Pagi harinya ali terlihat sangat bahagia. Sejak bangun tidur ia selalu senyum-senyum sendiri. Kalo ditanya prilly jawabnya lagi bahagia aja. Seperti biasanya prilly mengantar ali sampai pintu utama rumah mereka. Prilly merapikan jas kerja ali.
"Udah ali, jangan senyum mulu. Nanti di kira suami prilly latuconsina terkena penyakit jiwa" ucap prilly memberikan tas kerja ali.
"Apa sih. Nggak seneng apa liat suami bahagia" dumel ali.
"Iya-iya, yaudah sana berangkat. Jangan mentang-mentang bos datangnya siang"
Bukannya segera berangkat ali malah memeluk prilly sangat erat. Prilly sempat terkejut karena tiba-tiba ali memeluknya. Tak lama dalam keterkejutannya prilly membalas pelukan alo tak kalah erat.
"Aku bahagia banget. Makasih ya untuk semalem. Aku cinta kamu" bisik ali lembut masih memeluk prilly erat.
"Maaf ya baru semalem. Harusnya dari dulu aku ngasih ke kamu"ucapku merasa bersalah, aku melonggarkan pelukannya.
"Apaan sih kok minta maaf segala. Kamu di rumah hati-hati. Jangan beres-beres entar kecapean ngak bisa tidur lagi" ucap ali mengelus pucuk kepala prilly sayang.
Segitu mudahnya ngebuat kamu bahagia li,maaf, aku minta maaf selama ini membohongimu gumam prilly dalam hati. Aku menatap lekat mata ali yang menenangkan. Mata hitam legam itu memancarkan kebahagiaan. Wajahnya sangat barseri-seri.
"Ya udah aku berangkat dulu ya assalamualaikum" ucap ali.
"Waalaikumsalam" Aku mengambil tangan kanan ali an menciumnya. kemudian ali mencium keningku lama lalu beralih ke dua pipi chubby ku.
Entah kenapa hari ini Ali sangat bersemangat. Sesampainya di kantor senyumnya tak pernah luntur. Sampai-sampai kevin yang kebetulan mampir heran.
"Lo kesambet apa sih li?" Ucap kevin sambil menempelkan punggung tangannya ke kening ali.
"Apaan sih" kesal ali menyingkirkan tangan kevin yang ada di keningnya.
"Lo sebenernya kenapa sih?crita dong!"
"Apa sih kepo"ucap ali masih sambil senyum-senyum.
"Yee ditanya juga"dumel kevin.
"Gue balik dulu kalo gitu dari pada disini liatin orang stres" kevin mulai beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah pintu keluar ruangan ali.
Sedangkan ali masih sibuk dengan kegiatanya. Bahkan sekarang dia ketawa-ketaa ngak jelas. Belum jam pulang kerja ali memutuskan untuk pulang. Entah mengapa ia sangat merindukan prilly dan penggen cepet-cepet memeluknya erat.
Ali's pov
Tak butuh waktu lama karena belum jam pulang kerja jadi ngak mancet aku sudah sampai di rumah. Ku melangkah menuju kamar sambil bersenandung ria. Aku mendengar suara prilly sedang berbicara. Aku menghentikan langkahnya di depan pintu kamarku dengan prilly.
"Kan gue udah pernah bilang kalo gue ngak cinta sama ali. Gue ngelakuin semua selama ini cuma sandiwara doang. Gue cuma ngak mau liat orang yang gue sayang sedih lia"
Deg
Sungguh kenyataan apa ini. Dadaku sesak seperti ngak bisa nafas. Aku berusaha menarik nafas tapi seakan tidak ada udara disini.
"Ya gue semalem ngelakuin itu sebagai kewajiban gue sebagai istri bukan karena cinta"
Aku memegang dada ku. Meremasnya sangat sesak. Hatiku sakit seperti di sayat ribuan pedang. Kaki ku terasa lemas tidak bisa menopang badanku. Aku memegang dinding supaya tidak oleng dan terjatuh.
Klek
Pintu kamar terbuka dan menampakkan prilly yang terkejut melihat ali.
"Ali kamu ngak papa?" Tanya prilly kawatir.
Prilly berusaha membantuku berdiri egak tapi langsung ke tepis dengan kasar.
"Aku bisa sendiri"ucapku dingin berusaha berjalan ke arah kamar. Masih beberapa langkah aku mulai oleng prilly langsung membantuku. Dia memegang kedua lenganku.
"Aku bilang aku bisa sendiri" ucapku dengan nada agak tinggi.
Ku lihat prilly sedikit terkejut mendengarnya. Tanpa memerdulikannya aku kembali berjalan ke arah kamar dengan berpegangan tembok. Prilly berjalan dibelakangku. Sesampinya di dalam kamar aku langsung duduk di sofa yang ada di kamar.
"Duduk!"perintahku dingin
Prilly menurut dan langsung duduk di sebelahku.
"Apa kamu tulus dengan pernikahan ini?"tanyaku menatap tajam ke arahnya.
Prilly langsung menatapku.
"Kenapa kamu tanya kek gitu?" Bukanya menjawab prilly malah tanya balik.
"Jawab prilly"bentakku. Aku menghela nafas meredam amarahku.
Prilly hanya diam menundukkan kepalanya. Tak berani menatapku.
"Apa kamu mencintaiku? Apa kamu bahagia menikah denganku? Apa terpaksa? Jawab "bentak ku menatapnya tajam.
Prilly hanya diam tak berani menjawab. Lama kemudian prilly menggelengkan kepalanya pelan.
"Bohong" pekikku.
"Aku udah tau semua. Aku denger kamu telfon sama lia tadi. Selamat kamu sudah berhasil, kamu sangat berbakat bersandiwara bahkan aku sampai yakin kalo kamu beneran cinta ke aku,kamu berhasil menipu semua orang. Kamu hebat, aku terlalu bodoh percaya dengan sikap manis kamu selama ini. Ternyata kamu busuk" pekikku dingin. Ku lihat bahunya bergetar. Isak tangisnya mulai terdengar.
"Kenapa kamu nangis? Harusnya kamu seneng udah berhasil melihatku hancur sekarang. Apa tujuanmu sebenernya? Melihatku hancur? Melihatku menderita? JAWAB, JAWAB PRILLY" bentaku ke arah prilly sambil mencekram kuat kedua bahunya.
"JAWAB APA MAU MU?"bentakku tepat diwajahnya sambil menggoyang-goyangkan kasar kedua bahunya.
Prilly mengangkat kepalanya. Dia menatapku dengan air mata yang tak henti menetes.
"CUKUP, CUKUP" pekik prilly menatapku nyalang. Dia melepas tangaku kasar.
"Aku ngelakuin ini semua karena ngak mau lihat orang tua ku sedih kalo aku menolak perjodohan itu. Aku melakukan semua ini untuk melihat orang yang aku sayang bahagia. Maaf kalo cara ku membuat kamu terluka aku ngak bermaksud. Aku berusaha mencintai kamu tapi ngak pernah bisa" pekiknya air matanya tetap menetes bahkan semakin deras. Di berulang kali menghela nafas.
"Sandiwara apa lagi yang kau mainkan?"ucapku dingin aku tersenyum remeh ke arahnya.
Prilly menggeleng.
"Udah lah kita butuh waktu sendiri-sendiri" ucapku dingin kemudian berlalu pergi. Menutup pintu kamar kasar.
Prilly's pov
Aku menatap kepergian ali. Dia terlihat sangat marah. Tanganya sedari tadi mengepal menahan marah. Tatapan yang biasanya sendu dan menenangkan berganti dingin, tajam dan menakutkan. Aku melangkah ke ranjang entah kenapa aku sangat lelah.
"Maaf,maaf ali" gumamku lirih.
Ali's pov
Aku berhenti di bukit yang sepi. Tempat yang sering ku kunjungi kalo sedang banyak fikiran. Aku berdiri tegak merasakan tiupan angin menerpa tubuhku. Berusaha menenangkan fikiranku.
Pulang ke rumah berniat melepas rindu malah disuguhkan kenyataan pahit. Sekarang aku mengerti arti tatapan prilly. Keterpaksaan.Bahkan kata cinta yang ia ucap tadi malam hanya sandiwara. Semua hal manis selama dua bulan ini ia lakukan itu cuma bohong. Aku tersenyum miris mengingat semua hal manis yang ia lakukan, perhatian, semua hanya bohong. Aku sangat bodoh dengan mudahnya di bohongi oleh perempun.
Kecewa
Sangat kecewaDua bulan ini aku hidup dengan kebohongan. ku akui prilly sangat berbakat sampai aku tak menyadari kalau di permainkan.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA
FanfictionSebenarnya cerita ini harus direvisi banget, ini cerita pertama aku jadi masih payah banget. Maaf. Pernikahan yang dilaksanakan karena perjodohan ini harus diterima aliando syarief dan prilly latuconsina. mau tidak mau mereka harus menerimanya. "a...