Rencana besar sedang dibuat di bawah rumah, tapi dua sejoli yang baru saja resmi berpacaran benar-benar tak peduli dengan hal tersebut. Keduanya sedang asik mengobrol sambil menikmati sore di roof top rumah Joe.
"Kau tau Tay, aku takut melakukan suatu hal yang besar, aku takut untuk keluar dari zona nyaman. Saat disekolah ku yang dulu, aku sering dipanggil Nerd atau kutu buku karena aku sering berada di perpustakaan dan tak punya seorangpun teman. Padahal aku sudah berusaha untuk terlihat ada, tapi mereka tak pernah melihat keberadaan ku, seperti aku tembus pandang." Joe menatap langit oren keemasan sambil mengingat masa-masa terburuknya.
"Joe, aku disini untuk membuatmu merasa ada. Jangan pernah berpikir seperti itu lagi, dan jangan pernah berbuat seperti itu lagi. Kita pernah berada di titik bawah dan tak satupun orang peduli. Tapi aku disini untuk mengubah itu semua Joe. Apapun yang menimpamu juga akan berdampak kepadaku. Kami terhubung sekarang. Jadi kumohon, berbahagialah denganku" Taylor menggenggam erat tangan Joe. Seolah tak mau kehilangan lelakinya tersebut.
Joe tersenyum manis. Baru kali ini dirinya merasa tenang dan damai. Kehadiran Taylor benar-benar membuat hidupnya berubah jauh lebih baik. Joe benar, Taylor lah orangnya.
"Aku merasa gengsi kalau kau kelak yang akan melindungi ku. Jadi, kumohon izinkan aku yang membuatmu bahagia dengan aman. Ini tugas lelaki Tay" Joe menyubit gemas pipi Taylor.
Taylor tertawa dan balik menyubit perut Joe. Joe yang kaget membuat ekspresi jenaka yang membuat Taylor tertawa terbahak-bahak. Keduanya menikmati penghujung hari dengan gelak tawa tiada henti.
"Cukup Joe. Aku lelah tertawa" sela Taylor ditengah tawanya.
"Aku juga Tay. Kau haus? Biar aku ambilkan minum" Joe bangun dari duduknya.
Belum sempat Joe jalan, tangannya ditahan oleh Taylor. Wanita itu serius menatap langit yang membuat Joe melakukan hal sama.
Joe tersenyum dan mengikuti permintaan Taylor. Ia kembali duduk disebelah Taylor dan memegang erat tangan Taylor.
Langit sore hari ini sangat indah. Kilauan oranye dengan sedikit merah muda keunguan menambah kesan dramatis didalamnya. Taylor bersandar di bahu Joe yang disambut hangat oleh Joe sendiri. Ia mengusap rambut yang menutupi pandangan Taylor. Keduanya bertatapan lalu tersenyum manis.
"Banyak hal yang terjadi hari ini denganku Joe. Tapi apapun itu aku tak peduli, aku senang karena semua hal yang terjadi hari ini, tedapat campur tanganmu didalamnya. Thanks my baby boy." Taylor bangun dari sandarannya, dan mencium pipj Joe.
"Baby boy? Aku memang tak bisa berbohong, aku selalu suka apapun panggilanmu kepadaku Taylor" pipi Joe memerah.
Ciuman pada pipi Joe tadi membuatnya terangsang, apalagi saat Taylor tersenyum saat mendengar kata-katanya.
"Taylor, bolehkah aku..."
Joe mendekatkan wajahnya ke wajah Taylor.
"...Aku merasa bersyukur, karena aku tak dapat menemukan orang lain sepertimu Taylor"
Wajah keduanya semakin dekat. Taylor memejamkan matanya.
"Jadi bolehkah aku..."
Joe mengecup bibir Taylor, pipinya makin terlihat merah. Beruntung Taylor masih memejamkan matanya. Joe kemudian menahan leher Taylor agar tetap berada diposisi terbaiknya. Joe kembali menempelkan bibirnya, kali ini keduanya berciuman. Cukup lama.
Taylor yang melepas ciumannya kali ini. "Bolehkah kau untuk apa Joe?" tanyanya.
Joe menelan ludahnya. "Bolehkah aku.. Bersamamu untuk, selamanya?".
Kata-kata tersebut terdengar agresif untuk Taylor. Keduanya bahkan baru berpacaran beberapa jam lalu. Tapi Taylor tau, Joe mengatakan hal tersebut karena ia yakin bahwa Taylor adalah orang yang tepat. Taylor tidak keberatan untuk menerima permintaan Joe. Ia mengangguk yang membuat lelakinya tersebut tersenyum lebar, bahagia bukan main.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HAII GUYS!1!1!
Yaampun Maaf banget lama gk update. Lagi sibuk² nya Soalnya hehee. Maapkeun yak. Sebagai gantinya aku publish double part yeayyyy