Nomer 29. Sidang

13.6K 1.3K 26
                                    

Brakk....

Ayu terkejut saat melihat banyaknya foto Pa-ger dan dirinya berserakan di meja ruang keluarga.

Didepannya ada Eyang, Bude Lian dan juga Pakde. Sedangkan di samping mereka ada mami dan juga Papi. Ayu benar-benar lelah, belum juga hilang rasa sakit di sekucur badannya ia harus dihadapkan lagi dengan permasalahan hati.

Bude Lian sudah sangat keterlaluan kali ini. Ayu merasa jika Bude-nya yang satu ini punya dendam pribadi kepadanya. Bagaimana mungkin ia bilang ke eyang kalau dia sudah menggoda calon suami mbak Dewi?

"Ayu emang suka sama Mas Gerald"

Satu kalimat yang dibarengi intonasi yang tenang itu tidak juga membuat Bude Lian yang sedang tersulut emosi menjadi tenang. Karena ucapan Ayu yang singkat dan tenang itu mengandung makna yang begitu jelas bagi mereka yang mendengar.

"Kamu!! Bagaimana mungkin kamu suka sama Calonnya mbak-mu hah?! Kamu mau berubah jadi wanita penggoda?"

Ayu menggertakan giginya menahan amarah. Dia tidak akan meledakan emosinya sekarang. Tidak didepan Eyang lebih tepatnya.

"Jaga ucapanmu!. Jangan pernah kamu membentaknya seperti itu!. Dan jangan pernah mencapnya dengan sebutan wanita penggoda! Sebaiknya kamu pulang saja Lian!"

Bram, Papi Ayu yang baru saja pulang dari kantor terlihat lelah. Namun bukan ketenangan yang ia dapatkan ketika kembali kerumah. Melainkan kunjungan dadakan dari sang mertua dan juga saudara ipar-nya.

Ketika mengetahui induk permasalahan yang membuat istri saudra iparnya terus-terusan mengoceh dan menghina putri semata wayangnya membuat ia jadi geram. Namun istrinya meminta untuk bersabar hingga kedatangan Ayu kerumah untuk memberikan penjelasan.

"Jaga omonganmu Bram. Lian itu istri kakak iparmu"

Ayu menghembuskan nafas lelah, kalau sudah begini pasti Papinya dan juga Eyang akan terlibat adu mulut. Karena Ayu tahu, sesalah-salahnya Bude Lian dan Mbak Dewi dimata Eyang itu akan tetap benar. Apa lagi disini Ayu yang disidang, sudah pasti Eyang akan menjelek-jelekan Papi.

"Ayunda, kamu beneran pacaran sama calonnya mbak mu?"

"Gak. Ayu gak pacaran"

"Terus kenapa banyak foto kamu sama dia? Mbak mu ini diem bukan berarti gak marah loh ya, emang kamu mau kalau calon suami kamu nanti jalan sama sepupu kamu sendiri? Mau?

Dan kamu Bram, seharusnya kamu tuh jangan suka keluyuran gak jelas keluar kota. Urusin ini anakmu!"

Brakkk....

Gebrakan meja itu membuat semua orang kaget. Dan Ayu bisa lihat Papinya tengah marah besar. Hal itu wajar, siapa yang tidak marah saat dirinya dikatakan keluyuran padahal jelas-jelas dia banting tulang dikota orang buat cari uang demi keluarganya.

"Eyang..."

Ayu menarik napas pelan sebelum akhirnya memberi tatapan tajam pada mereka, Mbak Dewi dan orang tuanya serta Eyang.

"Ayu tahu kalau Eyang gak pernah setuju dengan pernikahan mami sama Papi. Tapi itu udah dua puluh tahun yang lalu. Tolong Eyang hargai Papi karena Ayu sendiri yang liat gimana Papi sibuknya cari uang!

"Dan untuk kalian....". Ayu membuang semua sopan santun itu jika perlu. Tidak peduli jika Papinya dan dia akan semakin dijelekkan lagi. Toh pada akhirnya mereka itu tidak akan bersikap baik pada ia dan papinya.

"Perjodohan yang kalian maksud, apa calonnya sudah menyetujui? Karena terakhir yang Ayu dengar, Mas Gerald..."

"Saya menolak"

Lecturer vs Me |Campus #1| COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang