Setelah beberapa hari yang lalu mata gue ini gak sengaja liat dia, gue semakin kesini semakin takut. Ingatan waktu SMA dulu, ingatan gimana parahnya dia nyiksa gue karena gak terima dengan kematian Deva.
Gue bahkan sebelumnya gak kenal sama dia, tapi karena wajahnya.. gue jadi bisa pastiin kalau dia itu saudaranya Deva.
"DEVA!!"
"Slow girl.. whats wrong?" Cengiran Deva membuat gue natap dia jengah.
"Gue mau mulai sekarang lo tegasin sama Tika kalau lo itu gak ada rasa sama dia, lo emang brengsek tapi jangan jadi lebih brengsek dari ini Dev. Lo tau? Tika sampai hamil dan ngebuang anaknya itu karena siapa? Karena lo!!"
"Udahlah! Itu bukan urusan lo Ayu. Salahnya si Tika kenapa dia jadi cewek bego bener".
Gue gak tau kenapa Deva bisa dengan gampangnya ngomong kek gitu sedangkan Tika hampir depresi karena dia.
"Dia ngebuang bayinya Deva! Itu anak lo berdua!!"
"Dia yang bego karena gak pake pengaman. Udahlah males gue ngomongin dia, gue mau balapan abis ini, lo ikut?"
Gue cuman bisa geleng-geleng dengan tingkah Deva. Kok bisa ada manusia tanpa hati kek gini.
"Sebaiknya lo hibur Tika,Dev. Dia butuh lo. Racing kali ini biar gue yang turun"
"Wooo enak aja lo! Gak mau lah gue, udah gue nanti-natiin nih race dari dulu. Sekalinya jadi masa gue gak ikut"
Gue mandangin semua orang yang ada dia area balapan ini. Banyak mobil yang berdatangan dan penonton juga tambah banyak. Padahal ini balap liar yang biasanya rutin diadain senior-senior yang udah tamat.
"Rambut lo bagus, kemarin abu-abu sekarang biru? Kenapa gak sekalian warna pelangi aja?" Ejek Deva, dan gue cuman mutar bola mata doang. Mau-mau gue lah mau warnain rambut kayak apa.
"Temen-temen lo gak ikut? Tumben Yu"
"Gak, udah insaf mereka"
"Lo belum?"
"Nunggu lo mati dulu deh, baru gue insaf"
"Berarti kalau gue mati ntar, lo baru mau insaf? Bagus deh, pake hijab keknya muka lo tambah cantik"
"Deva gue serius tentang lo mendingan gak ikut race kali ini. Gue punya firasat buruk"
Bukannya denger gue dia malah ngetawain gue sampe nangis-nangis lagi. Emang lucu banget?
"Lo lucu ya Yu. Makasih loh ya, lo satu-satunya sohib gue yang takut kalau gue mati"
"Somplak!! Gue beneran!!"
Gak tau kenapa mata gue berkaca-kaca. Mungkin gue cuman masih kebawa suasana mimpi semalem.
"Gue mimpi mobil lo rem-nya blong"
"Wihhh kok bisa?"
"Deva Pangestu!!"
"Iya Ayunda Yunica"
"Gue serius!!! Gue gak mau lo mati Dev.."
"Eh kok malah nangis. Udah cup-cup. Anaknya mang ucup".Deva meluk gue dan itu bukannya buat gue tenang
"Lo sohib gue yang paling pengertian Yu. Jangan hidup kayak gue, kalau gue beneran mati lo harus insaf kek temen-temen lo". Dan perkataan Deva sukses buat gue tambah nangis. Seakan-akan dia emang bakalan pergi dan itu membuat gue semakin takut
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecturer vs Me |Campus #1| COMPLETED
Chick-Lit[COMPLETED]Berawal dari paksaan menjadi kebiasaan. Geraldo benar-benar memberi hukuman pada mahasiswi bandelnya yang lagi-lagi berbicara tidak sopan. Kumur air garam satu bungkus. Ayunda Yunica, mahasiswi korban garam satu bungkus. Gadis berhijab na...