WFLO Part 12

9 0 0
                                    

"Ckk sepertinya tidak ada yang tidak ku ketahui disini, termasuk agamamu sekarang.."

DEG !

'Ya Allah' hati Hinoto tersentak sangat keras ketika tiba-tiba mendengar penuturan Yami.

.

.

.

"Apa yg kau katakan ?" tanya Hinoto nadanya sedikit gemetar

"Oh iya kau kan pindah agama, Hinoto" jelas Mamoru yang langsung mendapat lirikan tajam dari sang empu.

"Tak sadarkah kalau guru yang membimbingmu selama ini adalah guruku juga dulu ? bahkan saat aku di Indonesia, aku dan Ust. Mehmed masih menyambung silaturahim" terang Yami

"Bahkan orang tuamu saja sudah tau kalau aku ini tidak melupakanmu" sambung Yami

"A-apa ?" Hinoto hanya bisa melongo saat ini mengetahui semua kebenaran yang Yami sampaikan. Bukankah Yami cocok untuk menjadi mata-mata ? Kenapa dia tidak jadi anggota intel saja ? malah menjadi seorang Enumerator.

"Hhhhh Mamoru sepertinya kita bicarakan lain waktu saja. Aku ingin istirahat, rasanya lelah sekali" ucap Yami bangkit dari duduknya.

"Aku pamit.. Assalamu'alaikum" Yami pun beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.

"Wa'alaikumussalam" jawab Hinoto lemas

"Rasanya aku masih bingung.. kau berhutang cerita padaku dan akan aku tagih besok pagi di kantor. Ayo kita pulang" ajak Mamoru sedikit menepuk bahunya untuk bangkit dan mengikutinya.

.

.

"Aku tidak terlalu mengenalnya, aku hanya tau karena ia pernah memacari adikku. Dan aku yang menyuruh adikku memutuskannya karena dia laki-laki yang nakal" ucap Mamoru malas.

"Bukankah dia satu sekolah denganmu dulu ? dan juga sainganmu ?"

"Aku tidak merasa bersaing dengannya, hanya dia yang merasa begitu. Dulu dia selalu kalah dalam pertandingan basket denganku. Dan setiap perempuan yang disukainya pasti selalu jatuh dalam pelukanku. Tapi sungguh aku benar-benar tidak tau kalau setiap perempuan yang aku pacari adalah perempuan incarannya. Dari situlah ia selalu menganggapku saingannya"

"Apa dia mahasiswa seni ? atau anggota sanggar ? atau semacamnya. Kurasa dia sangat pandai sekali memainkan mimik wajahnya itu." tanya Yami penuh minat

"Ya dia mahasiswa seni di kampus yang sama dengan adikku dulu. Dia berbakat tapi sekarang hanya menjadi pengangguran"

"Apa dia juga anak bela diri ? klub anggar atau sebagainya ? Sepertinya dia pandai sekali memainkan pisau." gumam Yami nyaris tak terdengar.

"Kenapa kau berasumsi seperti itu ?" tanya Mamoru, ternyata mendengar apa yang Yami katakan tadi.

"Ah aku melihat luka sayatan tipis di lengan dan lehermu. Aku juga melihat ukiran pada kayu kecil di sudut ruangan didekat kamar pertama. Dan... bolong pada target panahan di dinding bentuknya tidak seperti bekas panah tapi lebih ke pisau lipat jenis Higonokami tetapi dengan asahan yang berbeda.. tajamnya seperti menggunakan batu Japanese Westone"

Mendengar penjelasan Yami yang nampak serius Mamoru sedikit memundurkan posisinya dari tempat semula ia duduk. Bukannya Mamoru menganggap Yami aneh lantas ingin menjauh, bukan. Hanya saja Mamoru TAKUT men ! ia MERINDING mendengar ucapan Yami yang entah Yami dapatkan darimana sumbernya. Bagaimana tidak, Yami sedikit mm bagaimana ya menyebutnya, menakutkan. Bagaimana bisa dia mengetahui jenis pisau hanya dengan melihat bekas luka dan pahatan kayu ? plus dengan NAMA PISAU ITU. Juga bagaimana Yami bisa tahu ketajaman pisau itu hanya dengan melihat bekas tancapannya saja ?

We Found Love in OsakaWhere stories live. Discover now