WFLO Part 28

1 0 0
                                    

"Tadi aku dengar dokter Brian sedang berbincang dengan seorang suster perempuan. Dia menyuruh suster itu untuk.." Hinoto menjeda perkataannya

"Untuk apa cepat katakan ?!" Mamoru menuntut

"..untuk membawa jenazah Yami ke ruang mayat" sambung Hinoto memelan

"APAAAAA ??!!" ucap Mamoru dan Rosa berbarengan.

.

Hinoto memejamkan mata menggigit bibir bawah menutup muka dengan sebelah tangannya. Ia hanya berharap apa yang dia dengar tadi adalah salah. Ia berharap tadi ia salah dengar. Mungkin nama yang diucapkan dokter Brian bukanlah Yami. Mungkin Yani, Dani, Rani, atau siapalah yang pengucapannya mirip. Ia sangat berharap seperti itu. Tapi, bukankah nama Yami itu sangat jarang ? bahkan diluar daerah negara Jepang.

Rosa menutup mulutnya tidak percaya pada apa yang baru saja dia dengar. Mamoru mengusap wajahnya kasar lalu membawa tubuh Rosa bersandar kedadanya lalu memeluk tubuh yang mulai bergetar hebat itu.

Rosa menangis keras. Ingin sekali rasanya memarahi Yami kalau sampai ini sebuah lelucon. Tapi nyatanya kabar itu datang dari seorang dokter. Dokter yang menangani Yami selama ini.

Rosa menutup muka yang sudah basah dengan kedua tangannya. Ia menangis dalam pelukan suaminya. Mamoru yang memang baru saja tertohok dengan kabar Yami. Lalu melihat istrinya menangis tersedu-sedu membuat hati Mamoru semakin pedih.

Kabar itu sampai dengan sangat cepat. Seperti angin bahkan tidak diketahui kapan kedatangannya. Angin hanya akan terasa jika ia sudah sampai pada kita bukan ? Wujudnya tak terlihat. Kita tak pernah tahu angin apa yang akan menyapa. Apakah angin menyejukkan ataukah angin yang menusuk sampai ke tulang.

Tak ada yang bisa disalahkan. Semua sudah terjadi. Mereka bertiga mengerti kalau semua ini memang sudah menjadi takdir dari Yang Maha Kuasa. Semua hal didunia ini milik-Nya. Semua hanya titipan dari Sang Illahi. Maka ketika Sang empu ingin mengambil apa yang menjadi miliknya kembali. Kita tidak boleh egois bukan ?

"Hiks.. Kenapa.. Hiks.. Kenapa Yami tega meninggalkanku. Hiks.. Apakah karena hiks aku hiks belum bisa menepati keinginannya ? Hiks" Rosa mendongakkan kepalanya mencoba menarik atensi Mamoru

"Tidak beibii, ini semua sudah kehendak Allah. Kita harus ikhlas" syukur Mamoru adalah suami yang menenangkan. Ia pun sama sedih seperti Rosa. Tapi jika Mamoru menuruti hawa nafsu dan segala kesedihannya, ia tidak akan bisa menjadi sandaran bagi istrinya yang sedang berduka juga.

"Aku hiks akan menuruti keinginan hiks Yami. Aku janji hiks" cicit Rosa mulai tenang namun masih terisak dalam pelukan suaminya.

Beralih dari pasangan pasutri yang sedang saling menguatkan. Hinoto menunduk memegang kepala dengan kedua tangannya di sofa. Matanya sedikit memerah pandangannya mulai mengabur. Pikirannya memaksa bahwa apa yang ia dengar tadi sangat jelas dan suatu kebenaran. Otaknya memerintah untuk tegar menerima. Tapi hatinya berontak tidak ingin mempercayainya. Matanya berkhianat lewat tetesan air bening yang mulai keluar.

"Hatiku berkata kalau ada sesuatu dibalik semua ini. Aku yakin" monolog Hinoto menumpu kepalanya yang pening.

'Aku akan mencari tahu sekali lagi' batin Hinoto

.

.

Di Singapore

"Sudah dokter Stefa, jika kau terus seperti ini Yami juga tidak akan tenang"

Dokter Stefa tidak menghiraukan kedua rekan kerjanya yang sedang duduk di kamar pasien Yami.

Ceklek

We Found Love in OsakaWhere stories live. Discover now