XVII

70 6 0
                                    

"Happy Ending?"

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

Joe menganga. Ekspresinya tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Ia benar-benar kaget, tak menyangka kalau wanita dihadapannya itu akan benar-benar menyemburnya.

"Eh Joe maaf. Aku tak sengaja, maaf" Taylor buru-buru mengambil saputangan dari kantong bajunya. Tak di duga, bukannya mengelap muka Joe yang basah kuyup, Taylor malah mengelap hidung dan mulutnya yang basah. Terlihat bahwa ia benar-benar menyembur Joe bukan hanya dari mulut, tapi dari hidungnya juga.

Melihat Joe yang tak karuan, Taylor akhirnya mengelap muka lelaki tersebut dengan saputangan bekasnya. Ya benar, bekas mengelap hidung Taylor dan langsung dipeperkan ke wajah Joe.

Bukannya jijik, Joe malah menikmati saat-saat dimana Taylor mengusap mukanya dengan saputangan tersebut. Joe senang meskipun ia agak kesal karena semburan Taylor sempat terminum olehnya, jangan tanya rasanya seperti apa.

"Terima kasih Taylor!" Joe tersenyum manis setelah Taylor mengelap seluruh bagian wajah Joe yang basah.

"Sama-sama, maaf Joe, aku tadi kaget saat kau bilang kita akan membuat club detektif" Taylor akhirnya meminta maaf.

Joe mengangguk dan menepuk pundak Taylor. "Aku akan memaafkanmu, kalau semburan mu tadi menandakan kau setuju"

Taylor tampak berpikir sejenak. Menimbang-nimbang kemungkinan yang akan terjadi jika ia benar-benar membuat club detektif disekolahnya. "Aku takut tak diizinkan oleh sekolah untuk memakai ruangan itu Joe"

Pernyataan Taylor benar-benar membuat Joe tertawa. "Itu semua soal mudah Taylor, aku sudah mendapat restu dari pak Hedi! Dan yang paling penting... Aku sudah punya ini!" Joe mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya.

Sebuah kunci tergantung di jari telunjuknya. Menunjukkan bahwa ia sudah mendapat akses bebas ke ruangan yang dimaksud olehnya. Taylor menganga tak percaya. Ia senang bukan main saat hobi nya menemukan wadah yang pas, ditambah lagi partner yang mudah di ajak kompromi membuat Taylor merasa tujuannya makin jelas.

"Tunggu apa lagi, berhubung masih jam istirahat. Aku selaku ketua club detektif sekolah ingin survei calon ruang club kita" ucap Taylor dengan gagah dan semangat, bertingkah seakan ia benar-benar seorang ketua club detektif.

"Baik ketua! Saya selaku wakil ketua club detektif akan menemani anda melakukan survei. Silahkan lewat sini ketua" Joe mempersilahkan Taylor lewat.

"Terima kasih" ucap Taylor sambil berjalan melewati Joe.

Kelakuan aneh mereka seharusnya jadi perhatian seisi kantin. Bagaimana tidak, siswa & siswi SMA seperti mereka berlagak seperti siswa & siswi SD. Tapi anehnya, tak ada satupun yang menghiraukan tingkah Taylor dan Joe. Bahkan mereka seakan menganggap Taylor dan Joe tidak ada. Itu tak masalah bagi mereka berdua. Karena dengan hal itu, mereka akan tetap melakukan hal konyol tanpa takut ditertawakan.

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

"Kau yakin Joe?" tanya Taylor saat mereka menghadap pintu gudang.

Joe dan Taylor tak segera masuk, mereka malah diam depan pintu tanpa mengubah posisi sedikitpun. Entah apa tujuannya.

Joe menghembuskan nafas dalam-dalam. "Aku yakin! Biar aku yang masuk lebih dulu" ucap Joe dengan lantang.

Joe membuka pintu gudang dengan kunci yang diberikan oleh pak Hedi. Saat mereka masuk, tak ada hal aneh yang menarik perhatian Taylor. Seperti gudang pada umumnya, banyak barang-barang berdebu yang bertumpuk diruangan ini.

Saat Taylor sibuk melihat sekeliling gudang, tiba-tiba cahaya terang menusuk matanya. Ia refleks menutup matanya dengan lengan. Saat perlahan membuka, ia melihat siluet Joe sedang berdiri membelakangi sumber cahaya.

Joe berdiri di depan sebuah pintu yang terletak bersebrangan dengan pintu gudang, pintu tersebut juga terpencil karena teralingi 3 lemari besar. Meski begitu, cahaya yang masuk dari pintu tersebut benar-benar menyebar di gudang gelap tersebut.

"Ini ruangan yang ku maksud Lor, ayo masuk" ajak Joe.

Dengan semangat 45, Taylor mengangguk dan membuntuti Joe. Bertapa terpukaunya Taylor saat memasuki ruang tersebut, ruangan tersebut sama persis seperti apa yang Joe ceritakan.

Benar, itu merupakan balkon gagal. Taylor sempat tertawa geli karena membayangkan betapa konyolnya sang arsitek membuat balkon namun semua sisinya tertutup.

"Silahkan duduk nona, hari ini kita akan melakukan apa? Di ruang club baru?" tanya Joe sambil mempersilahkan Taylor duduk di sofa.

Taylor mengikut dan duduk di sofa tersebut. Ia sempat berpikir sejenak, sebelum ia menemukan sebuah ide.

"Bagaimana kalau kita menyelidiki kotak misterus? Sepertinya akan asik dilakukan disini Joe" usul Taylor dengan semangat.

"Woah aku setuju aku setuju! Ayo kita selidiki sekarang kotak itu!" Mendengar usulan Taylor, Joe tak kalah semangat.

Saat Joe menghadap ke wajah Taylor, wanita itu malah mengangkat alisnya, ia terlihat sedang berpikir. "Ada apa Lor?" tanya Joe khawatir.

Taylor menghentikan ekspresinya dan kembali menatap Joe. "Aku tidak membawa kotak itu Joe, aku menyimpannya di tas sepertinya" ucap Taylor penuh rasa bersalah.

"Tidak apa-apa Lor, ayo kita ambil" Joe menarik tangan Taylor, mengajaknya keluar ruangan tersebut untuk kembali ke kelas.

Taylor merasakan sentuhan lembut dari genggaman Joe. Pipinya bahkan memerah, ia tersipu. Untung saja Joe tidak melihat, jika Joe melihat, bisa terjadi suasana canggung pasti.

Taylor merasa harinya kembali senang, ia merasa kembali bahagia sejak Joe mengajaknya ke ruang club baru. Ia juga senang karena akhirnya hobby mencari fakta dan kebenaran dibalik sesuatu menemukan wadah yang tepat.

Dan jelas, Joe yang membuat semua berjalan dengan sempurna. Ibarat Taylor sebuah film, Joe lah naskahnya. Dengan adanya Joe, Taylor menemukan jalan cerita yang pas dan jelas, dan tentunya akan berakhir happy ending.

Benarkah?

Benarkah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
detective TaylorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang