XXXI

65 7 2
                                    

"Last One"

Taylor duduk di Rooftop rumah Joe, sambil memegang secarik kertas yang terbungkus rapi didalam amplop. Besok, ia dan mom Andrea akan berangkat ke luar negeri untuk melakukan pengobatan dirinya. Kurang lebih selama 3 bulan.

Ia terpaksa melakukan pengobatan di luar negeri karena rujukan dokter di Indonesia. Sebenarnya ia tak rela meninggalkan keluarganya, apalagi Joe. Ia khawatir dengan apa yang akan terjadi jika dirinya tak ada di rumah.

Secarik surat yang ia tulis tadi pagi dikala semua sibuk beraktivitas, niatnya akan diberikan kepada Joe. Ia tak akan mengatakan kebenaran yang sedang terjadi. Orang-orang di sekitar Joe juga paham sehingga mereka akan tutup mulut soal kepergian Taylor, sampai Taylor bilang sendiri didepan Joe.

Saat sibuk berpikir, Taylor mendengar langkah kaki mendekat dari belakangnya. Ia tahu betul itu Joe.

"Taylor? Mengapa kamu tidak sekolah tadi? Aku khawatir terjadi apa-apa Taylor" Joe terlihat tenang saat tahu Taylor baik-baik saja.

Joe duduk di sebelah Taylor dan menatapnya dari atas sampai bawah. Joe bingung, kenapa Taylor berseragam lengkap tapi ia tak berangkat sekolah. Taylor yang melihat Joe hanya bisa tertawa geli.

"Kenapa Joe? Kamu bingung ya?" Taylor berkata seakan bisa menebak Joe.

"Iyaa, kenapa kau tak sekolah tapi pakai seragam dan kenapa kau ada di rooftop rumah ku?" tampang bingung Joe membuat Taylor tambah geli.

"Aku telat bangun tadi, jadi tak sekolah. Dan tujuan aku kesini adalah untuk memberikamu ini" Taylor memberikan amplop tersebut kepada Joe.

Wajah Joe bingung, tapi ia tak bisa menyangka hal apapun karena Taylor hanya memandang nya dengan tersenyum manis. Ia berakting seolah tak terjadi apa-apa.

"Ini apa Taylor?" Joe mengusap lembut kertas amplop yang diberikan Taylor.

"Itu surat, besok kau baru boleh membukanya Joe. Kau mau berjanji?" Taylor menggenggam tangan Joe dan membiarkan amplop surat yang tadinya dipegang jadi terjatuh.

Joe melihat sekilas surat yang jatuh tersebut, dan kembali menatap Taylor. Tatapannya beda dari tatapan sebelumnya, Joe tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh Taylor.

Tiba-tiba mata Taylor berkaca-kaca. Joe bingung harus bertindak apa karena Taylor tidak berubah sedikit dari posisinya saat ini. Tapi ia juga khawatir karena Taylor menangis.

"Tay..." Panggil Joe lirih.

Taylor langsung mengelap air matanya dan mengambil amplop surat yang terjatuh. "Maaf Joe, ini jangan sampai hilang ya".

Joe salah tingkah dibuatnya. Ia menerima amplop tersebut dan hanya bisa terdiam.

Taylor menatap Joe, ia merasa sangat bersalah sudah bertingkah seperti anak kecil didepan Joe. Ia harusnya Tak diam seperti ini, tapi ia Tak sanggup menahan rasa seperti ini. Ia Tak sanggup jika harus meninggalkan Joe dengan perasaan amat sangat berat.

Tanpa pikir panjang, Taylor memeluk Joe dengan erat yang disambut hangat oleh Joe. Wangi panfum Joe yang menempel di seragamnya tercium jelas oleh Taylor. Wangi kenyamanan yang Tak akan ia dapatkan dari lelaki manapun.

Setelah berpelukam cukup lama, Taylor melepas dekapan nya dan menatap Joe dalam. Hangat nya suasana sore yang mulai gelap terpancar. Taylor tak bisa berkata apa-apa lagi, ia hanya terdiam.

"Tay, tolong katakan padaku, ada apa sebenarnya?" Joe bertanya dengan hati-hati.

Taylor yang awalnya berniat untuk bilang bahwa ia pergi esok pagi malah bungkam. Meskipun semua sudah ia tulis di Surat yang ia berikan kepada Joe, tetap saja ia merasa harus bilang secara langsung. Tapi saat Joe ada dihadapnnya, ia tak memiliki keberanian.

"Kau tetap jadi milikku kan Joe? Dalam keadaan apapun." Tanya Taylor.

"Ya, pasti! Aku mencintaimu, kau juga mencintaiku. Kita satu, Tay" jawab Joe gusar. Ia tak takut karena Taylor tiba-tiba bertanya seperti itu. Tentu Joe akan selalu jadi milik Taylor, ia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tak goyah atas apapun yang menimpanya dan akan terus bersama Taylor.

"Baiklah, aku merasa tenang sekarang. Aku juga mencintaimu Joe" Taylor mencium pipi dan kening Joe, ia lalu meninggalkan Joe tanpa berkata apa-apa.

Joe termenung melihat Taylor jalan ke arah anak tangga. Ia ingin mencegah Taylor pergi, tapi ia tak bisa bergerak. Ciuman tiba-tiba Taylor membuatnya terdiam.

Joe terdiam karena merasa ciuman tadi berbeda dari sebelumnya. Ciuman yang Taylor berikan tadi lebih dalam rasanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
detective TaylorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang