WFLO Part 33

4 0 0
                                    

"Semuanya.. Ini adalah Kak Rosa, pemegang Yaro utama di Jepang sana" Yami memperkenalkan Rosa pada saat breafing pagi berlangsung

"Halo Assalamu'alaikum" sapa Rosa tersenyum kecil

"Hai Wa'alaikumussalam kak Rosa/Rosa" ucap semua karyawan kecuali Oni dan Bagas yang bersuara di akhir mengundang gelak tawa dari semuanya.

"Hai Kak Ros" ucap Oni tersenyum jahil

"Betul betul betul" tambah Bagas

"Berani sekali karyawan-karyawanmu ini Yamyam" tawa Rosa diikuti yang lainnya

.

.

Langit menjadi senja, matahari sudah tak nampak di langit kota. Cahaya alam mulai meredup. Hari berganti malam dan Yami masih betah berdiam diri didalam ruangannya.

Suasana hening dari balik pintu bertuliskan 'Only Staff' itu. Hanya suara detik jam dinding yang mendominasi. Yami tak bergerak dalam duduknya. Ia tidak tidur. Sangat jelas bahwa matanya masih terbuka. Hanya saja badannya benar-benar tak bergeming.

Yami hening larut dalam pikirannya yang sibuk. Selain memikirkan usahanya, Hinoto masih bisa mendominasi akalnya. Padahal bulan-bulan sebelumnya ia merasa begitu tenang. Entah bagaimana percakapan dengan Rosa di video call saat itu sedikit berhasil mengganggu pertahanan Yami.

Suara helaan nafas berat menjadi awal dari selesainya sepi. Tak lama setelah itu dering ponsel Yami benar-benar mengisi seluruh ruangan.

"Halo Assalamu'alaikum" Yami berusaha konsentrasi mendengarkan lawan bicaranya sampai suara ketukan pintu yang sangat brutal membuatnya terperanjat dari sofa.

TOK ! TOK ! TOK !

TOK ! TOK ! TOK !

"ya ampun barbar sekali, siapa yang mengetuk pin-

-tu"

Terlihat ketika pintu dibukakan sosok Rosa berdiri didepan sana. Dengan wajah yang sedikit memerah. Apa dia malu ? Salah besar jika Yami menduga seperti itu. Nyatanya Rosa sedang menahan kesal, karena tanpa Yami sadari ia sudah berdiri disana mengetuk pintu selama hampir setengah jam.

"Mm Rosa, sedang, apa kau, disini ?" Yami tersendat-sendat menutup gugupnya

Oke sangat kentara kalau Rosa sedang menahan emosi. Terlihat sekarang ia menghela nafas dalam lalu menghembuskannya secara kasar. Memejamkan matanya sejenak lalu mengelus dadanya yang kembang kempis.

"Kau. Yami. Aku berdiri setengah jam disini mengetuk pintu kau sedang apa sih sampai tak menggubris ketukanku ? Aku yakin kau tidak sedang tidur Yamyam" ucap Rosa seperti kereta api yang berjalan diatas rel tanpa rem. Yami berpikir kenapa sahabatnya ini tidak menjadi rapper saja. Laknat sekali pertanyaan tak bertuanmu itu Yami.

"Kau ? Aku tidak mendengar apapun didalam" jawab Yami polos

"Oh Ya Allah.." Rosa mengusap kasar wajahnya lalu masuk begitu saja ke dalam ruangan staff dan membantingkan tubuhnya terduduk diatas sofa

"Kau tidak membawa Haruka ? Aku kangen sekali rasanya" Yami mendudukkan dirinya disamping Rosa

"Jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan" Rosa menekankan di tengah kalimat

Yami seharusnya memberi waktu beberapa menit saja untuk Rosa mengatur kembali nafasnya. Tapi memang dasarnya jahil, rasanya jika tidak menggoda Rosa itu seperti memasak sayur tanpa garam. Hambar. Mungkin karena faktor sudah lama tidak bertemu. Yami melepaskan rindu dengar cara yang tak biasa.

"Yamyam aku akan mengajakmu ke Losari. Tidak ada penolakan. Mari kita liburan"

Yami membulatkan mata. Bukankah itu terdengar seperti pemaksaan baginya. Bukannya tidak senang dengan ajakan Rosa. Hanya saja, ia akan liburan bersama keluarga kecil sahabatnya itu ? Ia masih belum ingin menjadi obat nyamuk diantara mereka. Walaupun Yami adalah orang yang mudah berbaur. Tapi ia tidak enakan jika harus mengganggu waktu privasi orang lain, terkhusus sahabat-sahabatnya sendiri.

We Found Love in OsakaWhere stories live. Discover now