New Start? -1-

944 82 0
                                    

Happy Reading! 🍕
Jangan lupa tekan bintang, dan drag di mana saja untuk membubuhkan komentar kalian! 🍕♥♡♥

Jadi, aku tuh sukaaaaa banget sama musik musik instrumen karya instantmiso. Apalagi yang di atas, unspoken.

Aku juga suka baca webtoon, especially Siren's Lament. Ketika baca, soundtracknya diputar, ngena banget alur ceritanya.

*malah promo webtoon*

Back to wattpad, semoga kalian menikmati part ini! Jangan lupa turn on the music!

...

"Malam, Anna," Karl menarik kursi dan mengempaskan tubuhnya di sana. Menggosok-gosok kedua tangannya secara bersamaan menikmati pemandangan indah di atas meja makan, Chinese Chicken dengan jumlah kalori di bawah angka 250 dan beberapa mangkuk kecil salad.

"Mana Georgia? Kita sudah agak terlambat untuk makan malam." Tutur Karl.

"Dia tidak ada di kamarnya!" Andreas berucap cepat seiring ia menuruni tangga. "Pintunya tak dikunci, aku melihat ke dalam dan-"

"Kau yakin?" potong Karl.

"Ya, Karl, dia pergi!" seru Andreas.

Tiba-tiba semua orang menolehkan wajah mereka ke arah luar, tepatnya ke arah dapur dengan pintu yang sepertinya sudah terbuka. Mereka mengerutkan dahi mereka panik ketika mendengar sayup isak tangis dan derap kaki yang berlari cepat di malam itu.

"Georgia." Karl beringsut, beranjak dari kursinya dan lekas berlarian berusaha mengejar Georgia.

Anna menyusul dan berhenti dengan dada yang sesak di batas pintu, hanya mampu untuk merapalkan doa---agar tak ada hal buruk yang terjadi padanya. "Ini sangat sulit untuknya." Lirih Anna, bersusah payah menahan tangisnya.

"Dia gadis yang cukup tegar... dan Karl telah menjaganya dengan baik. Mereka saling mengisi." Timpal Steve lirih dan lembut. Keikhlasan yang sarat akan harapan terdengar dari ucapannya.

"Steve!" Anna memalingkan wajahnya dengan sedikit kekesalan dari nada bicaranya. "Tak ingatkah kau apa yang sudah direncanakan Hartmann dan Schwarz untuk Karl dan Irina? Ini hanya tinggal beberapa minggu lagi, Steve!"

"Semua bisa berubah, Anna. Dalam waktu yang singkat," Steve menatap istrinya dengan tajam, lalu memalingkan wajahnya dengan sedikit amarah yang tertangkap di sudut matanya. "Kau tak menyaksikan apa yang telah mereka lalui hari itu, Anna."  Pungkas Steve seraya memutuskan untuk pergi.

.
.
.

Karl mempercepat langkah kakinya, berlari menyusul Georgia yang berada beberapa meter di depannya. Georgia menangis dalam larinya, Karl terus saja memanggil namanya. Georgia mengarahkan langkahnya ke danau.  Malam itu, angin bertiup agak kencang, Georgia tak mengenakkan jaket atau jumper-nya. Georgia terjatuh di atas kerikil-kerikil kecil dengan beberapa rumput liar yang muncul di sela-selanya. Georgia menghentikan tangisnya, seperti ia sudah menyerah saja.

THROUGH THE WINDOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang