Sacramento -1-

1.7K 122 0
                                    

Happy Reading! 🍕
Jangan lupa tekan bintang, dan drag di mana saja untuk membubuhkan komentar kalian! 🍕♥♡♥

...

Karl menurunkan tubuhnya, bersandar pada sebelah lututnya sembari menyimpan sebuket bunga di depan sebuah nisan. Karl menatapi nisan tersebut, amat lekat. Anna membungkukkan tubuhnya sedikt, mengusap bahu Karl dengan lembut.

Georgia mengedarkan matanya ke arah Karl dan Anna bergantian. Anna menoleh pada Georgia, tersenyum tipis namun alis dan dahinya terlihat mengkerut. Georgia tersenyum tipis dengan gurat kecemasan di wajah anggunnya.

"Aku sangat tidak paham, bagaimana bisa... hanya dengan mendengar ceritanya, aku merasa sangat dekat dengan Paman Warren." Lirih Karl.

Karl berdiri perlahan, mengusap ujung matanya dengan lembut. Karl menoleh pada Georgia, tatapan dinginnya membuat Georgie menundukkan kepalanya dengan spontan.

"Kau pernah kehilangan seseorang?" tanya Karl lembut.

Georgia terhenyak, suara Karl membuat hatinya luruh dan terasa hangat, "Ya... orangtuaku."

"Kau kehilangan?" Karl kembali bertanya, memastikan.

"Salah satu dari mereka... ibuku meninggal saat usiaku sepuluh tahun. Ayah... aku sudah sejak lama kehilangannya. Maksudku... aku bahkan tidak mengenalnya." Mata Georgia memerah dan sedikit berair.

Karl menepuk bahu Georgia, dua kali. Georgia mengucurkan airmatanya, tangannya dengan lekas menyingkirkan semua airmata yang siap membasahi wajahnya.

"Kita akan menginap di rumah orangtuaku," Karl memutar tubuhnya. Sekejap, ia menghela napas panjang sebelum akhirnya melangkahkan kakinya. Karl menoleh ke belakang, Anna masih berdiri bersama Georgia juga bersama Steve, sang sopir, "kita akan melanjutkan perjalanan. Kita hampir sampai, Georgia."

.
.
.

Sacramento, CA.

"Anna?" kedua alis Georgia mengkerut cemas. Wajah cantiknya terlihat agak risih.

Anna yang tadinya sedang bercengkrama bersama teman-temannya, menolehkan wajahnya dan bertanya. "Ya, Georgie?" Anna tersenyum ramah.

Georgie tergagap-gagap sebelum ia melanjutkan kalimatnya. "Ah... ku rasa aku tidak perlu melakukan ini." Keluh Georgie seraya meremas rambut panjangnya yang pirang.

Anna tertawa kecil, ia terlihat berbisik pada Elsa, ibunda Karl. Kedua wanita itu nampak sangat dekat dan akrab. Tak lama Anna berbisik, ibu Karl tersebut segera muncul dari balik tubuh Anna dan memperlihatkan senyumannya.

"Hai, Georgia!" sapa ibu Karl ramah.

"H-hai, Nyonya." Georgia melambai putus-asa.

"Oh ayolah, tersenyumlah Georgie. Kita sedang berada di syurga wanita." Canda Elsa mengundang tawa semua orang yang berada di salon tersebut.

Ini bukan syurga untuk wanita sepertiku. Ini... neraka, batin Georgia.

Elsa kembali menyibukkan diri dengan majalah modenya. Georgia menyentuh lengan Anna, "Anna, ini bukan tempatku." Bisik Georgia pada Anna.

Anna tak menghiraukan pernyataan Georgia, Anna malah mengalihkan topik pembicaraan, "Baiklah... ku rasa warna cokelat ini bagus untukmu."

"Anna... masalahnya... aku tidak punya uang untuk melakukan semua treatment ini." Tambah Georgia, masih berbisik lirih.

Anna mengangguk-anggukkan kepalanya dan terlihat berantusias. Anna berkata, "Medium light atau dark brown saja? Tapi ku rasa, dark brown lebih cocok. Bagaimana menurutmu?"

Georgia meniupkan napasnya berat, "Aku tidak mau, Anna. Warna-warna itu terlihat sangat mahal." Keluh Georgia.

"Medium atau gelap?" tanya Anna mencoba memaksa Georgia.

Anna tahu bahwa sebenarnya Georgia sangat ingin bertransformasi, tapi masalahnya, Georgia yang tidak percaya diri sedikit menghambat Anna untuk membantunya.

Georgia hanyut dalam benaknya, entah apa yang tengah ia pikirkan. Namun yang jelas, dahinya sampai mengkerut. Itu berarti, sebuah hal besar sedang menghinggapi pikirannya.

Anna kembali bertanya, "Georgia, apa yang kau khawatirkan?"

"Baiklah, baiklah... aku setuju dengan warna medium itu." Georgia pun memasrahkan dirinya pada seorang pria berparas tampan dengan gestur kewanitaannya. Anna sendiri, tertawa bahagia bersama Elsa sembari bertepuk tangan.

Pria pekerja salon yang tengah mengurusi rambut Georgia, sebenarnya bernama Paul. Tapi entahlah, semua pelanggan di sana, menyebutnya dengan nama Paula. Memang bukan rahasia lagi, jika Paul mempunyai wajah se-ayu perempuan pada umumnya. Hanya saja, pria tetaplah pria. Paul memiliki kumis dan jambang yang bagus menurut Georgia.

"Baiklah, sweetheart, let's get started!" ucap Paul atau Paula dengan manis.

.
.
.

Tiga pria Hartmann- Gertrude, Keith dan Kyle- telah berkumpul di ruang makan. Tak lupa Juliet Hartmann dan juga Keira Hartmann---bersama suaminya, Flynn Summerlee telah menunggui kedatangan Elsa, Anna juga Georgia di sana. Selain para Hartmann, Peggy Merville dan suaminya, Landon Noelle pun ikut hadir. Terlebih untuk Kyle, kehadiran Rebecca, putri tunggal Peggy dan Landon sangatlah membuat hatinya berdebar-debar.

Setiap hidangan spesial untuk makan malam sudah tersaji rapi di atas meja makan. Lilin-lilin menyala dengan cahaya kuningnya yang temaram dan dramatic. Tak lama kemudian, Elsa, Anna dan Georgia berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Mereka langsung saja menempati kursi masing-masing. Kebetulan, Georgia dan Rebecca, duduk bersampingan.

"Hey, kau cantik sekali. Oh ya, namaku Rebecca Noelle."

Becca menjabat tangan Georgia dengan ramah. Georgia yang masih merasa aneh dengan penampilan barunya, tersenyum ramah dan berjabatan tangan dengan Becca, "Kau juga terlihat cantik sekali. Aku suka gaunmu... hm, namaku Georgia Whiteley."

"Ah... aku bahagia kalian bisa berteman," ucap Kyle yang duduk berhadapan dengan Becca. Kyle terlihat bahagia sekali dari sorot matanya, "Georgie, warna itu terlihat cocok untukmu."

Georgie dengan refleks memegangi rambutnya, "ah, ini... terimakasih, Kyle." Kekeh Georgia kecil.

"Oh, tak masalah, Georgie. Hm... apa kau melihat Karl?" Sambung Kyle.

Georgia menggeleng pelan, "Tidak, Kyle. Tapi sepertinya dia sedang menjemput Irina di gerbang."

"Benarkah? Dia mengundang Irina?" Kyle nampak tak senang mendengar bahwa Irina ikut hadir di acara makan malam mereka.

"Kyle...," Becca terkesan sedang memperingati Kyle jika terdengar dari nada bicaranya.

....
Tbc

THROUGH THE WINDOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang