Meski berat melangkah mau tidak mau aku langsung keluar ruang kerja ali. Dengan berat hati aku menutup pintu. Masalah ini membuatku tertekan. Tanpa fikir panjang aku masuk ke kamar cepat dan mengambil kunci mobilku. Aku keluar kamar terburu-buru dan turun dengan air mata yang tak pernah berhenti. Aku langsung mengeluarkan mobil dan membuka gerbang. Aku langsung mengendarai mobilku ke arah Bandung.
Tak perduli suara klakson pengendara lain. Tak perduli umpatan tukak ojek. Tak perduli air mata yang berlomba-lomba ingin keluar. Aku tetep mengemudi sangat ngebut. Yang aku ingin hanya menangis di pelukan bunda. Aku tak bisa menanggung semua masalah ini.
Tengah malam aku sampai di rumah bunda. Aku langsung turun dari mobil dan membangunkan mang yemen yang tidur di pos satpam. Aku menyuruh mang yemen memasukkan mobil sedangkan aku langsung berlari ke arah pintu utama. Aku menggedor-ngedor pintu keras. Tak lama pintu terbuka dan menampakkan bunda keluar dengan piyama tidurnya.
Ku lihat bunda sedikit terkejut melihatku. Aku langsung memeluk erat bunda. Aku menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan semua beban yang ku punya lewat tangisku. Meskipun terkejut dan tak tau apa yang terjadi dengan ku, bunda menelus punggungku dengan lembut. Bunda menarikku masuk dan duduk di sofa ruang keluarga.
"Cerita sama bunda, kamu kenapa?" Tanya bunda lembut.
"Ali mana?"
Saat bunda menyebutkan nama itu tangisku tambah kejer. Meski aku tak menceritakan masalahku ke bunda aku lumayan lega menangis di pelukan bunda. Dan karena lelah aku sampai tertidur.
Matahari mulai menjalankan tugasnya. Memberi rasa hangat di pagi hari ini. Aku terbangun dengan tampang mengenaskan. Mata merah bengkak,hidung merah dan rambut berantakan. Setelah mencuci muka dan merapikan rambut aku keluar dan mencari bunda. Aku langsung memeluk bunda yang sedang menyiapkan sarapan.
"Kangen" gumamku lirih.
Bunda tersenyum "Cepet mandi, bau acem nih" menoel pipi chubby ku.
"Nanti, abis sarapan aja" rengek ku.
"Eh ngak malu sama suami, mana ada suami sarapan di temeni istri bau acem, penampilan kucel kek gini"
Aku memutar bola mataku malas "orangnya ngak ada disini bun" kesalku.
"Siapa bilang? Ali lagi sama ayah di ruang kerjanya" jelas bunda. Aku terdiam mendengarnya "yaudah kamu cepet mandi sana" sambung bunda.
Ayah bicarain apa ya sama ali
Pasti penting banget sampek bicaranya di ruang kerja ayah.
Apa ali menceritakan semua ke ayah?.
Kalau iya pasti ayah kecewa banget sama aku.
Ayah pasti marah besar.Tanpa niat aku langsung masuk ke kamar dan mandi. Tak mau membuat semua menunggu lama aku langsung turun. Tapi disana masih ada bunda dan raja.
Aku mengacak rambut raja saat berjalan di belakangnya "pagi adik ku" sapa ku. Dan hanya di jawab deheman oleh raja.
"Udah selesai bun nyiapin sarapannya?" tanyaku melihat bunda duduk di kursi yang biasa ia dusuki.
"Udah, ayah kok lama ya udah dari tadi pagi lo. Apa ketiduran di dalem" ucap bunda heran sambil menghela nafas.
Tak lama ayah datang dengan ali berjalan di sampingnya. Ku lihat ali memasang wajah ramahnya. Aku muak melihatnya sok ramah di depan semua orang.
Wajah yang selalu ingin ku lihat sebelum tidur dan bangun tidur sekarang berubah menjadi wajah yang ingin ku hindari.
Senyum yang dulu membuatku terhipnotis sekarang jadi senyum palsu.
Ali duduk di sampingku. Ku dengar dia berdehem kecil sebelum duduk sempurna di kursinya. Tanpa berkata apa pun aku langsung mengambil roti dan mengoleskan selai cokelat di roti ali. Lalu aku menyendokkan nasi serta lauk di piringku. Lalu memakanya tanpa bersuara. Aku merasa sesak di dadaku tapi aku tetap menyendokkan nasi ke mulutku. Aku merasa tak bisa menelan sarapanku dengan cepat mengambil air minum. Akhirnya lega juga.
"Ayah, bunda aku ke kamar dulu ya" pamitku langsung beranjak pergi meski sarapanku belum habis.
Aku melangkah cepat ke arah kamarku. Berlama-lama di ruang makan membuatku sakit. Aku dudul di ujung ranjang berhadapan dengan jendela. Tiba-tiba ku rasa ranjang yang kududuki sedikit bergerak. Kulirik ke samping menampil kan ali menatapku.
"Ngelamunin apaan?"tanyanya dingin.
Nah benerkan depan semua orang di ramah depan aku dingin. Sedingin es di kutub utara tak akan cair. Wajah yang di ruang makan ramah sekarang sedatar tembok besar China.
"Kita ngak jadi cerai, aku capek mau tidur dulu" tanpa menunggu jawabnku ali langsung tidur di ranjangku yang bernuansa doraemon. Aku tetap duduk ditempat tanpa berkutik.
Siang harinya ali mengajaku pulang tapi aku ngak mau. Dia tetep kekeh mengajakku pulang tapi aku kekeh ngak mau pulang. Terdengar perdebatan kecil didalam kamarku.
"Kalo kamu pulang ya pulang aja,aku mau disini aja" pikikku.
"Kita harus pulang bareng pril" ucap ali dwngan nada agak tinggi.
Wajahnya merah menahan marah. Rahang kokohnya terlihat keras.
"Kalo kamu mau pulang ya pulang aja, aku pokonya mau disini"
"Aku ngak tau harus bilang apa lagi supaya kamu mau pulang, aku kesini pagi-pagi buat jemput kamu tapi kamunya ngak mau pulang" ali berusaha menahan emosinya. Ia tak mau terlepas emosi sedangkan dirinya sekarang di rumah mertuanya.
"Aku juga ngak nyuruh buat di jemput" ucapku ketus tak menatap ali.
Ali menggelengkan kepalanya "kamu harus ikut suami kemana aja, dan ngak boleh membangkang"
TOK TOK TOK
ali langsung membuka pintu kamar dan menampakkan bunda berdiri depan pintu. Ku lihat bunda bicara sebentar dengan ali kemudian ali keluar. Bunda menutip pinyu lalu berjalan ke arahku. Bunda duduk di sampingku. Dielusnya lenganku sayang.
"Bunda ngak pernah ngajarin kamu membangkang perkataan suami sayang. Bunda mau kamu jadi istri yang penurut dan selalu ada disamping suami. Bunda ngak tahu apa masalah kamu tapi bunda minta tolong kamu selesain dengan ali, jangan kayak anak kecil gini. Kamu ngak akan bisa menyelesaikan maslah kamu kalo kamunya masih kayak anak kecil gini. Ini rumah tangga kamu. Kamu harus menyelesaikan semua tanpa harus bunda dan ayah ikut campur. Kamu pulang ya sama ali? " nasehat bunda lembut dengan menatapku sendu. Bunda mengelus rambutku.
"Jangan pernah kesini lagi, seperti semalem. Kalo punya masalah selesain bukan kabur. Selesain di rumah kamu yaa. Kalo kamu kesini lagi sambil nangis-nangis kek tadi malam langsung bunda usir dan ngebiarain kamu"acam bunda.
"Ingat surga kamu sekrang ada di ali. Kali kamu patuh sama suami ngak neko-neko kunci surga kamu pegang sayang. Pulang ya sama ali"kata bunda membuatku luluh.
Aku menjabawab dengan anggukan. Aku tak mau membuat bunda kecewa dengan sikapku. Aku juga membenarkan perkataan bunda, aku tidak akan menyelesaikan masalah kalau aku kabur.
Akhirnya siang ini aku pulang dengan ali. Mobilku ku tinggal di rumah bunda. Diperjalaan seperti biasa hening. Ali fokus dengan jalanan. aku fokus dengan fikuranku. Aku lihat ayah tado biasa aja tak terlihat marah. Apa ali tidak bercerita?,lalu apa yang dibicarain denhan ayah tadi. Tak mau memikirkan itu semua aku memilih untuk tidur.
""""""""""""""""""""
Maaf typo

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA
FanfictionSebenarnya cerita ini harus direvisi banget, ini cerita pertama aku jadi masih payah banget. Maaf. Pernikahan yang dilaksanakan karena perjodohan ini harus diterima aliando syarief dan prilly latuconsina. mau tidak mau mereka harus menerimanya. "a...