XIX

77 8 0
                                    

"Ruang pak Gema"

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

Taylor dan Joe memasuki ruang tersebut tanpa ragu. Joe dan Taylor nampak berbagi tugas, tanpa komunikasi. Yaps! Mereka seakan memberi sinyal satu sama lain untuk berbagi tugas, tanpa ucapan lisan.

Joe memeriksa lantai serta barang-barang di rak dan lemari ruangan tersebut, sedangkan Taylor terfokus pada meja kerja pak Gema. Baginya, meski hanya meja kerja, namun sesuatu yang besar bisa terjadi di meja itu.

Joe mengambil sesuatu dari lantai, barang asing yang menarik baginya. Dengan mengendap-endap, Joe mendekat ke arah Taylor dan mengajaknya bicara dengan berbisik. Tujuannya jelas, ada rahasia yang Joe sembunyikan dari pak Gema.

"Lor! Lihat ini, jepitan rambut perempuan! Pak Gema tak mungkin mempunyai ini, dan menurutku mungkin ini milik sang penyusup itu! Penyusup yang memasukki ruang pak Gema itu seorang perempuan" Joe mengutarakan pendapatnya.

Taylor mengangguk-angguk. "Jika menurutmu ada seorang perempuan yang masuk ke ruangan ini, aku setuju! Namun kurasa bukan dia penyusup nya. Kau ingat kata pak Gema, penyusup itu meninggalkan jejak kaki di ruangan ini. Tak mungkin seorang perempuan membuat jejak itu, karena seorang perempuan tak mungkin menginjak tanah basah, bahkan membasahi sepatu mereka saja tak mau!"

Tanpa duga, Taylor ternyata menyangkal pendapat Joe. Menepisnya dengan fakta yang membuat Joe merasa rendah. Ia sampai menunduk karena malu

Namun Taylor malah menepuk pundak Joe disaat seperti itu. "Kerja bagus! Aku suka pemikiran-mu Joe, lanjutkan kawan" Taylor menyemangati Joe.

Joe yang sedikit kaget langsung menunjukkan senyumnya. Ia seperti dialiri arus positif dari tubuh Taylor dan memaksanya untuk kembali bangkit. Joe jadi semangat karenanya.

"Baiklah, Ayo lanjutkan!" Joe berkata dengan yakin.

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

Setelah hampir 15 menit mereka keliling mencari bukti, hanya jepit rambut yang ditemukan Joe lah yang jadi panduan mereka. Tak ada hal janggal sedikitpun dari ruangan tersebut. Bahkan Taylor sampai berpikir kalau pak Gema yang merekayasa cerita.

"Taylor! Aku rasa pak Gema hanya ingin menguji kita!" Joe ternyata juga satu pemikiran.

"Aku juga berfikir kalau pak Gema mengarang cerita itu dan jejak kaki yang ia ceritakan tidak pernah ada di ruangan ini" Taylor duduk bersandar di bangku kerja depan komputer.

Joe ikut terduduk dibawah bangku tersebut dan bersandar di kaki Taylor. Mereka sudah pasrah karena tak ada yang bisa mereka temukan dari ruangan tersebut.

"Apa yang harus kita lakukan? Apa kita kabur saja Lor?" tanya Joe yang masih bersandar di kaki Taylor. Ia merasa nyaman dengan posisi tersebut.

Taylor tak menjawab Joe. Ia malah sibuk mengotak atik komputer pak Gema. Membuka file dan sebagainya. Ia sedikit kaget saat melihat salah satu file pak Gema berisi foto murid perempuan di sekolah, bahkan foto Taylor jadi salah satunya. Ia buru-buru menghapus fotonya tersebut dan mengamankan dirinya. Karena ia tahu seperti apa pak Gema sebenarnya.

Saat membuka folder sampah, Taylor tertarik dengan salah satu file nya. File itu bernama "Surat Peringatan". Ia mengembalikan file tersebut agar bisa dibuka isinya.

Setelah prosesnya selesai, Taylor melihat sebuah Surat Peringatan ditujukan kepada murid bernama Eno Gabriel dari kelas 11 IPS 2. Taylor mengerutkan alisnya, kenapa file surat peringatan seperti ini dihapus?

Tunggu! Taylor sepertinya tahu cerita dibalik misteri ini!!

Taylor segera bangun dan berlari kearah luar ruangan. Joe yang bersandar di kaki Taylor terjatuh ke belakang karena gerakan cepat Taylor. Kepalanya bahkan sampai terbentur meja.

Entah apa yang membuat Taylor tiba-tiba semangat. Namun sepertinya, Taylor telah melihat kebenaran dalam kasus ini.

Ia terus berlari mencari pak Gema. Entah kemana tujuannya, asalkan bertemu pak Gema, Taylor akan bebas saat ini juga. Beruntunglah Taylor kali ini saat melihat pak Gema di depan sana sedang menjitaki kepala murid yang keluar kelas saat belajar. Segera ia menghampiri pak Gema dan mengajaknya kembali ke ruang kerjanya.

◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻

"Biar aku jelaskan pak, jadi penyusup yang pak Gema maksud adalah Eno Gabriel dari kelas 11 IPS 2. Terbukti dengan surat peringatan yang ditujukkan untuknya berada di file sampah. Tak mungkin file sepenting itu dihapus kan pak. Jadi Eno menyusup ke ruangan pak Gema untuk menghapus file surat peringatan tersebut tanpa menyentuh atau mengacak-acak barang di ruangan ini. Dan jejak kaki itu, seingatku, kemarin kelas 11 IPS 2 ada pelajaran olahraga di lapangan tanah. Dan jejak itu bisa saja dibuat Eno saat setelah ia berolahraga" jelas Taylor panjang lebar.

Joe yang masih mengusap usap kepalanya karena terbentur memberikan jempol ke arah Taylor. Keduanya berhasil memecahkan misteri penyusup ruangan pak Gema.

"Begitu ya! Baiklah, bapak akan tindak lanjuti Eno atas tindakannya. Dan kalian berdua, boleh kembali ke kelas dan belajar! Ingat jangan berulah lagi" ucap pak Gema.

Taylor lega setengah mati. Akhirnya ia bisa bebas dari hukuman. Joe juga nampak sama, ia lega karena tak perlu repot-repot dihukum. Ini semua juga tak lain tak bukan karena keahlian Taylor dalam memecahkan misteri.

Mereka berdua bersalaman dengan pak Gema sebelum kembali ke kelas. Saat sampai depan pintu, Taylor menghentikan langkahnya dan menoleh kembali ke arah pak Gema.

"Dan satu lagi pak, jangan terlalu sering membawa perempuan ke ruangan pak Gema. Jika kepala sekolah tahu, pak Gema bisa kehilangan pekerjaan" ucap Taylor yang kemudian menghilang.

Meninggalkan keterkejutan kepada pak Gema. Taylor tahu rahasianya. Dan Taylor bisa jadi bahaya besar bagi pak Gema. Namun senyumannya diakhir ucapan membuat pak Gema sedikit tenang, Taylor seakan memberi tanda "aku akan merahasiakannya" kepada pak Gema. Hal itu membuatnya sadar dan berjanji tak akan mengulangi perbuatannya lagi.

Disisi lain Taylor sangat puas, satu kasus berhasil ia pecahkan hari ini bersama rekannya. Kasus pertama mereka setelah resmi jadi Club ini menjadi pembuka jalan. Pasti banyak anak lain yang ingin bergabung dengan Club mereka. Beruntungnya hari ini.

"Yah walaupun kita tak jadi menyelidiki kasus kotak misterius tersebut, setidaknya satu kasus ringan tadi membuka jalan untuk kita jadi lebih dekat sebagai seorang partner Joe!" ucap Taylor.

Joe menghentikan langkah nya dan menatap Taylor dengan dalam. "Rekan? Apa kita resmi jadi rekan detektif?" tanya Joe sedikit shook.

Taylor tersenyum tulus. "Resmi Joe! Mulai detik ini.." Taylor mengepalkan tangannya kearah Joe.

Mendengarnya, Joe ikut tersenyum tulus. Ia sangat menantikan momen ini terjadi dalam hidupnya. Joe segera membalas sambutan Taylor dengan meninju pelan kepalan tangannya.

"Rekan!" begitulah panggilan mereka mulai detik ini.

"Rekan!" begitulah panggilan mereka mulai detik ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
detective TaylorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang