Pikiran ali tetap tertuju pada istri mungilnya. Jadi selama ini prilly mengandung anaknya. Dengan teganya ia membentak, mendiami bahkan berkata kasar pada istrinya. Seharusnya ia melindungi dan menjaganya. Kenapa ia tak bisa mengontrol dirinya, seharusnya ia mengatasi masalahnya dengan kepala dingin. Pasti prilly tertekan karena sikap ali yang berlebihan.
Pikiran ali tak tenang. Berulang kali ia memejamkan matanya tapi kantuk tak kunjung menyerangnya. Ali menyibakkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya kasar. Ali beranjak dari tidur,ia meraih jaket kulit hitamnya. Ali meraih kunci mobil kemudian melangkah keluar kamar.
Ali tak perduli sekarang tengah malam. Yang terpenting sekarang ia bisa melihat keadaan prilly. Pikiranya tak tenang sebelum melihat prilly langsung. Ali mengendarai mobilnya normal. Tak lama ali sampai di parkiran rumah sakit yang sepi. Koridor rumah sakit sangat sepi. Ali berdiri mematung di depan pintu kamar inap prilly. Kenapa tangannya berat untuk membuka pintu di depannya. Padahal tadi ia sangat ingin melihat kondisi prilly. Bayangan prilly nangis histeris tadi berputar di otak ali seperti film.
Ali menghela nafasnya berat. Ia harus melihat kondisi prilly langsung kalau tidak ia pasti akan iring-uringan tak jelas. Ali membuka pintu si depannya pelan. Ali melangkah pelan, ia melihat mertuanya tidur di sofa kamar inap prilly. Ali melangkah mendekat brankar prilly. Ia duduk di kursi samping brankar prilly. Ali menggenggam tangan kanan prilly yang terbebas dari selang infus.
Ali menatap wajah damai istrinya. Meski matanya bengkak tetap aja menggemaskan dimata ali. Ali tersenyum kecil mengingat kebersamaanya dengan prilly. Kini Ali tenang. Tak lama ali dilanda kantuk dan tertidur.
Prilly terbangun, ia merasa tangan kanannya berat. Ia menoleh ketangannya. Ia melihat ali tidur dengan tumpuan tangannya. Prilly menatap dalam wajah ali. Meski tidur raut wajah ali terlihat kecewa dan lelah. Prilly memalingkan wajahnya. Ia tak bisa melihat ali. Ia tak sanggup berjadapan dengan ali.
Bahkan ali tidur raut wajahnya terlihat kecewa dan lelah.
Padahal waktu marahan wajah tidur ali tetap damai.
Pasti ali kecewa banget sama masalah ini. Gumam prilly tanpa melihat ali.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia menggigit bibir bawahnya. Ia tak mau ali terbangun. Prilly merasa pergerakan di tangan. Prilly langsung pura-pura tidur. Ali mengeliatkan tubuhnya. Badannya terasa sakit tidur duduk seperti ini. Ali melihat bidadarinya masih tidur. Ali mendekatkan wajahnya ke wajah prilly. Ali mengecup kening prilly lama. Ia mengelus lembut pipi prilly yang agak tirus.
"Semoga hari aku bisa liat senyum kamu" gumam ali di depan wajah prilly.
Kemudian ali pergi ke kamar mandi. Tak lama ali keluar dari kamar mandi, ia melihat bunda ully disamping prilly. Ali mendekat ke arah bunda.
"Bunda udah bangun?" Tanya ali.
"Eh ali kok kamu disini?" Tanya bunda ully kaget.
"Tadi malem ali kesini bund, ali ngak tenang sebelum liat prilly bund" jawab ali diangkhiri cengirannya.
"Kamu ini, yaudah bunda bangunin ayah dulu ya" ucap bunda menggeleng kecil.
Ali mengangguk. Ali menatap prilly yang masih betah dengan dunia mimpinya. Ali membenarkan letak selimut prilly. Ali menatap dalam wajah istrinya lama sebelum ia pergi ke mushola rumah sakit.
Ali kembali ke kamar inap prilly setelah aholat subuh. Langkahnya terhenti di depan pintu kamar prilly. Ia mendengar teriakan prilly. Dengan cepat ali membuka pintu kamar inap prilly dan melangkah cepat ke brankar prilly. Ali melihat bunda ully duduk menghadap ke arah prilly.
"Prilly ngak mau ketemu ali bund, prilly ngak mau" pekik prilly sambil menangis histeris.
"Ya tapi kenapa sayang? Ali khawatir sama kamu" ucap bunda ully memegang kedua lengan prilly.
"Prilly ngak mau ketemu ali mah, prilly ngak mau" ucap ali menatap memohon ke arah bundanya.
"Suruh ali pulang bund. Prilly ngak mau liat ali disini" ucap prilly
Badan ali lemas seketika mendengar perkataan prilly. Apa prilly marah padanya? Sampai- sampai ia tak mau melihat wajahnya. Ali berusaha mendekat ke arah prilly. Prilly yang melihat ali mendekatpun tambah histeris.
"Jangan mendekat ali. Pergi. Aku ngak mau liat kamu. Kamu pergi. Pergi" prilly histeris. Prilly memeluk bunda ully ia tak mau menatap ali.
Ali mendekat ke arah prilly. Ali berusah memegang tangan prilly, tapi prilly menepis tangan ali kasar.
"Tenang sayang, tenang"ucap bunda ully menhelus punggung prilly.
"Bunda usir ali bund. Prilly ngak mau liat ali bund"pekik prilly di pelukan bundanya.
Ali berusaha meraih prilly tapi prilly terus berontak. Ali berusaha ikut menenangkan prilly, bukanya tenang prilly malah tambah histeris.
"Kamu kenapa prill?" Tanya ali menatap prilly cemas.
"Aku ngak mau liat kamu"pekik ali menatap ali sekilas.
"Ya tapi kenapa?" Tanya ali bingung.
"Kamu marah sama aku? Aku minta maaf. Maaf" ucap ali menyesal.
"Pergi. Aku ngak mau liat kamu pergi. Pergi" pekik prilly.
Ali menunduk. Ali kembali menangis. Ali tak tega melihat seperti ini. Ali menjauh perlahan. Ia tak mau melihat prilly seperti ini jadinya lebih baik ia pergi. Ali duduk disofa kamar prilly yang tersekat tembok dengan brankar prilly. Ali masih mendengar jelas tangisan prilly. Mendengarnya membuat hati ali teriris. Dadanya ngilu mendengar tangisan prilly.
Tak lama pintu terbuka menampilkan ayah rizal membawa sekantong plastik. Ayah terlihat bingung. Mendengar prilly menangis dan ali duduk menunduk di sofa. Ayah rizal menaruh cepat bawaanya dan melangkah ke arah prilly dan istrinya.
"Prilly kenapa bund?"tanya ayah rizal menatap istrinya yang memeluk prilly.
"Prilly ngak mau liat ali yah" jawab bunda lemah.
"Udah ya, jangan nangis lagi. Ali udah ngak ada kok" ucap ayah rizal menenangkan prilly.
Prilly merenggangkan pelukannya, ia menatap ayahnya. Dengan cepat prilly memeluk ayahnya.
"Prilly ngak mau liat ali yah" ucap prilly masih dengan tangisnya.
"Iya-iya, ali udah ngak ada" ucap ayah menenangkan.
"Bohong prilly masih bisa ngerasain ali disini ya" elak prilly.
"Ayah ngak bohong, ali udah pergi"
"Tapi prilly masih bisa ngerasa ali disini pah"pekik prilly menatap ayahnya. Ayah rizal mengelus rambut prilly sayanh.
"Ali udah nga disini sayang" ucap ayah rizal lembut.
"Ayah bohong, ali aku tau kamu masih disini. Aku mohon kamu pergi. Aku ngak mau liat kamu disini" pekik prilly.
Tak lama terdengar pintu terbuka lalu tertutup. Ali keluar dari kamar inap prilly. Ia tak sanggup mendengar tangisan prilly. Prilly menangis karenanya. Pasti prilly marah denganya. Ali duduk dikursi depan kamar inap prilly. Berkali-kali ali menyeka air matanya. Ia benar-bwmar tak sanggup melihat seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA
FanfictionSebenarnya cerita ini harus direvisi banget, ini cerita pertama aku jadi masih payah banget. Maaf. Pernikahan yang dilaksanakan karena perjodohan ini harus diterima aliando syarief dan prilly latuconsina. mau tidak mau mereka harus menerimanya. "a...