"Konseling"
◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻
"Kau benar baik-baik saja?" tanya Joe, ia sangat khawatir pada Taylor.
"Iya aku baik-baik saja Joe, tak usah khawatir" jawab Taylor. Ia berusaha meyakinkan Joe agar pria dihadapannya tak terus-terusan bertanya.
"Baiklah kalau kau sudah baik-baik saja, aku kembali ke kelas ya. Get well soon, Tay" ucap Ardi yang berdiri dibelakang Joe.
Taylor menatap Ardi dan mengangguk. "Terima kasih ya Ardi," ucapnya sebelum Ardi benar-benar meninggalkan mereka berdua di ruang UKS.
Joe menghantar Ardi sampai keluar UKS. Ia juga mengucap terima kasih kepada ketua kelas yang sangat baik tersebut. Sebelum kembali ke kasur tempat Taylor duduk, Joe menuang segelas air dan membawakannya untuk wanitanya tersebut.
"Ini, minum" Joe mengarahkan gelas tersebut ke mulut Taylor. Namun wanita tersebut menolaknya. Ia mendorong gelas pemberian Joe.
"Joe, aku itu cuma pingsan, bukan sakit keras. Aku bisa minum sendiri kok" Taylor mengambil gelas tersebut dan meminumnya sampai habis.
Joe hanya memperhatikannya dengan tatapan datar. "Oh iya Lor, kita disuruh pak guru yang kepalanya botak itu ke ruangannya. Tapi aku tak tau dia siapa"
Taylor mengelap sisa air di bibirnya dengan telapak tangannya. "Pak guru botak? Maksudmu pak Hedi? Kau tau pak Hedi itu guru BK" ucap Taylor dengan nada horor.
"Benarkah? Berarti kita disuruh keruangan konseling? Oh tidak. Ini kali pertama aku masuk ruang konseling!!" ceplos Joe. Nada bicaranya tak kalah horor.
"Kali pertama? Disekolahmu dulu, kau tak pernah masuk ruang konseling? Hahaha cemen kau" ledek Taylor seakan masuk ke ruangan konseling adalah sebuah 'prestasi'.
Joe mengambil gelas bekas Taylor minum dan meletakannya di meja sebela kasur. "Memangnya kau sudah pernah masuk ruang konseling?" tanya Joe dengan nada meledek.
Taylor berdehem dan membetulkan letak dasi sekolahnya. "Kali ini sudah yang ke.. Hmm tunggu..." Taylor terlihat menghitung dengan jari-jari tangannya.
"Ohh ini sudah yang ke 8 kali!!" ucapnya bangga, ia sampai melipat tangannya ke dada saking bangganya.
Joe hanya bisa menganga dan bertepuk tangan mendengar 'prestasi' Taylor. Melihat Joe bertepuk tangan, Taylor makin percaya diri. Ia turun dengan melompat dari ranjang yang cukup tinggi. Alhasil keseimbangannya hilang dan ia hampir saja jatuh. Untung Joe sigap menahan Taylor yang sempoyongan.
"Kau benar tak apa-apa? Kau sempoyongan Lor" Joe prihatin. Taylor yang berada didekapan Joe memijat-mijat pelipisnya.
"Aku sedikit.. Pusing. Pandanganku kabur Joe" kali ini Taylor jujur. Joe yang mendengar pernyataan Taylor langsung membatu Taylor kembali berbaring di kasur. Namun Taylor menolak dan memilih kembali berdiri.
"Sebenarnya aku bingung, lehermu kan di cekik. Tapi kenapa kau pusing? Apa itu berhubungan?" tanya Joe sambil berjalan kedepan pintu UKS. Ia mengambil jaket miliknya yang sejak datang ia gantung di gagang pintu bagian dalam UKS.
"Tidak! Aku memang sudah pusing sejak tadi pagi, tapi setelah sarapan pusingnya hilang. Dan aku tak tahu kenapa sekarang kembali lagi" tutur Taylor. Ia masih memijat-mijat pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
detective Taylor
Fiksi PenggemarAku memang penyanyi. Tapi untuk kali ini, lupakan menyanyi! Mulai sekarang, panggil aku detektif Taylor! -detektif Taylor Alison Swift :) ©2018 (5.06.18) [Completed 2.06.20]