XIII

86 12 0
                                    

"Kebohongan"

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

Taylor! Taylor! Taylor! Taylor! Taylor! Hanya satu nama itulah yang terus terngiang di kepala Joe. Bahkan sejak ia masuk kelas, tak ada satupun pelajaran yang masuk ke otaknya yang penuh dengan wanitanya tersebut.

Joe bahkan sampai menghitung jam menit sampai detik kapan bel pulang akan berbunyi. Ia sudah tak sabar ingin menjenguk wanitanya tersebut dan segera mengetahui kabar darinya.

Ia gelisah bukan main. Ditengah gelisahnya, bel pulang yang ia tunggu-tunggu akhirnya berbunyi. Ia segera menarik tas nya dan meninggalkan kelas dengan berlari. Bahkan ia sudah membereskan barang-barangnya 15 menit sebelum bel pulang berbunyi, tujuannya agar ia cepat sampai rumah dan bertemu Taylor.

Bahkan di lorong sekolah, Joe sampai menabrak beberapa orang saking buru-burunya. Ia berlari sekencang mungkin menuju tempat parkir. Beruntung hari ini ia diperbolehkan untuk membawa motor milik Zayn, Joe sampai mencium kaki Zayn untuk mendapat restu tersebut.

Ia langsung tancap gas tanpa memperdulikan apapun kecuali wanitanya, Taylor Alison Swift.

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

"Joe, mau makan siang? Kau terlihat buru-buru sekali hari ini!" mom Elizabeth yang sedang mengelap piring teralihkan oleh kegaduhan yang dibuat oleh Joe.

"Tidak mom, aku buru-buru. Aku ingin menjenguk teman, umm bukan teman lebih tepatnya sahabat" ucap Joe sambil membuka satu-persatu kancing bajunya di ruang tamu. Ya, anak itu benar-benar buka baju disana.

Mom Elizabeth hanya bisa menggeleng-geleng melihat kelakuan anaknya tersebut. "Kau tidak ingin membawa sesuatu? Menjengung orang sakit tak boleh tangan kosong Joe!"

Joe berlari masuk kedalam kamarnya yang tak jauh dari ruang tamu sambil menggeleng-geleng. "Aku tak tahu mom. Aku bingung ingin bawa apa untuknya"

Dengan waktu secepat kilat, Joe sudah keluar kamar dengan mengenakan kaus dan Jeans santai. Ia tak lupa menyisir rambutnya dengan jari tangan dan menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

"Bagaimana kalau mom buatkan martabak? Kau tahu kan martabak mom itu yang terbaik, pasti bisa menyembuhkan orang sakit!" usul mom Elizabeth.

Joe menghempiri ibunya dan memasang wajah memohon. "Mom, aku sedang buru-buru. Membuat martabak tak secepat yang mom kira" ucapnya.

Mom Elizabeth mengusap pundak anaknya tersebut dan mengiyakan ucapannya. Joe tersenyum, ia pamit dan buru-buru berlari ke belakang rumah.

Sebelum membuka pintu belakang rumahnya, Joe teralihkan oleh Patrick yang sedang asik main ps di ruang tv. Ia berfikir sejenak sebelum akhirnya menghampiri adiknya tersebut.

"Patrick! Kau punya game ps yang seru? Kumohon pinjamkan aku! Nanti aku kembalikan Pat!!" mohon Joe.

"Kau minggir dulu Joe! Karakter game ku bisa mati" Patrick menggerutu karena Joe berdiri tepat dihadapan layar tv tempat ia bermain game. Ia bisa kalah seketika karena tingkah kakaknya tersebut.

Joe minggir dan membiarkan Patrick menyelesaikan game nya tersebut.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Patrick menyelesaikan permainannya dengan hasil kalah. Entah karena perbuatan Joe atau karena permainan Patrick yang buruk. Dengan wajah cemberut, Patrick berjalan menuju rak tempat semua dvd game nya di simpan.

detective TaylorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang