Taylor dan Joe berjalan di lorong dengan wajah bahagia. Taylor memegang 'kotak misterius' di lengan kanannya, dan tangan kirinya memegang sebuah kaca pembesar.
Mereka berniat kembali ke ruang club baru mereka, untuk melanjutkan misi mencari tahu darimana kotak misteius yang merka temukan berasal. Untuk mencari tahu hal tersebut, tentu dibutuhkan ruangan dan peralatan yang ekstra. Beruntung Joe telah memenuhi semua kebutuhan Taylor termaksud ruangan dan mood.
Tiba-tiba seorang murid laki-laki menahan mereka saat berada di ujung lorong. "Oh jadi kalian yang mengambil kotak milik kami!" ucapnya.
Joe dan Taylor tentu saja terheran-heran. Ada apa dengan orang dihadapannya itu? Namun herannya belum sampai puncak, tiba-tiba keluar 5 murid dari tempat murid pertama muncul. Kelimanya terdiri dari 2 laki-laki dan 3 perempuan.
Joe dan Taylor tak bisa kemana-mana. Bahkan belakang mereka juga dialingi oleh 5 murid lainnya. Darimana semua murid tersebut datang? Dan apa tujuan mereka?
"Kalian berdua memang ya, khas sekali dengan kelakuan aneh! Sekarang, berani sekali kalian mengambil tugas anak-anak ini. Sekarang, kembalikan dan minta maaflah! Cepaat" tiba-tiba suara berat pak Gema tedengar diiringi munculnya sosok tubuhnya dihadapan Taylor dan Joe.
Taylor mengangkat sebelah alisnya, ekspresinya tak karuan bingung. "Tunggu pak, kami tak paham apa yang pak Gema maksud?" tanyanya.
Pak Gema kaget, ia menurunkan kacamatanya. "Kalian sungguh tidak tahu? Dasar kalian ya!" pak Gema tiba-tiba merebut kotak yang sedang Taylor pegang.
Karena barangnya ditarik paksa, tangan Taylor tergores dan terasa perih. Ia hanya diam dan menahan rasa sakit daripada harus mengeluh depan pak Gema yang sedang emosi. Meski Taylor tak tahu apa yang menyebabkan pak Gema emosi dan tiba-tiba mengambil kotak milik Taylor.
"Pak, kotak itu milik kita. Ada apa pak Gema tiba-tiba mengambilnya? Dan ada apa juga pak Gema tiba-tiba memarahi kami?" kali ini emosi Joe terpancing.
Tiba-tiba salah satu dari murid yang menghadang Joe dan Taylor keluar dari barisan dan berdiri didepan mereka. "Kotak itu milik kalian? Sejak kapan? Itu kotak milik kami!" marahnya.
Teman-temannya yang lain saling mengompori dengan berteriak kearah Joe dan Taylor yang merasa semakin terpojok. "Maaf, bisa tolong jelaskan maksudnya apa? Aku dan Joe sama sekali tidak mengerti maksud kalian" tanya Taylor akhirnya.
Murid yang mengompori Taylor dan Joe menghela nafas. "Kalian telah mengambil kotak milik kami, dan lebih parahnya lagi kalian mengakui kotak itu milik kalian. Asal kalian tahu, kotak itu mili kita! Kita yang membuat kotak itu! Itu tugas sejarah kita!"
Taylor membeku. Ia kaget saat mengetahui faktanya itu bukan kotak dari masa lalu. Ia merasa gagal karena tidak bisa mengetahui lebih dalam tentang kotak tersebut, ia juga malu karena telah mengambil tugas milik orang lain.
"Sekarang, kalian kembalikan kotak tersebut. Dan ikut saya!" pak Gema mengisyaratkan agar Taylor dan Joe mendekat.
Langkah Taylor dan Joe bersamaan saat mendekat ke pak Gema. Mereka benar-benar malu dan tentunya tidak tenang, jelas, pak Gema pasti akan menghukum mereka.
Taylor menyerahkan kotak tersebut ke pak Gema yang kemudian di oper ke muridnya. Pak Gema lalu berjalan sambil melambaikan tangannya tanda Joe dan Taylor harus ikut dengannya.
Semua murid yang kehilangan tugasnya lansung menyuraki Taylor dan Joe, saat mereka berjalan beriringan. Sejujurnya, hal macam ini telah biasa Taylor dapatkan. Namun bagaimana dengan Joe? Ia merasa tak enak pada lelaki tersebut karena menyeret pada kasus seperti ini.
Terlebih lagi pak Gema, guru itu pasti sudah merencanakan hukuman untuk Taylor dan Joe. Hukuman berat tentunya, pak Gema terkenal dengan hukumannya yang khas dan unik.
Mereka bertiga berjalan seiringan dengan pak Gema sebagai peminpin arah. Taylor dan Joe tak tahu akan kemana mereka diarahkan. Bahkan saking bingungnya, Taylor dan Joe beberapa kali bertatap mata selama perjalanan.
"Hukuman membersihkan kamar mandk atau memotong rumput terlalu ringan untuk kasus kalian yang berat ini.." ucap pak Gema.
Kasus? MemangnyakamimelakukanpembunuhansampaipakGemaanggapinisebuah kasus?! Dasar! Umpat Taylor dalam hati.
Pak Gema lalu membuka sebuah ruangan tergembok. Saat dibuka dan dinyalakan lampunya, Taylor baru tahu kalau ruangan tersebut ternyata ruang kerja pak Gema.
Taylor mengangkat sebelah alisnya karena bingung. PakGemaakanmenghukumkita? Lalumengapaiamembawakitake ruang kerja nya?! Batin Taylor.
"Kalian bingung? Baiklah, jadi beberapa hari lalu ada penyusup diruangan bapak. Kelihatan dari jejak kaki asing, tapi jejak kaki itu tidak akan membuktikan apa-apa karena kalian akan pusing jika harus mencari siapa pemilik jejak tersebut. Jadi saya menghapus jejak tersbut.
Tujuan saya membawa kalian kemari karena saya penasaran apa yang dilakukan penyusup tersebut. Karena, tak ada satupun barang hilang atau berantakan di ruangan saya. Jika kalian berhasil memecahkan misterinya, kalian saya lepaskan dari hukuman dan boleh kembali belajar" jelas pak Gema.
Taylor mengerti, jadi itu alasan pak Gema membawanya ke ruang kerjanya. Sebenarnya Taylor masih tidak paham, kenapa pak Gema penasaran dengan apa yang dilakukan penyusup jika semua barangnya masih aman. Namun daripada menolak dan diberi hukuman, tak ada salahnya jika Taylor menerima rintangan tersebut.
"Apa kau ingin menyelidiki kasus ini Joe?" tanya Taylor pada partner-nya. Tentu ia tidak boleh egois dalam mengambil keputusan.
"Kau pasti sudah menebak aku akan menjawab apa Lor!" ucap Joe tersenyum ke arah Taylor, sambil mengeluarkan kaca pembesar milik Taylor dari saku celananya.
Taylor membalas senyuman licik Joe. Baiklah, kasusakan segera terungkaptaklama lagi!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.