XXI

61 10 0
                                    

"Perangkap Licik Austin"

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

"Kau bisa diam tidak sih Austin!!" protes Taylor sambil mencubit perut Austin.

Adiknya tersebut menggeliat kesakitan sambil berusaha melepas cubitan maut kakaknya. "Jangan perutku Tay! Sakit tau!" protesnya.

Taylor akhirnya melepas cubitannya dan memasang muka kesal. Austin terlihat tak peduli dengan kakaknya, ia malah sibuk melihat bagian perut yang dicubit Taylor.

Makin jengkel dengan sikap adiknya, akhirnya Taylor pergi meninggalkan Austin di taman tanpa pamit. Austin yang masih sibuk mengusap usap perutnya menyusul Taylor dari belakang setengah berlari.


"Kau tidak perlu takut Tay" ucap Austin setelah berhasil menyamakan langkah kakinya dengan Taylor.

"Kau hanya perlu beradaptasi, berusaha menutupi perasaanmu depan dia. Aku tau kau pasti bisa Tay, kau kan jago akting!" Austin berusaha menyemangati kakaknya.

Taylor berhenti melangkah, ia menatap adiknya dengan mengangkat sebelah alisnya. "Kata siapa aku jago akting?"

"Kau pernah membohongi Gigi kan, kau pura-pura sakit agar Gigi tidak memintamu menemaninya berbelanja di mall" Austin merasa menang.

Taylor diam, ia tidak menjawab perkataan adiknya. Karena memang benar kejadian itu terjadi.

"Tapi, aku tak bisa bertingkah biasa depan Joe. Aku takut salah tingkah dan dia sadar Austin, aku malu" Taylor kembali beralasan.

Austin menghela nafasnya. Ia memilih diam dan melanjutkan perjalanan dalam keheningan. Begitupun Taylor, melihat adiknya tak melanjutkan ia juga memilih untuk diam.

Di tengah perjalanan pulang, Austin melihat Joe sedang membeli cilok dengan adiknya Patrick. Austin melirik Taylor sejenak, nampaknya kakanya tak sadar bahwa di depan sana ada Joe. Ia melihat kesempatan emas. Bahkan Austin sempat memasang senyum liciknya.

"Taylor aku mau beli cilok!" Austin menarik tangan Taylor dengan paksa.

Taylor kaget atas gerakan tiba-tiba yang dilakukan Austin. Ia sampai berteriak karena takut, tapi teriakkannya tak berselang lama karena ingat yang menarik tangannya adalah Austin.

"Bang, ciloknya satu ya. Kau mau Tay?" tanya Austin.

Taylor menggeleng, ia sibuk mengusap usap tangannya yang sakit karena ditarik. Ia bahkan masih belum sadar kalau di dekatnya ada Joe dan Patrick.

"Oh ada Joe sama Partick. Kalian beli cilok juga?" tanya Austin kepada Joe dan Patrick.

Kepala Taylor langsung berputar cepat mendengar nama Joe. Matanya melotot kaget saat menemukan benar ada Joe yang sedang memegang plastik bening berisi cilok, tepat dihadapannya.

"Hai Tay, kau juga Austin" sapa Patrick. Taylor tidak merespon sedikitpun.

"Eh Pat, aku punya game baru, ayo kita main!" Austin membayar cilok yang ia beli lalu menarik tangan Patrick dengan paksa.

"Kita duluan ya, Tay, Joe" ucap Austin yang berjalan menjauh dari Taylor dan Joe. Patrick yang tangannya ditarik paksa tak mengerti apa yang dilakukan Austin, ia masih begitu polos tentang hal ini.

Begitupun Taylor, ia sejujurnya bingung apa yang adiknya lakukan. Namun setelah ingat obrolan dengan adiknya tadi, ia sadar bahwa ia telah masuk perangkap licik adiknya.

detective TaylorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang