IV

129 16 4
                                    

"Oh tidak!"

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

"Eh Joe. Ngomong-ngomong kamu ngapain dari tadi ikutin aku?" tanya Taylor yang baru sadar kalau ia diikuti Joe dari sekolah hingga komplek rumahnya. "Karena kotak kita itu, kalau isinya benar harta karun kan aku pasti dapat bagian. Dan kamu gak bakal korupsi. Lagipula ini juga jalan kerumahku"

"Kotak kita? Yang temuin kotak itu siapa? Yang gali tanah buat ambil kotak itu siapa? Yang bawa kotak itu di tas siapa?" Taylor mengutarakan pertanyaan beruntun. "Taylor Alison Swift," jawab Joe dengan polosnya.

"Jadi kotak ini milik..?" tanya Taylor dengan nada yang dipaksakan selembut-lembutnya. "Kita berdua!" jawab Joe dengan senyum mautnya. Taylor jengkel dan menghela nafas panjang. "Tau ah! Pulang kau sana, rumahku tak terima tamu menyebalkan sepertimu!" Taylor berjalan cepat meninggalkan Joe.

Joe terdiam, "menyebalkan asal tampan!" ucap Joe dengan percaya diri. Tentunya Taylor sudah menghilang dibalik gang dan tidak mendengar ucapan Joe sama sekali.

Taylor terus berjalan tanpa menoleh kebelakang. Jalannya juga ia percepat agar Joe kehilangan jejaknya dan tak bisa mengikutinya. Ia merasa lega saat pagar abu-abu rumahnya terlihat. Namun pandangannya berubah suram saat melihat seseorang berambut pirang sedang berdiri di depan pagar rumah tetangganya. Ia terlihat sedang melepas papan tanda 'dijual' yang tergantung di pagar, dan tentu saja, orang itu adalah Joe.

"Rumah ini kan sudah dibeli, kenapa masih ada tanda dijual dipagarnya? Dasar!" Joe berdumal. Taylor yang sudah ada di sebelah Joe jelas mendengan semua umpatan Joe.

"Sedang apa kau? Rumah itu sudah dijual! Cepat gantung itu lagi!" Taylor merebut papan itu dari genggaman Joe dan menggantungnya di tempat asal. "Siapa bilang rumah ini dijual? Rumah ini sudah dibeli asal kau tau. Mereka baru pindah kemarin!" ucap Joe sambil kembali melepas papan tersebut.

"Kau tahu apa tentang rumah ini? Kau kan orang baru!" ledek Taylor

Joe tertawa. "Aku tahu banyak tentang rumah ini. Rumah ini telah dibeli oleh keluarga Alwyn!" ucap Joe disela tawanya.

Taylor terdiam, ia mengintip kedalam rumah tersebut dari sela-sela pagar. Benar saja, sudah tertata beberapa barang di halaman rumah tersebut yang menandakan pemilik baru telah datang untuk tinggal. "Tunggu, apa kau barusan bilang, dibeli oleh keluarga Alwyn?"

Joe mengangguk. "Itu tandanya.." Taylor melongo tak percaya. "KITA TETANGGA!! Yeayy" teriak Joe. Ia terlihat sangat senang karena dapat bertetangga dengan Taylor dengan tidak sengaja.

Taylor? Dia malah kebalikan dengan Joe. Ia kesal bukan main, ia langsung berlari kedalam area rumahnya menutup pagarnya rapat-rapat, juga meninggalkan Joe yang bingung dengan tingkahnga.

Dengan emosi, Taylor membuka pintu rumahnya dan lansung menghampiri ibunya di dapur yang sedang memasak makan siang dengan kakaknya, Gigi Hadid.

"Mom? Rumah sebelah benar sudah dibeli?" tanya Taylor to the point. Mom Andrea dan Gigi langsung menghentikan kegiatannya saat kehadiran Taylor membuat mereka kaget. "Eh kamu ini kenapa sih? Baru dateng bukannya ganti baju dulu" Gigi yang pertama memprotes.

Mom Andrea hanya tersenyum. "Akan mom jawab kalau kamu sudah ganti baju ya sayang, sana ganti baju setelah itu kita tunggu dad pulang untuk makan siang ya!" ucap mom Andrea dengan sabar. Disebelahnya Gigi cekikikan melihat Taylor dimarahi.

"Iya tuh mom bener, mending bantuin masak kan ya mom. Hahaha," ledek Gigi dengan tawa garing. Taylor cemberut dan berjalan ke lantai dua rumahnya menuju kamar dengan perasaan bercampur.

Ia kesal dengan kakaknya. Sejak kecil, mereka berdua jarang sekali akur, setiap bertemu pasti ada saja hal kekanakkan yang mereka perdebatkan. Namun jika mereka dipisahkan, mereka pasti rindu satu sama lain, seperti adik kakak lainnya. Taylor juga memiliki adik laki-laki yang hanya berbeda 2 tahun darinya, namanya Austin. Jika dengan Gigi, Taylor selalu bertengkar, berbeda dengan Austin. Taylor selalu damai jika bersama dengan Austin.

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

"Tadi kau mau bertanya apa Taylor?" tanya mom Andrea saat semua sudah berkumpul di meja makan untuk makan siang. Daddy Scott dan Austin juga ikut hadir.

Taylor yang masih mengunyah, buru-buru menelan makanannya. "Benar ya kalau rumah sebelah itu sudah ada yang beli?" tanya Taylor akhirnya. Semua yang sedang makan mengangguk. "Iya Taylor, yang menempati rumah itu teman satu kantor dad, jabatan kami sama. Namanya Mr. Richard Alwyn" ucap daddy Scott sambil menatap mata Taylor.

"Apa? Satu kantor dengan dad?" ekspresi terkejut Taylor keluar. Daddy Scott mengangguk. "Anaknya juga temanku, dia satu komunitas denganku! Komunitas seni & photografi" Austin kini berucap.

"Apa? Temanmu? Siapa namanya?" Taylor tambah terkejut. "Zayn," jawab Austin singkat sambil melanjutkan makan. Taylor menghela nafas lega karena orang itu bukan Joe. Kalau benar Joe, Taylor tak akan rela adik kesayangannya berteman dengan orang aneh itu.

"Memangnya kenapa Tay? Kenapa kau terlihat kaget?" kali ini Gigi bertanya. "Tidak, tidak ada apa-apa" ucap Taylor tanpa ekspresi. Hari ini, perasaannya sedang hancur bukan main karena Joe.

"Mr. Alwyn juga memiliki anak laki-laki seumuran denganmu, kalian bisa berteman. Nanti mom kenalkan saat makan malam bersama, malam ini" ucap mom Andrea dengan santainya.

Ekspresi Taylor kembali berubah. "APA? MAKAN MALAM BERSAMA? MALAM INI?"

Semua kembali mengangguk. "Dad mengundang mereka untuk barbeque untuk menyambut tetangga baru. Yakan dad?" ucap Gigi. Daddy Scott mengangguk. "Iya kebetulan halaman belakanh rumah kita berdua tak ada pembatas kan? Jadi cukup lega untuk barbeque dua keluarga. Sekalian berkenalan" daddy Scott terlihat senang. Berbeda dengan Taylor.

"Halaman belakang rumah kami tidak diberi pembatas? Oh tidak!"

"Halaman belakang rumah kami tidak diberi pembatas? Oh tidak!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
detective TaylorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang