XVI

75 11 0
                                    

"Club"

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

Joe tertunduk lemas di mejanya. Bosan rasanya tak ada Taylor di sebelahnya. Kebiasaannya saat pagi seperti mengganggu Taylor kini tak bisa dilakukan. Biasanya, Joe akan mengganggu Taylor agar marah di pagi hari. Entah kenapa marahnya Taylor selalu jadi penyemangatnya menjalani aktifitas.

Dan hari ini? Benar! Joe kehilangan semangatnya karena tak bisa melihat Taylor. Dia benar-benar tak bersemangat untuk melakukan segala hal hari ini.

Taylor yang masih sakit sepertinya tak akan pergi ke sekolah hari ini, walau Joe selalu berharap Taylor akan datang menyemangatinya.

"Joe?!" panggil seseorang yang suaranya benar-benar mirip Taylor. Joe memilih untuk tetap bertahan di posisi tidurannya karena ia pikir suara tersebut hanya halusinasi.

"Sial, aku berhalusinasi!" umpat Joe. Kepalanya yang masih terbenam di tangannya membuat suaranya memantul dan terdengar jelas.

"Kau berhalusinasi? Berhalusinasi tentang apa?" tanya suara itu lagi.

Sial, halusinasinya makin liar sekarang. "Halusinasi tentang Taylor Alison Swift si pirang!" anehnya, Joe malah menjawab halusinasinya sendiri, jelas tanpa kesadaran penuh.

Joe berharap halusinasinya tersebut kembali menjawab, namun sepertinya berhenti sampai sana saja.

Tiba-tiba ia merasakan lengannya perih, seperti dicubit seseorang. Karena refleks, Joe bangun dari posisinya dan melihat siapa sosok yang menyubitnya.

Seorang wanita berambut pirang tengah berdiri disampingnya. Tangannya melingkar di dada karena kesal. "Kau halusinasi tentangku? Tentang apa Joe? Kalau kau halu tentang mesum? Kumakan kau!" ancamnya.

"Iya!" jawab Joe refleks, ia sebenarnya terkejut. Jadi kata-kata bisa keluar begitu saja tanpa tersaring.

Raut wanita disampingnya kembali berubah. Ia kembali menyubiti lengan Joe.

"Dasar otak mesum!" marahnya disela serangan cubitan beruntun.

Joe tersentak dan sadar. Ia terus menghindari cubitan wanita disampinya dengan sekuat tenaga. "Eh kenapa aku dicubit? Apa aku salah bicara?"

Wanita itu berhenti mencubit. "Dasar watados!" sindirnya sambil duduk dan meletakan tasnya di meja.

"Memangnya aku bilang apa?" tanya Joe sambil mengingat-ingat apa yang katakan tadi.

"Kau bilang halusinasi tentangku dan membayangkan hal mesum! Dasar laki-laki OMES! Makanya kau aku cubit! Enak kan?!" jelasnya.

Joe kembali bersemangat. "Kalau tahu seperti itu, aku memikirkan tentang hal mesum tentangmu terus saja, agar kau menyubitku setiap hari!"

"Kau sudah Gila!" sindirnya lagi.

Joe tiba-tiba mendekatkan duduknya ke samping Taylor. "Aku gila karenamu Taylor Alison Swift!" bisiknya.

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

"Tau tidak? Saat kau pulang kemarin, aku menelurusi sekolah saat jam istirahat!" Joe memulai percakapan dengan ceritanya yang nampak seru.

"Tidak! Aku tidak tahu!" jawab Taylor dengan nada malas. Ia bahkan tak menengok kearah Joe dan malah sibuk menyeruput minumannya. Mereka kini tengah istirahat di kantin sekolah, seperti biasa, tak ada teman atau orang lain antara mereka. Mereka benar-benar seperti pasangan yang tengah menikmati makanan berdua seakan dunia tak ada orang lain.

Joe yang mendengar dentuman es batu dari gelas minuman yang sedang Taylor minum lansung menoleh. Ia segera menarik gelas itu saat Taylor masih meminumnya. Alhasil, sisa minuman yang ada di sedotan tumpah ke rok Taylor dan membasahinya.

"Kau ini kenapa Joe? Lihat rok aku jadi basah kan!" marah Taylor dengan nada lucu (hanya bagi Joe tentunya).

"Kau lupa? Kemarin kau baru saja sakit! Dan sekarang kau nekad sekali meminum minuman dingin!" Joe menasehati. Memang ada benarnya juga ucapan Joe.

"Tapi kemarin aku sakit karena kelelahan, bukan flu Joe!!" Taylor tak mau kalah.

Anehnya, Joe malah memilih untuk diam. Ia berfikir sejenak sebelum mengembalikan minuman milik Taylor. Tanpa melirik sedikitpun, Taylor langsung menyeruput kembali minumannya.

Tiba-tiba Joe tersentak dan memetikkan tangannya. "Oh iya ceritaku belum selesai tadi!" sambung Joe.

Taylor hanya mengangguk-angguk tanpa tujuan. Ia terlihat sedang tak ingin berbicara saat ini, hanya mendengarkan.

"Jadi kemarin aku mengitari sekolah, kau tahu. Aku menemukan ruangan rahasia digudang lantai 3. Ruang rahasia itu menghadap keluar, seperti balkon. Namun tak ada siapapun yang bisa melihat kita kalau kita berada disana karena semua sisinya ditutup, sisi atas juga terhalangi ruangan lain. Menurutku, itu sebenarnya balkon, namun gagal karena sisi-sisinya tertutup" Joe menceritakan. Ia bahkan sampai membayangan hal yang dia lakukan kemarin dikepalanya.

"Terus?.." Taylor mulai tertarik pada topik pembicaraan.

Joe memaksa Taylor untuk menengok kearahnya dengan memutar kepala Taylor. "Kau tahu apa yang ada di pikiranku?.. Kita bisa buat club detektif!!"

Saat itu juga Taylor menyemburkan minuman dari mulut dan hidungnya ke arah muka Joe.

Saat itu juga Taylor menyemburkan minuman dari mulut dan hidungnya ke arah muka Joe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
detective TaylorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang