☆☆☆☆☆

5.7K 222 0
                                    

Seperti kata ali kemarin hari ini aku dan ali dalam perjalanan ke rumah rafli. Aku mengenakan baju muslim couple dengan ali. Sesekali aku merapikan hijabku sebenarnya kikuk karena selama perjalanan hanya ada keheningan. Ali fokus menyetir sedangkan aku hanya memandang keluar jendela. Pulang kerja sampai tadi pagi ali jarang ngomong dia hanya ngomong bila perlu. Aku menghela nafas memberanikan bertanya ke ali.

"Li, kamu kenapa diem aja sih, kalo kamu mau kita ngurus urusan masing-masing seenggaknya kita ngak saling diem kek gini"ucapku ragu menatap ali takut.

Ali tak merespon dia tetap datar dan dingin. Sungguh bukan ali yang ku kenal dulu. Ali memang pria baik murah senyum tapi kalo marah nakutin.

Selang sepuluh menit kita sampai di rumah Rafli sepupu ali. Sepertinya sudah ramai bisa dilihat mobil yang berjejer rapi di halamanya. Ku lihat mobil papa dan mama sudah terpakir artinya mereka sudah datang.
Aku langsung hendak membuka pintu disampingku tapi ali menahan tangan ku.

Aku menoleh ke arahnya "ada apa?"tanyaku tak menatap matanya.

Mata yang dulu selalu membuatku terhipnotis karena sangat indah dan menenangkan tapi sekarang hanya tatapan dingin dan tajam yang terpancar.

"Kalo di depan semua orang anggap aja ngak ada masalah" ucap ali dingin tanpa menatapku dan langsung keluar mobil.

Aku pun juga langsung keluar. Kami melangkah memasuki rumah rafli dengan beriringan. Tiba-tiba Ali merangkul pinggangku aku tersentak kaget menerima perlakuan ali. Aku hanya diam berusaha tetap tersenyum meski hatiku sakit. Rafli berdiri di depan pintu menyambut para tamu. Aku dan ali langsung menyaliminya. Aku melihat mama berkumpul dengan kerabat perempuan.

"Li aku mau ke tempat mama ya?" Tanyaku lirih sambil menunduk. Sebenernya canggung dengan ali sedekat ini.

Ali memutar tubuhku menghadapnya. Lihat lah wajahnya beda dengan di mobil tadi. Sekarang seperti ali yang ramah dan murah senyum.

"Yaudah sekalian aja," ali merapikan letak kerudungku. Dia mengelus pipiku sebentar lalu menggenggam tanganku dan melangkah ke tempat mama.

"Cie cie yang gandengan tangan mulu yang pegang-pegang pipi"ledek mama menatapku dan ali.

"Apaansi mah nih liat prillynya jadi malu nih"kata ali melihatku menunduk. Dia mengelus lenganku sayang.

Aku langsung menyalimi mama dan kerabat yang lainya.

"Papa dimana ma?"tanya ali memandangi setiap sudut ruangan.

"Papa di belakang nerima telfon" jelas mama merangkulku.

"Kita duduk dulu yuk" ajak mama menarikku  ke arah sofa. Ali mengikut dibelakang.

Aku duduk di samping mama sedangkan ali duduk disampingku. Aku memeluk mama erat. Aku sangat rindu bunda. Sangat. Biasanya kalau ada masalah aku selalu curhat ke Bunda tapi sekarang beda.

"aku kangen bunda ma" bisikku lirih.

Mama mengelus punggungku pelan "sabar ya, lama kelamaan pasti terbiasa kok. Kamu boleh peluk mama kalau kamu sedang rindu bunda".

Aku mengangguk mengerti. Aku melepas pelukanku menatap mama sebentar lalu duduk tegak menghela nafas kasar.

"Suaminya ngak di peluk nih?" Goda ali sambil merentangkan tangannya.

"Apaansih" rengekku.

"Gimana kalian?ngak ada masalahkan?"tanya mama menatap ali dan aku bergantian.

Aku hanya diam binggung menjawab. "Baik kok ma"jawab ali sambi merangkul pundakku.

"alhamdulillah, Acaranya sebentar lagi mulai, mama kesana dulu ya" ucap mama sambil menunjuk ke arah gerombolan ibu-ibu lainya.

CERITA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang