WFLO Part 20

2 1 0
                                    


.

.

Sesuai ucapannya kemarin malam Hinoto benar-benar melewatkan sarapannnya dirumah karena berangkat sangat dini hari. Matahari baru saja menampakkan diri dari ufuk timur. Namun pemuda itu sudah rapih diri dan bersiap untuk pergi.

Jam menunjukkan sudut 90° di angka enam dan tiga. Setelah pamit Hinoto pun melaju mengendarai mobilnya memecah jalan yang sudah mulai padat dengan pejalan di pagi hari ini. Karena tidak sarapan Hinoto pun berencana mampir di salah satu minimarket yang ia lewati.

Hinoto memarkirkan mobilnya di sebrang minimarket tujuannya. Namun saat akan turun, ia melihat Yami didepan minimarket tersebut. Gadis itu duduk manis di bangku yang ada didepan minimarket. Seperti sedang menunggu sesuatu sesekali Yami memperhatikan jalanan dan melihat kekanan dan kekiri

Hinoto memegang kenop pintu dalam mobilnya. Belum sempat ia menarik kenop itu untuk membuka pintu, ia melihat Mamoru mendekati Yami. Tak lama setelah kedatangan Mamoru, orang tua Mamoru juga datang bersamaan.

"Apa Mamoru absen karena akan bertemu Yami ? Apa yang akan mereka lakukan ? D-dan kenapa ada orang tua Mamoru ?" monolog Hinoto bingung.

Hatinya mulai berdesir, degup jantungnya mulai menaik. Dadanya terasa sesak, bola matanya bergetar, tangannya pun mengepal tak sadar.

Sakit.

Kenapa terasa sangat sakit padahal yang mereka lakukan hanyalah bertemu bukan ? Bisa saja memang hanya kebetulan. Atau mungkin memang sudah ada janji namun pada saat bertemu kebetulan Mamoru sedang bersama dengan orang tuanya. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi bukan ?

Sebisa mungkin Hinoto berpositif thinking. Ia ingat perkataan Arata kemarin. Hinoto tidak ingin berprasangka yang aneh-aneh. Ia tak ingin berpikir menduga-duga ini dan itu yang akan membuat hatinya semakin sakit.

Hinoto memejamkan matanya berusaha menenangkan dirinya. Ia mengurungkan niat untuk keluar dari mobilnya dan menunggu sahabat-sahabatnya itu pergi meninggalkan area minimarket.

"Huuft.. Ini masih terasa sesak" Hinoto membuang nafasnya kasar lalu memegang dada dengan tangan kanannya.

.

.

.

Sudah 15 menit Yami duduk didepan minimarket menunggu kedatangan Mamoru dan kedua orang tuanya. Yami mulai bosan karena jujur saja ia paling tidak suka dibuat menunggu. Menurutnya menunggu itu adalah hal yang paling sulit dan butuh kesabaran ekstra.

Tapi untungnya Yami bukan orang yang suka mengeluh. Ia lebih suka menghibur dirinya dengan mengambil semua hikmah dari hal yang ia kurang suka. Contohnya saja menunggu. Ia akan berbesar hati melakukannya karena disisi lain ia juga bisa melatih kesabarannya.

"Aah maaf Yami aku lama ya" ucap Mamoru saat sampai diikuti kedua orang tuanya yang lumayan jauh dibelakang.

"Ya lumayan.. Mana paman dan bibi ?"

"Mereka ada dibelakang"

"A.. assalamu.. 'alaikum, Yami" ucap ibu Mamoru terbata-bata.

"Wa- wa'alaikumussalam.." Yami membulatkan matanya penuh lalu melihat Mamoru meminta penjelasan.

"Aku tidak ingin ke surga sendirian" cengir Mamoru

"Wah jadi bibi dan paman... ?" Yami menggantung pertanyaannya. Seolah mengerti kedua orang tua Mamoru pun mengangguk mengakui.

"Ah aku sangat senang sekali. Rasanya tidak bisa berkata-kata" Yami memasang wajah terharu dengan retina mata yang membesar. Sangat lucu dan menggemaskan. Membuat siapa saja yang melihatnya ingin segera memungut gadi mungil itu. Eh

We Found Love in OsakaWhere stories live. Discover now