.
.
"Bagaimana dok ?"
"Hmm.. sepertinya kau harus melakukannya"
"Hhhh" Yami menghembuskan nafasnya berat.
Saat ini Yami sedang berada di rumah sakit tempat Dokter Brian praktek. Ia sedang berkonsultasi mengenai penyakitnya yang kambuh kembali setelah sekian lama hilang.
"Tidakkah ada cara lain dok ?"
"Hanya ini, kita harus mencobanya"
"Baiklah"
"Aku akan membantumu menyiapkan tiket, 3 hari lagi kau harus segera berangkat.. Aku akan menyusul sehari setelahnya"
"Baik, terimakasih banyak"
Yami berjalan sedikit gontai tidak bersemangat. Ia melangkahkan kaki menuju rumah sementara kediaman Mamoru dan Rosa. Saat sesampainya dipekarangan rumah, Rosa yang sedang menyiram tanaman langsung menghampiri Yami. Memeluk hangat tubuh sahabatnya lalu mengajaknya masuk.
Yami POV
Ternyata seperti ini kehidupan seseorang yang sudah memiliki pendamping hidup. Ah rasanya sedikit geli tapi menyenangkan sepertinya.
"Minum dulu Yamyam" Rosa datang dengan dua nampan teh hangat
"Terimakasih oca" aku mengambil satu cangkir lalu meminumnya sedikit
"Oh iya, 3 hari lagi aku akan berangkat" Rosa sedikit kaget mendengar penuturanku. Mungkin karena tidak sesuai dugaan, nyatanya aku harus pegi lebih cepat dari yang kami kira.
"Kenapa terburu-buru ?" aku bisa melihat raut wajah Rosa yang menjadi sedih.
Rasanya tidak enak. Mungkin Rosa akan merasa kesepian. Dan akupun begitu. Bagaimanapun juga kami sudah lumayan lama bersama. Melalui suka dan duka berdua.
Tapi sekarang sepertinya sedih dan senang Rosa tak akan bermuara padaku lagi. Dia sudah bersuami. Suami adalah tempat mencurahkan segala rasa keluh kesah dari sang istri. Hanya membayangkannya saja sudah membuatku salah tingkah. Mungkin mereka akan sering melakukan quality time bersama. Membahas apa saja yang telah mereka lalui saat itu.
"Aku juga tidak tahu. Dokter Brian yang bilang begitu.." aku menyandarkan punggungku ke sofa.
Rasanya sangat lelah. Tapi entah karena apa. Padahal hari ini aku tidak disibukkan kesana kemari. Mungkin bukan fisikku yang lelah. Tapi batinku...
"Kau akan kesini lagi kan ?" Rosa memandangku sendu.
Dari tatapannya ia mengharapkanku untuk menjawab 'ya'. Namun aku tidak bisa memastikan bahwa aku akan kembali lagi ke Jepang atau tidak. Aku tidak bisa menjanjikan hal itu kepadanya. Rasanya tidak kuasa untuk sekedar menjawab atas pertanyaannya itu. Jadi aku hanya menundukkan wajahku.
"Kau harus berjanji Yamyam ! Kau akan kembali kan ?! Iya kan ?! Kita kan akan membangun usaha bersama disini. Supaya kita bisa terus bersama kan ?! Itu yang kau bilang.. Hiks aku sudah mengurus surat resignku dan kau juga. Hiks hiks"
Seperti yang kuduga. Rosa akhirnya menangis karena tidak ingin berpisah jauh. Ia terlalu baik. Sangat baik. Sungguh aku terharu, ternyata masih ada orang yang menganggap kehadiranku sangat berarti.
Aku memeluk Rosa yang kini sudah duduk disebelahku. Mengusap lembut punggung yang bergetar itu untuk menenangkannya.
"Aku tidak tahu Oca.."
"Hiks ayo berjanji padaku Yami !!" Rosa melepaskan pelukanku.
Rosa serius dengan ucapannya. Aku tau itu ketika dia memanggil namaku dengan benar.

YOU ARE READING
We Found Love in Osaka
RomanceJika kau tidak mampu untuk tidak membuat seorang perempuan menunggu lama, maka suruh dia bersama yang lain . . . Warn : Alur sulit dimengerti !