VII

109 10 0
                                    

"Patrick dan Austin"

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

"Austin, tolong panggil kakakmu untuk sarapan. Dia tak keluar kamar sejak tadi" ucap mom Andrea kepada Austin yang sedang asik bermain ps dengan Patrick. Ya, anak bungsu keluarga Alwyn tersebut sudah ada sejak subuh untuk tanding bola di ps milik Austin. Austin berjalan lemas menuju lantai dua karena kecewa karena waktu mainnya terganggu.

Partick hanya diam memperhatikan Austin berjalan menuju kamar Taylor. Ia tak begitu kenal dengan kakaknya Austin yang bernama Taylor itu, ia lebih kenal dengan Gigi. Mungkin karena Gigi mudah bergaul dan Taylor jarang keluar kamar, atau entahlah.

"Taylor sarapan!!!" teriak Austin sambil mengetuk pintu kamar Taylor dengan tak sabar. Namun setelah menunggu lama, tak juga ada jawaban dari dalam kamar. "Taylor!!" kali ini Austin makin tak sabar. Ia menghela nafasnya dan membuka pintu kamar Taylor. Untung saja pintu kamarnya tak dikunci.

Austin mematung saat melihat apa yang terjadi di kamar Taylor. "Woww kau hebat bung!!" ucap Austin histeris sambil sedikit tertawa. Tawa dan teriakkan Austin tampaknya menganggu waktu tidur Taylor. Ia bangun dari tidurnya dan menyipitkan matanya saat melihat Austin.

"Kau abis buat eksperimen apa Tay? Hohoho kamarmu sangat bersih mengalahkan kamarku!" ucap Austin dengan nada sedikit meledek. Taylor diam sejenak, ia menengok kanan dan kiri. Hingga tiba-tiba..

"Oh sh*t!!" Taylor mengumpat sambil berlari menuju pintu kamarnya dan menutupnya dengan rapat. Austin hanya bisa diam memperhatikan kelakuan kakaknya. "Apa yang kau lakukan disini? Sana kau pergi!" usir Taylor.

"Kau abis apa semalam? Tak biasanya barang-barangmu berantakan dan kenapa kau tidur di lantai?" tanya Austin. Taylor menghela nafasnya sambil mengambil satu persatu barangnya yang bercecer. "Tidak, bukan apa-apa!"

Austin berjalan melewati Taylor yang sibuk merapikan barangnya menuju meja belajar milik Taylor. "Ini apa?" belum sempat Austin menyentuh kotak misterius yang Taylor temukan, tangannya sudah ditahan oleh yang punya. "Bukan apa-apa, sana kau pergi. Atau kau akan aku kunci disini untuk merapikan semua barangku!" ancam Taylor.

Austin mundur. "Ohh tidak mau!! Nanti tim bola ps ku kalah sama Patrick" Austin melengos dan pergi meninggalkan Taylor.

Mendengar nama Patrick, Taylor terdiam. "Tunggu, Patrick? Maksudmu Patrick anak keluarga Alwyn?" tanya Taylor. Austin berbalik dan mengangguk. "Iya, dia ada di bawah sedang tanding bola di ps denganku" jawab Austin sebelum benar-benar pergi dari kamar Taylor.

Taylor diam mendengar jawaban adiknya. Entah ia mau senang atau kecewa dengan kehadiran Patrick dibawah, tapi yang pasti, ia harus membersihkan kamarnya agar tak kena semburan kemarahan mom Andrea.

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

"Patrick, Austin, kalian mau ikut sarapan bersama?" tanya mom Andrea sambil menyendok nasi ke piring papi Scott. Dari kejauhan, Partick dan Austin menggeleng tanpa menoleh sedikitpun.

"Tidak usah tante, jam 9 nanti kami ada janji dengan teman buat sarapan bersama, traktiran ulangtahun" ucap Patrick sambil memasang senyum lebarnya. Mom Andrea tersenyum melihat tingkah kedua anak remaja tersebut.

"Mom, memangnya Austin dan Patrick satu sekolah ya?" tanya Taylor. Mom Andrea yang sedikit terkejut mendengar pertanyaan anaknya, refleks mengerutkan alisnya. "Memangnya kenapa Tay?" tanya balik mom Andrea.

"Tidak, aku hanya penasaran dengan teman yang mau traktir mereka" jawab Taylor sambil menenggak segelas air putih di hadapannya.

"Mereka tidak satu sekolah Tay, mereka sepertinya punya perkumpulan pecinta Play Station. Sejak hari pertama Patrick datang, Austin jadi sering keluar rumah dengannya. Mungkin Patrick yang memperkenalkan perkumpulan itu" jelas Gigi sambil melihat tingkah Patrick dan Austin yang kini sedang main dorong-dorongan. Benar-benar anak remaja!! Batin Taylor.

"Bukannya Austin satu komunitas dengan Zayn ya, seingatku waktu makan malam Austin pernah bilang seperti itu." Taylor menatap Gigi penuh rasa penasaran. Gigi mengangguk.

"Iya, Zayn dan Austin satu komunitas seni, itu komunitas Austin sejak lama. Jadi intinya, Austin lebih lama kenal dengan Zayn dibanding dengan Patrick. Keduanya merupakan teman satu komunitas Austin, dengan komunitas yang berbeda" lagi-lagi Gigi menjelaskan panjang lebar.

Taylor membentuk huruf O dengan mulutnya saat mendengar jawaban Gigi. Kini ia baru tahu kalau Austin sesibuk itu, walau dalam pandangannya Austin hanya anak malas yang kerjaannya mengganggu waktu sendri Taylor dikamar.

"Udah cukup bahas Patrick dan Austin-nya, ayo kita sarapan" setelah mom Andrea berucap, semua yang duduk dimeja makan langsung tutup mulut dan menikmati sarapannya dalam diam.

"Udah cukup bahas Patrick dan Austin-nya, ayo kita sarapan" setelah mom Andrea berucap, semua yang duduk dimeja makan langsung tutup mulut dan menikmati sarapannya dalam diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
detective TaylorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang