Rumah tanpa kehadiran seorang anak itu hampa. Tanpa seorang anak kita bisa memiliki dompet tebal. Kita bisa mengumpulkan harta yang berlimpah. Kita bisa memiliki banyak waktu untuk bersantai. Tapi, tanpa seorang anak hati kita akan sepi.
Dan ini adalah tentang Mamoru dan Rosa. Setelah sekian lama penantian panjang mereka. Akhirnya Allah memgamanahkan mereka seorang anak. Satu tahun lebih mereka menunggu. Dan akhirnya permata yang dinanti hadir di tengah mereka.
Namanya Haruka, gadis manis berparas condong kepada sang ibu. Usianya sudah satu tahun sekarang. Ia lahir bertepatan pada saat Yami sudah berdiam di Indonesia lima belas bulan lamanya.
Meskipun semenjak malaikat kecil Mamoru membuka mata ia belum pernah menemui Yami, auntynya. Tapi diantara keduanya sudah terbangun ikatan. Mengingat sang ibu dan auntynya itu sering sekali melakukan video call ketika Haruka dalam kandungan sampai gendongan.
"Ponakan ateuu gemas banget sih" di layar ponsel
"Iya dong ateu kapan kecini, kita ketemu, aku tanen ama ateu" jawab Rosa mewakili si kecil
"Ateu usahain ya sayang" Yami tersenyum melihat layar ponsel yang menampakkan wajah si kecil Haru bersama ibunya.
"Sudah satu tahun lebih, apa kau tidak rindu padaku ?" Rosa mengambil alih topik
"Tentu rindu, sangaaaaaat rindu. Aku rindu dicereweti olehmu" Yami tertawa pelan melihat Rosa yang mulai cemberut
"Mm masalah Hinoto, bagaimana ?"
Terlalu tiba-tiba memang. Sudah cukup lama Yami mencoba fokus kepada dirinya sendiri. Namun hanya dengan satu pertanyaan yang Rosa lontarkan mampu menarik kembali memori akan sosok yang dibicarakan. Menarik paksa, terlalu cepat, setiap ingatan saling bergesekan. Rasanya pening dan batinnya sedikit berkecamuk.
"Entahlah, biarkan dia dengan pilihannya. Kurasa itulah yang terbaik" Yami terdengar yakin, tapi Rosa tahu bahwa sahabatnya itu masih menyimpan setitik pilu.
Sudah lama ia menunggu sosok yang ia sukai. Tapi belum kunjung juga mendapatkan kepastian. Padahal keduanya memiliki rasa yang sama. Doa yang satu frekuensi. Dan tujuan yang satu alur. Hanya saja belum mau menyelesaikan permasalah diantara keduanya. Masing-masing terlalu takut dan cemas. Walaupun pernah satu kali salah satu darinya mengalah menekan segala ego. Tapi tetap saja, benang merah belum terlihat. Terlalu kusut untuk diluruskan secara paksa.
Suasana menjadi canggung sampai suara Rosa menyadarkan Yami dari lamunan sesaatnya "Kau, masih menunggunya ?" dan Yami hanya berdehem sebagai balasan
"Tapi jika ada laki-laki sholeh yang datang ingin membangun ikatan yang serius denganku, aku tidak bisa menolaknya" sambung Yami setelah sebelumnya ada jeda 3 detik.
Rosa menghela nafas kasar memijit pelan pelipisnya yang tak pening "Aku selalu merasa lelah batin melihat kalian"
Lucu kadang. Rosa teramat peduli hingga dapat merasakan kegundahan yang Yami rasakan. Walau tak semua setidaknya Rosa mengerti apa yang sedang dirasakan sahabat-sahabatnya itu. Dan Yami sangat bersyukur
"Bagaimana Yaro ? maaf aku hanya bisa membantu dari jauh, padahal coffe shop milik bersama" sedih Yami yang sebenarnya ingin mengalihkan topik pembicaraan
Rosa bukan orang yang tidak peka. Rosa mengerti Yami sedang tidak ingin membicarakan hatinya saat ini. Teramat paham jika dilanjutkan maka sama saja menimbulkan badai dalam benak Yami yang sedang hujan. Maka dari itu, sebisa mungkin ia menuruti Yami.
"tak apa kau kan sedang mengurus cabang pertama di sana. Dan untuk yg disini Alhamdulillah Masyaa Allah, semakin didepan seperti Yamaha (salah satu merk perusahaan kendaraan"
YOU ARE READING
We Found Love in Osaka
RomanceJika kau tidak mampu untuk tidak membuat seorang perempuan menunggu lama, maka suruh dia bersama yang lain . . . Warn : Alur sulit dimengerti !