Bel masuk terdengar tepat saat Joe dan Taylor duduk di bangku mereka. Untungnya mereka tak telat jadi mereka akan aman dari hukuman. Eh tunggu, hukuman? Bukannya Taylor..?
"Oh tidak! Mati aku" Taylor memasang tampang horor sambil memegang kedua pipinya. Ia takut. "Hah mati? Kau kenapa mati? Tak ada yang membunuhmu kok" Joe menanggapi sambil mengeluarkan buku pelajarannya dari tas. Taylor menggeleng. "Bukan! Bukan itu, tapi-"
"Baiklah anak-anak, pelajaran kembali dimulai. Keluarkan buku pelajaran kembali, ibu akan lanjutkan penjelasan tadi," bu Tina masuk kedalam kelas dan sukses membuat Taylor diam tak bergerak. Ia menelan salivanya, panik, takut jelas terpampang diwahajahnya.
"Oke, eh tunggu, Taylor Alison Swift? Apa kau melupakan sesuatu saat istirahat tadi?" bua Tina menatap Taylor. Semua mata di kelas kini juga tertuju ke arah Taylor. "Hehehe, maaf bu, saya lupa" Taylor lagi-lagi memasang senyum bersalah yang terlihat konyol. Disebelahnya, Joe malah sibuk menahan tawanya yang hampir pecah. "Kerjaanmu memang selalau lupa dan terlambat ya Taylor! Nanti pulang sekolah, penuhi hukumanmu!!" bu Tina berkata dengan santainya.
Taylor mengangguk pasrah, sungguh sial dia hari ini. Dengan tampang horor, Taylor melirik Joe yang sibuk ketawa ketiwi di sebelahnya. "Diam kau! Ini semua gara-gara kau tau!" tatapan Taylor makin tajam. "Loh kok aku? Aku kan sudah baik hari ini, aku sudah traktir kau semangkuk bakso kan? Kok kamu masih salahin aku?" Joe masih mencoba menahan tawanya.
"Gara-gara bakso mu itu aku jadi lupa ke ruang guru tau" Taylor mencoba mencari sekecilpun kesalahan Joe agar dalam hal ini ia tak disalahkan. Joe mengangkat sebelah alisnya, dan menatap Taylor dengan tatapan tajam. "Jadi masih salahin aku? Kamu tuh ya, gamau disalahin banget kayaknya"
Mereka malah berdebat. Saking serunya mereka berdebat, mereka tak sadar bahwa seisi kelas sampai bu Tina kini sedang memperhatikan perdebatan mereka. "Iya dong, orang kamu yang salah. Nih inget ya, cewe itu selalu benar!" Taylor menunjuk dirinya sendiri yang menandakan seorang perempuan selalu benar. Joe mengerutkan alisnya, ia terlihat menantang Taylor.
"Dibelakang sana seru ya" teriakkan bu Tina sanggup membuat keduanya berhenti berdebat dan mematung. Seluruh murid di kelas sudah mulai tertawa meski ditahan karena takut. "Apa yang kalian debatkan memangnya sampai terlihat sangat seru?"
Bu Tina menunggu jawaban disana, namun antara Taylor dan Joe, tak satupun dari mereka terlihat mau memberikan penjelasan. Mereka malah diam kadang sesekali saling tatap dan senggol.
"Ya sudah, kalau begitu. Joseph nanti jangan pulang dulu ya, kamu bantu Taylor menyelesaikan hukumannya" ucap bu Tina. Wajah Joe berubah drastis, rasanya campur aduk saat bu Tina berkata seperti itu. Ini adalah hari pertama ia sekolah di sekolah ini, tapi ia sudah dijatuhi hukuman akibat ulah perempuan watados disebelahnya yang sedang tertawa cekikikan. Ingin sekali Joe meninju wajah cantiknya.
"Su..ku..rin! Hahahaha" Taylor meledek Joe dengan hikmat. Joe yang terpacing emosinya mencari ide sebanyak mungkin untuk menjerumuskan perempuan laknat disebelahnya itu. "Ibu, tapi yang mulai berdebat itu kan Taylor, dia sok nantang saya, saya kan anak baru di sekolah ini!" Joe mengangkat tangannya sambil berkata yang sebenarnya terjadi.
Bu Tina yang sudah tak memperdulikan mereka berdua kini kembali menoleh dengan tatapan sangar. "Kalau ibu pikir-pikir ada benarnya juga, baiklah, Joe tak akan ibu hukum, tapi kau awasi Taylor saat melaksanakan hukuman ya. Dan Taylor, kamu hari ini terlalu banyak berulah, jadi hukumanmu ibu tambah!" keputusan bu Tina tak bisa dibantah. Keduanya diam tak berkutik sampai bu Tina kembali menjelaskan pelajaran.
Walau senang karena tak jadi dihukum, Joe tetap kesal karena harus mengawasi Taylor menjalani hukumannya. Dia sebenarnya sudah tak tahan berada di dekat Taylor lagi, tapi ia tak mau bernasib sama dengan Taylor kalau menentang bu Tina. Taylor lebih kesal lagi, hukumannya ditambah karena ulah orang baru disebelahnya itu. Bayangan menonton film sambil santai-santai dirumahnya sepulang sekolah kini raib. Kenapa rasanya Taylor selalu berulah?
Sejak awal masuk SMA, entah sudah berapa ribu kali Taylor menerima hukuman atas ulahnya. Entah karena terlambat atau hal-hal lain. Pernah Taylor berfikir untuk merubah sifatnya menjadi lebih disiplin, tapi percuma, ia tetap dihukum karena ulah yang ia perbuat sengaja maupun tidak disengaja. Walau ia sebenarnya baik dan ramah, tak ada satupun orang yang mau berteman dengannya karena alasan tak ingin terbawa oleh sifat Taylor yang senang berulah. Sebenarnya hampir 90% ulah yang Taylor perbuat itu karena tidak disengaja, tapi guru sudah hafal betul sehingga hukuman tetap saja Taylor dapatkan.
Itu sebabnya saat ini ia memilih untuk menjadi orang pendiam dan cuek (sebelum kehadiran Joe). Walau begitu, ia tetap ramah terhadap teman sekelasnya meskipun kadang keramahannya dibalas dengan hal yang tidak baik.
Takapa, akusenangsaatorang-orangdisekitarkusenang. Meskipun itu tandanya akuharusmenanggungrasa sakit~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.