"Perasaan Taylor"
◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻
"Taylor!" sapa Joe ketika Taylor berjalan keluar gerbang sekolah.
Taylor menoleh dan tersenyum kearah Joe, menunjukkan keramahan kepadanya. Begitupun sebaliknya, Joe membalas senyuman Taylor. Sudah menjadi rutinitas mereka sekarang saling sapa dan senyum.
"Pulang bareng?" tanya Taylor, seolah bisa menebak apa yang diinginkan Joe.
Karena sudah ditebak benar oleh Taylor, Joe sedikit kaget dan tertawa diakhir. Ia kemudian mengangguk menandakan benar adanya.
"Tapi aku lapar! Bagaimana kalau kita makan di resto dulu?" Joe memohon.
Taylor sedikit tergoda karena ia juga lapar, namun ia ingat tadi pagi, mom Andrea mengingatkan agar Taylor segera pulang untuk makan bersama sekeluarga. Salah satu hal yang langka di keluarganya memang adalah makan bersama. Kesibukan masing-masing anggota keluarga sering kali jadi alasan batalnya acara tersebut.
"Aku juga lapar Joe, tapi.. Aku sudah janji akan makan bersama keluarga. Kau tahu, itu hal langka dalam keluargaku!" Taylor dengan berat hati mengatakannya kepada Joe.
Sekarang ia makin bimbang saat melihat Joe jadi tidak semangat lagi. Taylor merasa bersalah telah menolak ajakan Joe, namun menerima ajakan Joe juga akan jadi bala baginya. Ia bisa menghancurkan acara langka dalam keluarganya, dan tentunya ia tak ingin itu terjadi.
"Tidak apa-apa Lor, kau tahu, aku juga mendambakan hal itu dalam keluargaku. Aku bersyukur kau bisa mendapatkannya. Nikmatilah makan bersama keluargamu. Lagipula aku punya banyak waktu untuk bersamamu!" ucap Joe dengan mantap.
Taylor sedikit lega mendengarnya, tapi ia malah dibebani dengan ucapan Joe. Kata-katanya yang menyatakan kalau pria itu punya banyak waktu bersamanya, apa itu sebuah kode? Sayangnya Taylor masih belum peka mengenai hal itu. Bahaya jika memang benar kalau...
".. M.. Maksudku, kita bisa makan bersama lain kali... Jadi seperti itu.. Hehehe" Joe menyambar. Sepertinya ia sadar kalau ucapanya membuat Taylor salah tingkah.
"Iya aku paham" ucap Taylor berusaha menenangkan Joe meski dirinya sendiri tak tenang.
Jadilah suasana canggung yang mulai jarang mereka ciptakan kembali tercipta. Mereka berdua berjalan beriringan menuju rumah dengan diam. Keduanya sibuk memikirkan perkataan satu sama lain.
Sebenarnya, pipi Joe sudah memerah sejak ia membuat Taylor salah tingkah tadi. Tapi karena wanita itu sibuk memikirkan hal lain, jadilah ia tak melihatnya. Joe merasa beruntung.
"Ngomong-ngomong, aku suka suasana pertemanan kita sekarang Joe" Taylor berusaha mencairkan suasana dengan memberi topik pembicaraan baru.
Joe yang mendengar ucapan Taylor dibuat lega. "Memangnya, dulu kau tidak suka suasana pertemanan kita?" tanya Joe.
Taylor menunduk malu mendengarnya, "tidak bukan seperti itu Joe. Kau ingat dulu, kita selalu bertengkar kalau bertemu. Apalagi aku, dulu aku mudah merasa jengkel kalau melihat wajahmu. Tapi sekarang aku merasa semuanya sudah berbeda. Semua telah berubah, menjadi lebih baik tentunya"
Yaps! Mereka sukses mencarikan suasana.
Joe tertawa kecil mendengarnya. Ia juga merasakan hal yang berbeda telah terjadi. Namun ia memilih tidak menunjukkannya didepan Taylor. Cukup dirinya yang tau apa yang dia rasakan saat ini.
Sedikit terjadi keheningan kembali, namun tak lama mereka sampai dirumah. Joe melambaikan tangan kearah Taylor sebelum dirinya menghilang dibalik pagar rumahnya. Dan Taylor membalasnya dengan senyuman manis.
Begitu Taylor masuk kedalam gerbang rumahnya, langkahnya terhenti. Ia merasakan beban baru memberati bukan hanya pundaknya namun juga hatinya. Beban yang tak akan pernah ia tahu apa sebab dan akibatnya nanti.
Ia bahkan sampai menitihkan air mata. Emosinya benar-benar tengah tak stabil saat ini. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya, paru-parunya terasa berat dan tenggorokannya tercekik. Ia merasakan perasaan tertahan yang amat sangat dahsyat. Berusaha sekuat tenaga memikirkan perasaan apa yang ia tahan selama ini.
Namun ia buru-buru tersadar dan menghapus air matanya, kembali menarik nafas panjang dan mengontrol perasaannya. Dan tepat saat dirinya tenang, Austin keluar dari rumah dan menatap Taylor dengan mengangkat alisnya.
"Kau, menangis?!" Austin terkejut melihat kakaknya pulang dengan air mata.
Taylor merasa gagal menyembunyikan perasaannya, terlanjur sudah Austin mengetahui. Walau tak ada lagi air mata, Austin tahu jelas apa yang sedang Taylor rasakan hanya dari ekspresi wajahnya.
"Austin, aku tidak... Ikut aku!" Taylor menarik tangan Austin keluar gerbang rumah.
Mengajaknya pergi menjauh dari rumah. Benar, ia butuh Austin sekarang, ia sangat butuh adiknya itu. Taylor akhirnya berhenti menarik Austin di depan sebuah bangku taman, jaraknya lumayan jauh dari rumahnya.
Taylor kembali menghela nafas di depan Austin yang kebingungan. Tingkah kakaknya benar-benar aneh saat ini.
Tiba tiba Taylor memeluk Austin, sangat erat. Austin dibuat kaget, tapi ia membiarkan kakaknya tersebut tetap berada di posisi nyamannya.
"Aku bingung Tay. Aku tadi ingin memberi makan Mer dan Oliv, tapi aku malah dapat bonus pelukan dari ibunya Mer dan Oliv. Ada apa Tay, apa kau mau cerita denganku?" Austin akhirnya berbicara.
Taylor segera melepas pelukannya dan mengangguk. Ia mengajak Austin duduk di bangku taman. Taylor kembali mengontrol nafasnya untuk bercerita.
"Aku takut Austin, aku telah sadar akan hal ini tapi aku takut. Aku takut kalau aku tak bisa mengontrol perasaan ini didepannya, aku takut dia merasakan hal yang berbeda denganku Austin. Tolong aku, aku bingung!" ujar Taylor dengan cepat.
Austin mengerutkan alisnya, ia bingung apa maksud dari Taylor. Cerita yang Taylor ceritakan terlalu sulit untuk dicerna.
"Apa maksudnya? Perasaan apa yang kau maksud? Dan dia, siapa dia? Aku tidak paham Tay!" tanya Austin.
"Jadi kau tidak paham dengan cerita ku?!" Taylor terkejut.
Austin menggeleng.
"Ini tentang JOE, Austin! Tentang JOE!!" Taylor teriak di telinga Austin.
Austin sempat diam sejenak. Ia lalu berdiri terkejut setelah berhasil mencerna kata-kata Taylor. Bahkan ia sampai menutup mulutnya saking tidak percaya nya dia.
"Jadi, kau?!! SUKA DENGAN JOE?!" teriak Austin di taman yang sedang ramai tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
detective Taylor
Fiksi PenggemarAku memang penyanyi. Tapi untuk kali ini, lupakan menyanyi! Mulai sekarang, panggil aku detektif Taylor! -detektif Taylor Alison Swift :) ©2018 (5.06.18) [Completed 2.06.20]