..
Yuna POV
"Baiklah terimakasih banyak ustadz, aku pamit Assalamu'alaikum"
"Hai' Wa'alaikumussalam, hati-hati dijalan"
Sudah 1 kilometer lebih aku berjalan menuju perbatasan sebuah perkampungan. Sekarang aku telah sampai di tempat yang Rosa kirim tadi. Tapi kenapa disini sangat sepi dan jarak antara rumah sangat jauh.
"Dimana Oca ? Apa aku salah lokasi ?"
Aku mengeluarkan HP ku dari tadi dan mengecek sekali lagi lokasi yang Rosa kirim. Tidak ada yg salah, memang disinilah tempatnya. Terlihat dari GPS saat ini aku memang sudah berdiri di lokasinya.
"Hentikaaaan !!"
Tiba-tiba aku mendengar suara teriakan seorang perempuan dari dalam rumah yang letaknya tak jauh di belakangku. Setelah teriakan itu terdengar bunyi hantaman benda yang terjatuh. Lalu suara perkelahian.
"Apa itu ?"
Aku pun sedikit cemas karena hey aku disini sendirian dan tiba-tiba terdengar suara seperti ada pertengkaran atau apalah yang sejenisnya.
Karena penasaran akupun memutuskan untuk mendekat ke sumber suara. Semakin dekat suara itu semakin terdengar jelas. Lebih jelas. Suara beberapa orang laki-laki dan seorang perempuan. Ya seorang perem--
*DEG
'Apa aku salah dengar ? Suara itu.. Suara itu sangat akrab di telingaku..' batiku takut dan bergemetar dengan pikiranku yang berkecamuk. Tak sadar penglihatanku sekarang sedikit kabur karena air mata yang memaksa untuk keluar. Entah karena takut atau mungkin..
..khawatir
"Oca ?!!!!" Aku berteriak sambil menggedor pintu yang sudah berada di depanku dan mencoba membukanya. Tapi nihil, pintunya tidak bisa dibuka karena terkunci. Aku menghantamnya sekuat tenaga dengan tubuhku tapi pintunya tetap tidak bisa terbuka.
"Aaaaahh !!" teriakan Rosa terdengar lagi memekikan telinga.
Emosiku sekarang tidak terkendali. Aku sangat khawatir. Orang bilang kalau emosimu sedang memuncak maka kau akan mendapatkan tenaga yang sangat besar, baik itu berupa dorongan dari dalam dirimu atau hal lainnya. Untuk yang terakhir aku menendang pintu itu sekuat tenaga. Dan..
BRAAK !
"Kalian ??!!"
Aku tidak menyangka dengan apa yang aku lihat saat ini.
.
.
Hinoto POV
Aku berencana mengunjungi guruku hari ini. Aku ingin berkonsultasi kembali dan meminta ia untuk membagi ilmunya, lagi. Mamoru sedang bersamaku. Kali ini ia ikut denganku, tidak biasanya. Karena setiap kali aku memintanya untuk sekedar mengantarkanku menuju rumah guruku, pasti Mamoru mencari alasan untuk menolaknya. Tapi untuk kali ini tidak. Mamoru sendirilah yang menawarkan diri. Mungkin dia sudah mulai penasaran dan ingin mencari tau mengenai Islam. Aku sangat senang sekali. Semoga setelah hatinya terketuk, sahabatku ini bisa membuka pintunya untuk menyambut Islam sepenuh hati.
"Ku dengar ini kawasan red line untuk perempuan. Orang-orang yang menempati rumah yang jaraknya berjauhan ini ku dengar sering mabuk-mabukan. Mereka tak sadarkan diri jika sudah sore seperti ini karena dari siang mereka minum tanpa henti. Rumor yang sedikit mengerikan"
Penjelasan Mamoru memang sedikit membuatku miris. Tapi memang sudah seharusnya perempuan tidak boleh berjalan sendirian bukan ? Apalagi di sore dan tempat sepi seperti ini. Perlahan-lahan aku mulai mengerti dengan aturan-aturan yang ada dalam Islam. Bukan tanpa sebab, semua yang diperintahkan Allah itu ada tujuannya dan pasti untuk diri kita sendiri juga.
YOU ARE READING
We Found Love in Osaka
RomantizmJika kau tidak mampu untuk tidak membuat seorang perempuan menunggu lama, maka suruh dia bersama yang lain . . . Warn : Alur sulit dimengerti !