubung peranmu jadi Panglima Ali yang tidak banyak ngomong, Elina menyerahkan tugas kaligrafi ini padamu, satu-satunya di kelompok kita. Kau harus bisa, katanya,"
Sidin menarik nafas dalam-dalam, menghelanya perlahan. "Pas betul dengan namaku Ali Rasidin? Baiklah, kalau begitu beri aku karton dan krayon,"
"Sekalian ini modelnya," Budi menunjukkan sebuah screenshot di hp nya pada Sidin.
Sidin meraih alat tulis, menyalin kaligrafi. Pensil, pena, krayon ditorehkan di atas karton.
Tugas selesai, Sidin mengelap keringat di dahi pakai tangan kiri. "Fiuh, ternyata bagus juga. Siapa sangka, aku pandai membuat kaligrafi. Tidak salah Elina memberiku tugas satu ini. Siapa tahu juga aku pandai menggambar. Tidak ada salahnya mencoba kan?"
Berhubung masih ada sisa waku pelajaran PAI sebelum bel pulang berbunyi, Sidin mengeluarkan buku tulis yang sudah beberapa hari tidak pernah dibukanya.
Dari meja baris belakang, seseorang tersenyum pada Sidin.
Rina.
Tanpa pikir panjang Sidin menggambar bebas. Pemandangan. Bosan menggambar pemandangan, Sidin mencoba menggambar wajah. Dan hasilnya...
Cepat-cepat Sidin menghapus gambar itu.
"Bagus betul," katanya.
Padahal sebaliknya.
Sidin tidak punya pengalaman menggambar wajah.
Setelah berulang kali menghapus sebagian gambar, akhirnya jadilah wajah seseorang. Perempuan.
"Siapa dia?" Rina bertanya dari belakang.
"Chaira," jawab Sidin.
"Tidak pernah dengar, tokoh ceritamu ya?" Rina menebak.
Sidin mengangguk. "Dia tinggal di Distrik Tambora, barat ibu kota. Perantau asal Tasikmalaya. Ironisnya, dia mati dibunuh,"
Nafas Rina tersekat. Ia ingat berita dua tahun lalu, kasus pembunuhan di Jembatan Kali Angke. "Detektif Ichsan terlibat kasus itu?"
"Mungkin?" Sidin angkat bahu.
Bel berdering.
Pulang!
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Ichsan 4 : The Dimension Portal.
Mystery / ThrillerSerikat Jaringan sudah tahu kelemahan Sidin. Sidin terpisah dari Elina dan Detektif Ichsan. Anton memasuki dunia transportasi Distrik Panongan. Bagaimana Sidin memanggil mereka dari dimensi lain?