Taylor mengoleskan bumbu BBQ ke daging dihadapannya dengan tidak fokus. Aneh, rasanya hari ini malam begitu cepat datang. Padal barusan Taylor baru saja menjalankan misinya untuk menghindari BBQ bersama keluarga Alwyn dengan cara pura-pura tidur. Tapi anehnya, mom Andrea dan Gigi tahu saja kalau itu hanya trik Taylor semata. Gigi sampai menarik-narik Taylor agar adiknya tersebut ikut acara BBQ dengan keluarga Alwyn.
"Eh, Taylor. Fokus, tuh bumbunya tumpah semua. Hahaha" ledek Gigi meliat bumbu BBQ yang sedang diolesi oleh adiknya, tumpah berceceran di rumput. Refleks, Taylor mundur dan meletakan kuas BBQ. "Aku tidak enak badan Mom, aku duduk saja ya" Taylor menunjuk kursi di ujung halaman. Mom Andrea menangguk, fokusnya memasak kali ini tak mau terganggu hanya karena anaknya.
Taylor berjalan mendekati kursi taman yang ia tujuk tadi, duduk diatasnya dan mengeluarkan handphone miliknya. Malam ini sebenarnya sangat seru jika tidak ada Joe. Taylor bisa sangat getol memasak jika mood nya baik hari ini. Tapi hari ini rasanya tak enak jika harus memasak bersama keluarga Joe, bukan karena keluarganya tapi karena Joe-nya seorang.
Jika ada yang bertanya Joe kemana, ia sedang asik bermain bola di ujung halaman rumahnya dengan Austin, Zayn dan Patrick, anak bungsu keluarga Alwyn. Bahkan Taylor baru tahu kalau keluarga Alwyn memiliki tiga anak saat melihat Patrick. Lelaki yang umurnya tak jauh dari Austin itu terlihat lebih cool dan tampan daripada Joe, begitupun Zayn. Meskipun Joe juga tampan, namun bagi Taylor, Zayn dan Patrick lebih tampan entah kenapa. Mungkin karena ia selalu dibuat kesal dengan Joe.
"Austin, Patrick, Zayn. Ayo keluarkan meja makan dari dapur, kita makan diluar saja rasanya lebih seru" lamunan Taylor terpecah oleh suara melengking mom Andrea yang menyuruh anak lelaki mengeluarkan meja makan.
Yang dipanggil menghentikan sesi main bola-nya dan masuk kedalam dapur rumah Taylor sambil sesekali becanda, Austin terlihat gampang sekali berteman dengan Zayn dan Patrick.
"Hai tetangga baru!" fokus Taylor teralihkan oleh sapaan seseorang yang ia kesali, ekspresinya berubah datar. "Mau apa kau?" tanya Taylor dengan nada ketus.
"Eh galak banget sih, sama tetangga baru gaboleh galak-galak loh. Tuh liat daddy kita berdua aja damai banget, mom kita sama si Gigi juga damai banget. Austin sama Zayn dan Patrick juga damai, cuma kamu doang emang yang galak ya" ucap Joe sambil menunjuk satu persatu orang yang ia sebutkan.
"Diam kau, mending sana bantu Austin, Zayn sama Patrick angkat meja" usir Taylor. Joe malah tersenyum lebar mendengar usiran Taylor.
"Yang dipanggil cuma mereka bertiga kan, lagipula mereka juga kuat kok kalau cuma angkat meja doang" Joe tak mau kalah.
Taylor makin melirik sinis laki-laki yang duduk disampingnya sambil terdiam. "Joe, Taylor ayo kita makan. Semuanya sudah siap" panggil mom Andrea kepada Taylor dan Joe. Tanpa basa basi, Taylor berjalan ke meja makan yang tadi dipindahkan dan duduk di antara mom Andrea dan Austin, tentunya untuk menghindari Joe.
"Cie kalian udah berduaan aja, belum kenalan" ledek Gigi di di ujung sana. Kedua keluarga tersebut tertawa mendengar lawakan garing Gigi.
"Iya kak, kita udah kenal. Aku sama Taylor satu kelas di SMA, jadi kita udah kenalan tadi di kelas" Joe menanggapi sambil duduk di hadapan Taylor, tepat dihadapan bangku tempat Taylor duduk.
"Ciee, duduk berdua gak dikelas?" tanya Gigi dengan nada meledek. "Iyadong!" jawab Joe penuh semangat.
Taylor terkekeh dengan sikap Joe yang tiba-tiba berubah.
Mom Elizabeth yang merupakan ibu dari Joe tertawa, membuat seluruh orang yang duduk dimeja makan memperhatikannya dengan ekspresi beribu pertanyaan, "Wahh kalau begitu, kita bisa dong bicarain soal perjodohan"
Taylor makin terkekeh, AKUTAKMAUMENIKAHDENGANDIA, TIDAKK!! SIAPAPUNTOLONG AKU~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.