"Akan ada masanya, seseorang yang mulanya tidak mengingkan sesuatu akan mulai mengingkannya. Melakukan segala hal untuk mendapatkannya.
Seperti aku, yang kini menginkanmu."
Kehilangan, salah satu hal yang biasa timbul dari datangnya penyeselan. Menampar seseorang hingga ia merasa terpuruk, membiarkan hatinya seolah tercengkram dengan kuat, membiarkan oksigen hilang dari peredaran tubuhnya. Termasuk seseorang yang kini tengah terdiam sembari memegang minuman kaleng. Keramaian yang ada sama sekali tidak menarik perhatiannya, seolah dia hanyalah keramaian itu terjadi di dunia yang berbeda.
Aska meremas kembali rambutnya, hal yang sudah dia lakukan berulang kali di tempatnya saat ini. Di atas motor, dengan pikiran yang rumit.
"Aska," panggil Ileana manja. Gadis itu kali ini menggunakan rok pendek, dengan tangtop yang menyelimuti bagian atas tubuhnya.
Aska meliriknya, ya hanya melirik tanpa membalas panggilan Ileana. Ia sudah jengah. Memilih untuk meneguk minumannya dibandingkan harus menyahuti Ileana. Semakin ke sini, hubungan yang dia sedang jalin dengan Jasmine hambar. Tidak ada ketertarikan seperti awalnya, tidak ada rasa lagi untuk gadis yang kini bergalunyut di lengannya.
Merasa tidak diperhatikan, Ileana menyentuh wajah Aska dengan kedua tangannya dan mengarahkan ke wajahnya. Bibirnya ia tekuk. "Kamu kenapa? Masih bad mood?" Ileana memajukan wajahnya hendak mencium, belum sempat menyentuh bibir Aska, cowok itu terlebih dulu menghindar.
"Nggak, biasa aja." Aska menarik tangan Ileana dari wajahnya dan kembali membuang muka. Dia memilih untuk menatap ke arah motor yang kini berjejer di hadapannya, dibandingkan melihat ke arah Ileana.
"Kamu kenapa sih?! Kalau nggak ada apa-apa, kamu nggak kayak gini."
"Lean, jangan berlebihan. Aku nggak apa-apa."
Tak terima, Ileana langsung melepaskan rangkulannya dan berdiri di hadapan Aska, menarik perhatian cowok itu. Mau tak mau, Aska mengangkat pandangannya pada Ileana. Ia mengernyitkan dahi.
"Kenapa?" Aska masih bersikap tenang di antara kejenuhannya.
"Kamu yang kenapa?! Akhir-akhir ini kamu selalu ngacuhin aku!? Kenapa? Kamu mulai bosan?! Aku salah apa sama kamu!"
"Lean, berhenti bersikap kayak anak kecil." Aska menoleh ke samping, dan mengangkat tangannya yang memegang kaleng ketika melihat temannya.
"Anak kecil? Kamu bilang aku kayak anak kecil?!" Ileana memekik, bersatu dengan suara lagu yang ada. Egonya terluka. "Kamu nggak pernah bilang aku kayak gini sebelumnya!"
"Jangan membesarkan masalah kecil, Lean." Aska mendorong pelan tubuh Ileana, dan melemparkan kaleng yang dia pegang ke tanah. Dia memasukan kedua tangannya di sakunya dan bergabung dengan teman-temannya.
Aska memilih untuk ikut balapan malam ini, berharap dengan cara itu dia bisa menguraikan kerumitan yang ada di kepalanya saat ini. Sebenarnya dia ingin diam saja, namun Ileana semakin membuat emosinya mulai tak terkendali.
"Aska!" Ileana mendekat dengan kemarahan yang jelas. Ia menarik lengan Aska ketika sudah berada di dekat cowok itu. "Kamu berubah kayak gini karena si cewek bego kan?! Iya kan!?" Aska menatap tajam ke arah Ileana, dan gadis itu menyeringai puas. Ileana bersidekap. "Bilang, Aska! Jangan bilang kamu berubah karena si miskin itu?! Karena masalah beberapa hari itu!
"Kalau iya kenapa?" Aska akhirnya berbalik sepenuhnya menghadap ke arah Ileana. Ekspresinya berubah datar, dan itu memancing kemarahan Ileana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story Begins
Genç KurguBagaimana rasanya dibully karena hal sepele? Bagaimana rasanya dibully oleh teman yang nyatanya menusuk dari belakang? Felly, gadis SMA yang sederhana, hanya mengandalkan beasiswa untuk bersekolah. Dia tidak tahu, kenapa hidupnya bisa seperti ini...