48 | O S B

15.5K 1.4K 244
                                    

"Ini rumahnya?" Citra keluar dari mobil sembari melihat sekeliling.

"Iya, jemput sana. Kita berdua tunggu di sini." Kevan menghendikkan dagunya. Ia melipat kedua tangannya dan diletakan di atas setir, menjadikannya sebagai tumpuan dagunya.

"Hooh, cepetan. Gue udah nggak sabar nih mau liburan." Tristan menyugar rambutnya. Ia juga ikut memperhatikan kondisi rumah Fely. "Kok sepi ya."

"Berarti nggak rame." Kevan berceletuk.

Tristan menyerongkan tubuhnya. "Lo lucu juga ternyata. Tapi masih lucuan gue."

"Serah lo lah, serah." Kevan menyerah, dia tidak mau hari baiknya langsung hancur karena tingkah Tristan. "Cit, masuk sono, malah diem di situ."

"Tapi, beneran sepi." Citra menunjuk pintu rumah Fely sembari menoleh ke arah dua orang yang masih senantiasa di mobil.

"Ketuk aja dulu pintunya." Kanaya yang berdiri di samping Citra bersuara. Ia menepuk pundak Citra, mengajak gadis itu untuk maju. Citra mengikutinya, keduanya jalan beriringan. "Emang sepi kayak gini ya?"

"Nggak tahu gue. Ini kali pertama gue ke sini."

Kanaya menoleh, ada kernyitan yang tercetak di dahinya. "Kali pertama?"

"Iya. Awalnya gue nggak deket sih sama dia. Gue gimana ya ... rada males gitu sama si Fely. Cewek macam Fely itu yang gue nggak suka. Tapi, lama kelamaan gue malah kasian. Jadi yah ... you know what i mean."

"Ah." Kanaya mengangguk berulang kali. Dia paham maksud Citra. Ada beberapa orang yang tidak ingin berteman dengan seseorang yang menurutnya merepotkan, dan memilih untuk berteman dengan seseorang yang mempunyai cara berpikir yang sama. Agar mempermudah kehidupan mereka.

Kanaya mengangkat tangannya. "Fel— hai Fel." Sapanya riang. Ia menurunkan tangannya. Tepat ketika buku-buku jemarinya hampir menyentuh pintu, pintu itu terbuka.

Fely mengerjap, terlihat iris matanya sedikit melebar, kaget. Ada jeda di antara mereka, sebelum akhirnya senyum tipis mencul di wajahnya. "Hai, udah lama ya nunggu, maaf. Gue harus beres-beres dulu," katanya sambil menunjuk ke arah dalam.

"Nggak, baru nyampe kok. Berangkat sekarang?"

"Tapi," Kedua iris mata Fely menatap Citra dan Kanaya ragu. "Gue nggak apa-apa kan?"

"Berhenti bicara yang nggak penting." Citra menarik tangan Fely. "Lets go holiday!" serunya dengan senyuman lebar.

"Tapi itu gue belum kunci rumah."

"Kuncilah kunci."

Fely memutar tubuhnya lalu mengunci rumah dengan cepat. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, dia kembali berbalik. Citra dan Kanaya langsung menarik Fely untuk menghampiri Kevan dan Tristan.

"Oi Fel. Udah siap liburan? Gue udah siap."

"Si bego, lo nanya siapa sih sebenarnya?" Kevan membuka mobil setelah menekan tombol pembuka bagasi. Ia memutari mobil dan langsung menyentuh tas Fely.

"Eh gue, bawa sendiri."

"Taruh di belakang Fel. Sama barang yang lain." Kevan menjelaskan, dan Fely langsung melepaskan tasnya perlahan. "Ada yang ketinggalan nggak?"

"Gue boleh pergi bentar nggak? Ada yang harus gue titipin."

"Tentu. Kita tunggu sini."

Our Story BeginsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang