Nomer 23. Reality

14.6K 1.4K 17
                                    

Happy Reading
.
Typo
Bahasa jawanya awut-awutan
.
.
Bangun shalat oy!!
Habis itu pencet bintangnya
Komennya jangan di lupa
.
.
.

"Menurut kamu mana yang bagus Yu? Mbak mu ini sibuk sekali. Mau nikah kok gak mau repot, piye to ki bocah (bagaimana sih anak ini)"

Bude Lian sibuk memilih undangan pernikahan yang berhamburan dimeja ruang tamunya. Mami cuma diam aja sama seperti yang saat ini gue lakuin.
Semakin hari semakin gue bingung dengan perasaan gue.

Sakit kalau bude Lian terus-terusan ngomongin pernikahan antara Mbak Dewi sama Pa-ger. Sakit waktu gue kembali ingat Pa-ger yang nawarin komitmen beberapa hari yang lalu.

"Kamu kayaknya deket ya sama calonnya mbak-mu. Dewi bilang dosenmu itu sampai pernah makan siang dirumahmu. Opo bener Rum (apa betul Rum)?"

Mami dan gue saling pandang sebelum akhirnya Mami mengakhiri aksi pandang-pandang kami waktu Bude Lian mengangkat kepalanya

"Nggih Mbak"

Dua kata dari Mami tapi itu sukses ngebuat Bude Lian membanting contoh undangan yang dia pegang kemeja dengan cukuo keras.

"Aku orak gelem loh Rum ne' Pras malah seneng karo Ayu. Pras kuwi koncone Dewi, Pras tresno karo Dewi, Dewi yo tentu tresno karo Pras. Ojo mbok ganggu (saya tidak mau loh Rum kalau Pras malah suka sama Ayu. Pras itu temannya Dewi, Pras cinta sama Dewi, Dewi ya tentu cinta sama Pras. Jangan kamu ganggu )"

Kenapa gue? Kenapa Bude Lian seolah-olah mewanti-wanti gue buat gak rebut Pa-ger dari Mbak Dewi? Atau mungkin Bude Lian denger apa yang dibilang Pa-ger waktu dirumah sakit?

"Mbak, sudah siapkan undangan seperti ini apa sudah ada kesepakatan dari pihak prianya?"

"Halah ndak usah dipikirkan kalau yang itu. Bapaknya Pras itu temennya Mas-mu, waktu anak-anak masih kecil kita sudah ada rencana buat nikahin mereka berdua. Syukur sekarang bisa terwujud"

Deg...

Jadi mereka berdua udah dijodohin? Maksudnya Bude kayak gitu kan?

"Anak-anak tau rencana kalian?"

"Seharusnya tau. Bapaknya Pras sama Mas-mu pernah nyinggung masalah ini waktu makan malam di rumahnya Pras. Mereka masih SMA waktu itu, Pras malah seneng banget waktu itu. Hahaha masih anak-anak aja udah setuju, apalagi ini mereka sudah dewasa"

Dan... dan kenapa seorang Prasetyo Geraldo Adams berani-beraninya menawarkan komitmen saat dia bahkan udah tau kalau dia akhirnya bakalan nikah sama Mbak Dewi?! Kenapa? Kenapa disaat gue udah yakin kalau gue juga suka sama dia kenyataan ini baru kebuka.

Kenapa gak dari dulunya?

"Saya rasa kamu tidak lupa dengan ucapan saya waktu itu Ayunda Yunica"

Saat ini gue ada di salah satu restoran yang ada di Mall paling terkenal ini. Setelah tadi habis Party semua temen-temen udah balik deluan, motor gue dibawa Dimas buat jalan-jalan dan berakhir gue yang harus mesan Grab yang mungkin aja tersesat karena udah setengah jam gak ada tanda-tanda nongol.

Gue sama sekali gak berharap tatap muka sama dosen tertampan dikampus gue ini. Gue belum bisa nerima keadaan ini, keadaan dimana gue harus cabut paksa perasaan gue buat dia yang baru aja tumbuh subur. Gue harus cabut sampai keakarnya supaya dimasa mendatang perasaan ini gak bakalan bisa tumbuh bersemi kembali yang bakalan nyusahin hati gue.

Lecturer vs Me |Campus #1| COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang