Kasus 2: "Kotak Misterius"
◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻
Taylor melamun di dalam kamarnya, dipangkuannya terdapat kotak yang tadi ia temukan saat menjalani hukuman di kebun sekolah. Pikirannya kacau karena becandaan mom Elizabeth, meski cuma becanda, Taylor tetap saja kesal. Alhasil ia meninggalkan meja makan lebih cepat dari yang lain untuk mengurung diri dikamar.
"Hei Taylor, kau tak lapar? Kau tidak makan apa-apa tadi dibawah, mom suruh aku bawakan ini. Cepat buka pintunya, aku pegal!!" teriak Gigi tepat didepan pintu kamar Taylor. Teriakan Gigi yang menggelegar membuat Taylor sadar dari lamunannya
"Iya," balas Taylor lemas. Ia meletakkan kotak yang ada di pangkuannya ke atas kasur dan berjalan lemas kearah pintu. Saat kunci pintu di buka, wajah meledek Gigi lansung terlihat menyebalkan.
"Kau baper ya, hahaha. Lagipula saat kau meninggalkan meja makan tadi, mom dan papi sudah setuju kalau kau akan dijodohkan dengan Joe" ledek Gigi. Sebenarnya hal yang ia katakan tak terjadi, ia mengarangnya untuk melihat wajah kesal adiknya.
"Terima kasih," Taylor mengambil piring yang berisi daging barbeque serta segelas air putih yang diantar Gigi dan menutup pintu kamar dengan kencang. Jelas, diluar Gigi kaget dan kesal dengan kelakuan Taylor.
Taylor diam sejenak dan menghela nafasnya panjang. Ia meletakkan piring dan gelas di meja belajarnya dan kembali berjalan ke kasur. Tadinya ia ingin merebahkan diri dikasur dan menenangkan pikirannya, tapi kotak di hadapannya menarik perhatian.
Buru-buru ia mengambil kaca pembesar ukuran kecil dari tas sekolahnya dan meneliti kotak itu dengan hati-hati. Ia berdecak kesal, cahaya dikamarnya terlalu redup untuk meneliti kotak tersebut.
Ia lalu membawa kotak tersebut ke meja belajarnya, menyingkirkan makanan yang sudah disediakan Gigi tadi dan mulai menyalakan lampu belajar. Ia dekatkan kaca pembesar miliknya, senyumnya mengembang saat menemukan sesuatu yang memuaskan.
"Umur kotak ini gak lama, gemboknya juga gembok modern. Hahaha inimah gampang bukanya, aku cuma perlu..." ia mencari sesuatu di mejanya dengan tergesa, hampir semua barang yang ada di meja belajarnya berhamburan dibawah karena ulahnya. Ia mengangkat sesuatu dari kotak pensilnya dan kembali tersenyum.
"Ini dia!" Taylor memainkan paper clip digenggamannya. Ia cukup pintar untuk membobol sesuatu. Pernah suatu hari ia terlambat berangkat sekolah hingga gerbang sudah di gembok, ia menggunakan paper clip untuk membuka gembok tersebut hingga benar-benar jebol dan tidak bisa dipakai lagi. Untuk hal itu Taylor dihukum untuk menjadi penjaga perpustakaan selama satu minggu penuh.
Hanya dengan waktu kurang dari satu menit kotak itu berhasil dibuka. Taylor grogi, ia takut isi dari kotak itu adalah bom. Ia takut saat membuka kotak itu, ia bisa meledak. Pikiran aneh memang, tapi ia benar-benar terlihat waspada dan takut sampai keringatnya bercucuran, ac kamarnya memang perlu diperbaiki!
Taylor memejamkan matanya dan menghela nafas. Yakin, ia yakin. Lalu membuka kotak tersebut dengan menutup kedua matanya. Menunggu ledakan terjadi di hadapannya. Namun tak terjadi apa-apa sampai kotak benar-benar terbuka, untuk itu Taylor terlihat lega karena isinya bukan bom.
Ia tak kalah terkejut melihat isi kotak tersebut. Hanya ada beberapa tumpuk surat ber-amplop warna-warni didalamnya. Ia mengambil salah satu surat tersebut dan merobek amplopnya. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Taylor buru-buru membuka lipatan kertas tersebut dan membacanya.
"Hidup di zaman ini tak seindah di zaman kalian. Saat surat ini ditulis, alat canggih masih banyak yang mustahil" Taylor membacanya. Ia mengerutkan alisnya, bingung mencerna kata-kata dari surat tersebut.
Karena tak paham, ia meyingkirkan surat tersebut dan mengambil surat lainnya didalam kotak. "Ingat, walau di zaman kalian mobil tak lagi memiliki roda, pertemanan dan persahabatan jangan pernah terputus. Ingatlah itu, itulah yang kami lakukan di zaman ini" isi surat kedua makin membuat Taylor bingung.
Mobil tak memiliki roda? Pertemanan dan persahabatan? Zaman ini? Itu semua tak ada hubungannya. Makin dibuat bingung, Taylor kembali menyingkirkan surat ke dua dan mengambil surat lainnya.
"Jangan kalian bangga dengan apa yang kalian temukan, kami lah awal dari semua penemuan kalian!!!" begitulah isi surat ketiga.
"Hah? Kenapa aku tak paham?" keluh Taylor. Pikirannya tak bisa berjalan saat ini entah kenapa, usahanya sia-sia kalau ia tak juga paham isi surat tersebut. Rasa penasaran terlalu mendominasi Taylor saat ini.
Tiba-tiba ia merasakan sesuatu bergejolak di perutnya. Ia memegangi perutnya. "Oh iya, aku lapar, pantas saja tak bisa berfikir" Taylor tersenyum konyol.
"Untung Gigi sudah bawa daging barbeque untuk...ku" ucapannya terhenti saat melihat daging barbeque yang dibawakan Gigi sudah terutup tumpukan kertas dan beberapa pensil warna bersarang di piring tempat daging tersebut.
Bahkan minumannya kini sudah menjadi kolam renang bagi penghapus dan rautan kecil. Taylor yang kaget langsung menyelamatkan daging barbeque nya dengan mengangkat semua kertas dan pensil warna yang bersarang tersebut. Ia kecewa bukan main. Ia tambah kaget melihat kamarnya berantakan dengan buku pelajarannya yang bercecer di lantai.
"NOO!! INI SEMUA GARA-GARA KAU" teriak Taylor pada paper clip yang ia pakai untuk membuka gembok tadi. Ia kini terkulai lemas di lantai kamarnya ditemani barang-barang sekolahnya yang berantakan di lantai. Ia kesal!! Dan lapar tentunya...
KAMU SEDANG MEMBACA
detective Taylor
FanfictionAku memang penyanyi. Tapi untuk kali ini, lupakan menyanyi! Mulai sekarang, panggil aku detektif Taylor! -detektif Taylor Alison Swift :) ©2018 (5.06.18) [Completed 2.06.20]