"nyonya detektif Taylor"
◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻
"Apa kau temukan sesuatu Joe?" tanya Taylor. Tatapan wanita itu masih terfokus pada kaca pembesar, mengarah ke lubang gembok yang semalam ia bobol.
Joe menjawab pertanyaan Taylor hanya dengan menggeleng. Di kedua tangannya terdapat surat yang merupakan isi dari kotak tersebut. "Isi surat ini aneh, seperti tulisan anak sekolah dasar. Tak berbobot lagi!" Joe membanting kedua surat tersebut ke meja dihadapan Taylor.
"Aku juga sempat berfikir seperti itu semalam. Isi suratnya seperti ditunjukkan untuk orang di masa depan!" jelas Taylor. Kali ini ia sempat melirik sejenak ke arah Joe yang masih sibuk dengan tugasnya.
"Apakah surat ini ditunjukkan untuk kita? Maksudku, surat ini ditulis oleh orang zaman dahulu yang ditunjukkan untuk kita" Joe mulai terbawa. Analisis nya kali ini mampu membuat Taylor membeku.
"Kau sepertina benar. Surat ini ditulis oleh orang zaman dahulu yang belum memiliki teknologi canggih. Mereka meramal dimasa kita saat ini pasti tercipta teknologi-teknologi baru. Maka dari itu mereka menulis surat ini agar kita tak lupa akan temuan dasar yang sudah mereka temukan! Dan juga mengingatkan kita agar tidak terlalu terjerumus oleh teknologi dan melupakan satu sama lain. Lebih nampak seperti 'individualisme'. Iya kan Joe?" jelas Taylor. Ia menghentikan kegiatan mengamati gembok untuk menjelaskan sedetail-detailnya fakta yang ia temukan.
Joe bangun dari duduknya dan bertepuk tangan dengan semangat. "Wow kau hebat, aku belum berfikir sampai sejauh itu Lor. Aku hanya menyimpulkan surat ini berasal dari masa lalu, dan kau menemukan fakta sebanyak. Kau hebat" puji Joe.
Kali ini Taylor tersipu, pipinya merah mungkin. Baru kali ini kemampuan menyimpulkan dan menemukan fakta milik Taylor benar-benar dipuji oleh seseorang. Ia senang dan bangga disaat yang bersamaan juga.
Taylor tersenyum bangga dan meletakan kedua tangannya di pinggang. "Jelas, aku kan detektif Taylor" ucapnya sambil mengangkat dagu.
Joe menganga melihat tingkah Taylor. Ia ikut tersenyum dan menunduk dihadapan Taylor. "Sebuah kehormatan aku bisa bekerja sama dengan nyonya detektif terhebat di dunia ini, detektif Taylor" puji Joe sambil mengangkat tangan kanannya.
Becandaan aneh keduanya sanggup membuat rumah Taylor yang tadinya sepi jadi ramai dan gaduh. Suara tawa bahagia mereka terdengar sampai ke seluruh sudut rumah. Bahkan Taylor sampai tersedak karena tawanya.
"Cukup Joe, aku sudah tak sanggup!" Taylor terengah-engah. Ia melambaikan tangannya tanda tak sanggup lagi tertawa.
"Kau mau minum nyonya detektif Taylor?" tawar Joe masih dengan candaannya.
Taylor mengangguk, tawanya tambah lepas saat Joe berjalan kearah kulkas sambil membungkuk. Joe tak kunjung berdiri tegap dari mulai mengambil minuman, menuangnya ke gelas sampai menghantarkan minuman tersebut ke hadapan Taylor.
Alhasil karena ulah Joe, Taylor kembali tersedak. Beruntung minuman tepat datang saat Taylor sudah tak kuat nafas.
◻⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜⬜◻
"Huhh, aku lelah Joe. Kita hanya menemukan bukti sedikit, tapi aku sudah tak sanggup menyelidiki kotak itu lagi" ucap Taylor.
"Iya, aku juga. Aku lelah membungkuk" curhat Joe.
Taylor tertawa pelan saat ingat candaan Joe tadi. "Lagi, kau kenapa membungkuk?"
"Aku harus hormat pada 'nyonya detektif Taylor'. Lagipula aku senang melakukannya, karena kau bisa tertawa lepas" ucap Joe. Tatapannya lurus ke arah langit-langit dapur rumah Taylor.
Ya, mereka berdua kini sedang tergeletak tak berdaya di dapur rumah Taylor.
"Iya aku memang tertawa lepas, tapi aku jadi lelah dan... Lapar! Hehehe" ucap Taylor setengah becanda.
Joe bangun dari tidurnya dan mengambil smartphone nya yang tergeletak bersebelahan dengan smartphone milik Taylor. Joe tersenyum dan menunjukkan sesuatu dari layar smartphone nya.
Taylor yang tak bisa melihat smartphone Joe dengan posisi tiduran langsung bangun dan merebut smartphone tersebut. Setelah melihat yang terpampang di smartphone tersebut, Taylor langsung mengerutkan alisnya.
"Maksudnya apa?" tanyanya.
Joe tersenyum lagi. "Kau beruntung, hari ini aku sedang berbaik hati. Kau akan aku traktir makanan apa saja yang ada di layar smartphone ku!"
Pernyataan Joe sanggup membuat Taylor lompat kegirangan. Pasalnya, menu yang Joe tawarkan merupakan menu restoran bintang lima di sekitar tempat tinggal mereka.
"Terima kasih Joe!!" tanpa sadar Taylor memeluk Joe dengan erat. Joe yang kaget dan tak percaya apa yang terjadi saat ini memilih untuk pasrah dan membalas pelukan Taylor. Kebisingan dunia saat ini juga seakan membisu bagi Taylor dan Joe ditengah rasa sayang yang tengah mengalir disela-sela pelukan mereka.
Pertanyaannya, rasa sayang jenis apa yang mereka rasakan? Rasa sayang sahabat? Rasa sayang teman? Rasa sayang keluarga? Atau rasa sayang sebuah pasangan? Hanya mereka berdua yang dapat menentukan rasa sayang apa yang mereka rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
detective Taylor
FanfictionAku memang penyanyi. Tapi untuk kali ini, lupakan menyanyi! Mulai sekarang, panggil aku detektif Taylor! -detektif Taylor Alison Swift :) ©2018 (5.06.18) [Completed 2.06.20]