Pagi ini sudah saatnya Taylor pergi. Ia menyeret 2 koper besar miliknya dan mom Andrea. Selama 3 bulan ia akan berada di luar negeri untuk pengobatan penyakitnya. Dokter Taylor bilang ada kemungkinan pengobatan akan berjalan lebih cepat dari yang diperkirakan jika Taylor tidak stress. Itulah alasan mom Andrea memutuskan untuk melakukan pengobatan di Jerman. Berharap suasana tenang pedesaan Jerman tak membuat stress anaknya.
Taylor memeluk papi Scott erat, seolah tak ingin lepas. Mom Andrea? Jangan ditanya, air matanya tak terbendung melihat perpisahan anaknya.
Gigi memeluk ibunya tak kalah erat, baru kali ini ia merasa 'peduli' dengan apa yang terjadi di keluarganya. Saat diagnosis penyakit Taylor keluar, Gigi sama sekali tak peduli dan memilih menginap di rumah pacarnya.
Tapi semua yang ia lakukan saat itu seakan berbalik. Gigi merasa sesak dan khawatir. Mau bagaimanapun juga, Taylor tetap adiknya. Adik perempuan satu-satunya yang seharusnya ia temani saat tumbuh besar.
Gigi tak kuasa dan melepas paksa pelukan Taylor ke papi Scott. Ia tersedu dan memeluk adiknya itu. Tak ingin lepas, benar-benar tak ingin ia lepas adiknya untuk pergi.
"Seharusnya aku jagain kamu Taylor, seharusnya aku temenin kamu. Maaf Taylor, maafin aku selama ini belum jadi kakak yang utuh buat kamu." tangisan Gigi pecah.
Taylor masih kaget dengan tarikan paksa Gigi. Tapi ia tak menyangka kakak satu-satunya ternyata peduli dengan kepergian dirinya. Kakak yang dari kecil tak pernah hadir di sisinya.
Taylor membalas pelukan Gigi dan membenamkan kepalanya kedalam pelukannya. "Kakak memang bukan kakak yang utuh, tapi itu lebih baik daripada gak ada kakak sama sekali."
Ucapan Taylor membuat Gigi makin menggila. Pertama kalinya ia merasa kehadiran adiknya sangat penting, adalah disaat adiknya ingin pergi jauh. Tak ada yang lebih menyedihkan bagi Gigi saat ini.
"Kak, lepasin adiknya. Kita harus kejar penerbangan pagi ini juga sayang" ucap mom Andrea lembut sambil mengusap punggung Gigi.
Mendengar perintah mom Andrea, Gigi langsung melepas pelukkan Taylor. Gigi menatap mata biru adiknya dengan dalam. "Janji sama kak Gigi kalo Tay akan bertahan sampe ini semua selesai. Janji."
Taylor mengangguk dan tersenyum. "Iya aku janji kak, terima kasih ya."
Mendengar janji adiknya, Gigi akhirnya tersenyum. Ia memeluk Taylor sekejap dan mencium pipi adiknya tersebut.
Semua barang yang akan dibawa sudah dimasukkan ke bagasi mobil oleh Austin. Setelah tugasnya selesai, Austin menghampiri Taylor dan memeluknya sebentar. "Semangat ya kak."
"Iya, terima kasih Austin. Oiya, ingat tugas yang kuberikan buatmu jangan sampai lupa." Taylor berbisik.
"Siap boss" Austin mencubit pipi Taylor sampai ia memerah karena malu.
Setelah selesai berpamitan, Taylor dan mom Andrea masuk kedalam mobil. Papi Scott yang akan menghantarkan mereka berdua ke bandara.
Taylor melambaikan tangan ke Gigi dan Austin dari balik kaca mobil sebelum menjauh dan hilang dibalik tikungan komplek.
Gigi masih tersendu dan menangis. Austin yang melihat keadaan menyedihkan kakaknya langsung merangkul. "Kak, 3 bulan gak lama kok kak. Taylor pasti bisa aku yakin."
Kata-kata Austin sedikit membuat Gigi tenang. Keduanya tersenyum dan masuk kedalam rumah sambil merangkul satu sama lain.
***
Pagi ini Joe terbangun kaget. Ini weekend tapi entah mengapa ia bangun lebih pagi dari weekend sebelumnya. Joe mengusap matanya yang masih mengantuk dan merapikan rambut badai nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/145237026-288-k110434.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
detective Taylor
Hayran KurguAku memang penyanyi. Tapi untuk kali ini, lupakan menyanyi! Mulai sekarang, panggil aku detektif Taylor! -detektif Taylor Alison Swift :) ©2018 (5.06.18) [Completed 2.06.20]