New Start? -4-

845 80 3
                                    

Happy Reading! 🍕
Jangan lupa tekan bintang, dan drag di mana saja untuk membubuhkan komentar kalian! 🍕♥♡♥

Pemberitahuannnnn...

Ini sebenernya hanya perkiraan saja, sih hehe. Kayaknya, TTW akan sampai dengan jumlah part 50-an. Mirip-mirip Open the Door, Please, lah ya.

Tapi, aku usahain lebih hehe.

Tapi, I will draw the line, 50an ya.

Udah dulu lah, nanti tapinya makin banyak.

...

Satu minggu kemudian...

"Sapalah teman baru kita... Kurt."

Aku membuka mataku dengan cepat. Rasa bahagia dengan cepat menyebar ke seluruh tubuhku. Seperti api yang langsung membakarku tanpa menbutuhkan bahan bakar. Seperti air dingin yang membasahiku ketika aku baru saja kembali dari padang pasir. Aku bangkit dari tidurku, merapikan rambutku dengan cepat dan meraih seekor puppy dari tangan Karl.

"Karl," ucapku lirih, menyampaikan rasa terimakasihku melalui tatapanku untuknya. "Hey, Kurt... Kurt." Aku mengacak-ngacak bulu lebatnya, mengagumi doggo itu. Tak lama, aku kembali melihat ke dalam mata Karl. Ia membalas pandanganku dengan senyuman yang membingkai di wajahnya.

Aku ingin memelukmu...

"Samoyed?" aku malah menanyakan tentang ras anjingnya di samping aku ingin menumpahkan kerinduanku padanya.

"Ya," Karl mengangguk. "Samoyed."

Satu minggu sudah Karl meninggalkanku, membiarkan tubuhku ditumbuhi lumut di sudut studionya ini. Menghabiskan waktuku dengan bekerja dan bekerja, tak peduli terik panas, agar aku bisa lupa bahwa Karl sedang tak ada di sampingku saat itu. Setelah lelah menerpaku sehabis bekerja, aku selalu terduduk diam di studio Karl. Mengarahkan pandanganku, jauh ke arah sabana sembari membiarkan diriku terhanyut dalam lamunan Karl---sampai kepalaku sakit dan tertidur dengan kelinuan yang menerpa tubuhku.

"Kau selalu tertidur di sini?"

Karl mengempaskan tubuhnya di sampingku. Sedikit menyandarkan tubuhnya di pundakku. Aku yakin kalau pipiku sedang memerah saat ini. Karl menyenggol lenganku dengan lengannya, aku pun menolehkan wajahku lalu tersenyum bahagia untuknya.

"Kenapa?" tanyaku, merasa penasaran akan tingkah lucu yang sedang dimainkannya. Karl hanya bisa menggeleng dan mengulum senyumnya, tapi aku bisa menangkap raut bahagia di wajahnya. Entah karena aku atau Samoyed bernama Kurt ini.

"Kurt Hartmann?" celetukku pada Karl, seketika ia tertawa dengan lepasnya.

"Kau...," Karl mengacak-acak rambutku, seperti kebiasaannya. Lalu ia membawa Kurt dariku dan menggendongnya. Ia menabrakkan kepalanya pada kepala Kurt dengan penuh kelembutan. Kemudian Karl memejamkan matanya. "Kurt Hartmann... astaga."

Lagi-lagi ia tertawa. "Kau tahu... Irina alergi dengan anjing, maupun kucing."

"Ah... kalau begitu," aku bergerak, mengacak-ngacak bulu Kurt dengan gemas. "Kurt harus belajar menghadapi perpisahan dengan tuannya sejak dini, bukan?"

"Dengan tuannya? Tidak, Georgia Rose, kaulah tuannya."

"A-apa? Karl?"

"Kau mendengarku, Rose." Karl bergerak, seperti biasa, mengacak-acak rambutku.

Entah apa yang kupikirkan saat itu, yang jelas aku sangat bahagia. Kebahagiaanku berlipat ganda. Karl datang membangunkanku, lalu ia memberiku Samoyed Puppy yang selanjutnya diberi nama Kurt Hartmann.

Aku memeluk Karl dengan erat, mengabaikan semua rasa tidak aman ketika aku berada di dekatnya. Tidak aman karena: ia adalah milik Irina, karena ia sebentar lagi melangsungkan pernikahannya. Namun sejujurnya, perasaan semacam itu masih samar. Dalam artian, aku masih agak plin-plan dalam hal ini.

"Kau mau mengajaknya bermain?"

Aku menatap Karl bahagia."Ya, tentu." Lalu Karl tersenyum padaku.

"Ayo!"
.
.
.

Malam itu, aku belum tertidur, Kurt sudah lama terlelap dengan pulasnya di atas perutku. Aku merasa sangat sulit untuk memejamkan mataku, bahkan untuk menahannya selama beberapa detik pun, aku tak sanggup. Inginnya, aku hanya memandangi mata Karl. Terlelap di atas lengannya, sembari memeluk Kurt di tengah-tengah kami, seolah Kurt adalah bayi kami. Ah, betapa konyolnya pemikiran itu. Pemikiran yang ku sengaja hadirkan di tengah malam, yang ku pikir itu dapat mengantarkanku ke alam mimpi. Tapi nyatanya itu hanya membuat kepalaku sakit dan malah membuatku tak bisa tidur memikirkannya.

Pintu terketuk pelan...

Astaga, apa ini cukup terasa horor? Bagaimana mungkin pintu itu bisa terketuk? Aku sangat yakin kalau Karl sudah terlelap, bermain-main di alam mimpinya. Anna? Tidak mungkin. Steve atau Andreas? Mereka sangat sulit terbangun dari ritual tidur mereka. Marcel? Sedang berlibur di Perancis!

"Georgia Rose?" sayup ku dengar seseorang memanggil namaku di balik pintu.

"Karl... Karl, itu Karl," gumamku yang dengan cepat memindahkan Kurt ke sampingku dan beranjak dari tempat tidur.

Aku berlari dengan cepat, tanpa membuat suara tentunya. Aku berlari dengan berjinjit, kemudian aku memutar knop pintu dengan tenang.

"Hey, Karl?"

"Oh hey---aku tak bisa tidur," Karl berjalan masuk ke kamarku. Ia terlihat sangat santai dan aku mungkin terlihat aneh di matanya. Karena dahiku mulai mengeluarkan keringat-keringat lembutnya.

Ada apa ini?

"Aku pun sama, cukup sulit karena aku tidur siang lama sekali tadi." Kekehku mencoba membaur dengan suasana yang cukup menegangkan itu.

Karl yang tengah menuju ke arah Kurt tiba-tiba menghentikan ayunan langkahnya dan memalingkan wajahnya padaku. "Ah, itu berarti... aku dan Kurt membangunkanmu, ya?"

Aku menggelengkan kepalaku seraya memejamkan mataku dan tersenyum "Malah aku bersyukur karena aku terbangun, Karl."

Karl memandangiku dengan raut wajah seriusnya. Aku sampai merapatkan bibirku dan meluruskannya karena takut sekaligus bingung. Aku tak yakin kalau aku sudah mengucapkan kalimat yang salah, tapi, Karl menatapku dengan intens dan tajam. Lalu apa artinya itu?

Kedua sisi pundaknya yang semula terlihat tenang, kini bergerak naik dan turun tak teratur. Gelisah, cemas dan tak sabar. Dan kini ia berjalan ke arahku eengan cepat. Tangan kekarnya meraih pinggangku dengan cepat, tapi lembut. Ia memejamkan matanya seiring wajahnya kian memiring dan mendekat ke wajahku.

Karl melabuhkan ciumannya,
Lalu, ia memaguti bibirku mesra,

Tanpa ragu aku meresapinya.

...
Tbc
Mana nih agnisa29 yang udah gak sabar :'v wkwkwkwk

THROUGH THE WINDOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang