26 - Problem

1K 173 39
                                    


***

Kim Yera.

"Bu, aku tak akan ikut denganmu. " Ucapanku itu membuat ibukku menghentikan aktivitasnya.

"Kau akan ikut Ayah? Kau dan Youngbin adalah anak Ibu! "

Aku menarik napas dalam. "Bu, tidakkah Ibu sadar? Sedari aku kecil aku sudah di tinggal kalian berdua, bahkan jika harus memilih berpisah aku tak akan ikut keduanya. Aku ingin tinggal di Seoul! "

"Lalu? Siapa yang akan menghidupimu, kau masih harus sekolah. Di Amerika Ibu akan membiayaimu di sekolah terkenal yang lebih bagus dari Seoul." Aku tak percaya dengan kata-katanya sama sekali, tega sekali dia berkata seperti itu padaku.

"Begitukah? Lalu aku harus memulai semuanya dari awal? Ibu bahkan tak tahu apa yang selama ini telah aku lalui, bahkan aku tak punya teman, hidupku menyendiri dan menyedihkan!" Tanpa banyak bicara aku berlari keluar rumah tak perduli ibukku yang terus memanggil.

Aku membanting pintu dengan keras dan berlari keluar pagar, udara dingin menerpa kulit kakiku yang telanjang.

Lariku kian melambat dan aku berhenti di dekat halte, aku terjatuh memeluk lututku air mataku jatuh untuk kesekian kali.

Kepalaku terisi oleh banyak hal, aku memikirkan bagaimana jadinya hidupku disana. Dan aku memikirkan ucapan Taeyang tadi siang.

Aku menengadah pada langit malam yang gelap ada sedikit kilat disana prediksiku akan turun hujan malam ini, sialnya aku tak membawa apapun bahkan aku memakai celana pendek.

Sebagian orang menatapku iba, tentu saja aku terlihat berantakan sekali saat ini.

Aku segera berdiri dan melangkah menjauh dari halte, aku terus berjalan hingga berhenti di depan mini market. Aku duduk diluar, aku menjadi iba pada diriku sendiri.

Bisa bayangkan? Aku tak punya teman sama sekali, bahkan kakekku si pemilik sekolah itu tampak tak menyayangi cucunya dan Youngbin jauh di Daegu.

Aku bingung harus pergi ke siapa jika seperti ini, orang tuaku bercerai dan aku di paksa meninggalkan tempat kelahiranku.

Untuk ke sekian kalinya aku kembali menghela napas berat, aku tak membawa ponsel maupun sepeser uang.

Matilah kau Kim!

"Yera? "

"Oh! Rowoon" Aku langsung berdiri di hadapannya, dia memegang cup ramen di tangannya.

Dia menatapku khawatir, sedangkan aku mulai menangis menatapnya.

"Heiㅡhei! Ada apa denganmu? " Rowoon menaruh cup ramen nya di meja, dan dia menarikku kembali terduduk.

Tangannya menggapai wajahku dan menghapus jejak air mata di pipiku. "Ceritakan padaku kenapaㅡOke? "

Aku hanya menggeleng dan tangisanku semakin pecah saat mendengar suara lembutnya dan tatapan hangatnya yang mencoba menenangkanku.

Dia tampak semakin khawatir, tanpa kusadari tangannya sudah menarikku kedalam pelukannya. Tangisanku kembali pecah.

Beberapa menit kemudian dia menjauhkanku dari pelukannya "Sekarang, minumlah dulu" Dia membuka botol minuman yang tadi dia beli dan menyerahkannya padaku.

Aku langsung meminumnya.

"Rowoon. " Cicitku hampir tak terdengar karena suara yang serak.

"Hm? "

"Aku tak ingin pergi. "

Dia tampak bingung dan berpikir sejenak "Apa maksudmu? "

Aku kembali menangis kecil dan menunduk "Aku tak ingin pergi. "

RUMOR SCHOOL SF9 ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang