☆☆☆☆☆☆

5.5K 215 2
                                    

Sepulang dari acara tujuh bulanan istrinya rafli aku dan ali langsung berjalan ke arah kamar. Aku menunggu ali mandi sambil membersihkan make up. Dirasa wajahku bebas dari make up aku menyiapkan baju buat ali dan bajuku sendiri. Selang beberapa menit pintu kamar terbuka. Menampakkan ali keluar hanya menggunakan celana selutut tangannya sibuk mengeringkan rambutnya.

Dulu aku yang selalu membantu mengeringkan rambut ali, tapi sekarang suasananya udah beda.

Ali melangkah ke arah ranjang dan meraih t-shit yang ku siapkan "aku tunggu di ruang kerja" ucapnya dingin wajahnya datar tanpa menatapku.

Aku hanya mengangguk meski ku tahu ali tak tahu karena dia tak mau melihatku, bahkan melirik pun tak mau. Setelah mengucapkan itu ali langsung keluar kamar.

Tak mau membuat ali menunggu lama. Aku langsung mandi dan menyiapkan mental. aku harus menyiapkan bathin dan pikiran atas keputusan ali nanti.

Apapun keputusan ali aku harus pertahanin pernikahan ini. Ayah dan bunda bakal sedih kalo sampek aku dan ali cerai. Pokoknya aku harus yakinin ali gumamku sebelum masuk keruang kerja ali.

Aku ketok pintu putih di depanku. Bagaimana pun aku harus ketok dulu ngak mau membuat ali tambah marah. Aku dengar suara bariton ali menginstruksikan masuk. Aku langsung masuk dan berdiri  di depan meja kerja ali.

"Ada apa ya li?"tanyaku gugup sampai-sampai mau bicara susah.

Ali meletakkan kertas yang dipegang ke atas meja kerjanya "Duduk" perintah ali dingin menusuk sampek ke hati.

Aku langsung duduk di kursi depan ali. Berkali-kali ku menghela nafas. Menetralkan jantungku yang berdangdut ria.

Ekhem

Ali berdehem. Bahkan sekarang dehemannya aja bisa mencekik leherku. Membuatku membeku. Bahkan untuk bernafas susah.

"Sebaiknya pernikahan ini kita akhiri" ucap ali enteng dan masih dingin. Ali masih enggan menatapku.

"Maksud kamu?" tanyaku.

"Kita CERAI" ucap ali menekankan kata cerai. Ali mulai menatapku tajam.

"Aku minta maaf li, beri aku kesempatan lagi. Aku janji aku akan berusaha sayang sama kamu aku janji akan cinta sama kamu. Aku janji akan jadi istri baik sholehah. Pokoknya aku pasti jadi istri yang nurut kok aku janji" cerocohku berusaha meyakinkan ali. Aku menatapnya memohon.

"AKU NGAK NGEMIS CINTA KAMU, AKU NGAK BUTUH JANJI-JANJI BUSUK KAMU. DULU KAMU JUGA BILANG KEK GITU TAPI APA BUKTINYA. SAN-DI-WA-RA. APA BELUM CUKUP KAMU BUAT AKU KECEWA. APA KAMU BELUM PUAS BUAT AKU HANCUR. DARI PADA KITA BERSAMA-SAMA SALING MENYAKITI LEBIH BAIK KITA SENDIRI-SENDIRI" ucap ali dengan nada tinggi menatapku tajam. Matanya memancarkan marah. Wajahnya sampai merah. Tangannya pun mengepal menahan emosi.

"Kamu egois li, semua orang punya kesempatan buat memperbaiki kesalahannya" susah payah aku menahan buliran air mataku supaya ngak jatuh. Tapi sekeras apa pun aku menahan isak ku tapi akhirnya lolos juga.

Hikz hikz hikz aku berulang kali menghapus sungai kecil di pipi chubby ku dengan kasar.

Aku harus kuat prilly gumamku dalan hati menyemangati.

"Aku tambah egois kalo tetep mempertahankan pernikahan ini. Kita saling menyakiti. Aku ngak mau kamu terus terikat dengan pernikahan ini tapi terpaksa. Kamu akan menyakiti diri kamu sendiri kalo tetep mempertahankan pernikahan ini" ucap ali dingin tanpa menatapku. Bahkan untuk menatapku ali tak mau.

Aku berusaha mereda tangisku tapi bukannya berhenti malah tambah keras. Aku ngak mau pernikahan ini berakhir. Aku berdiri berusaha mendekat ke tempat ali duduk meski kaki ku lemas.

"Mana janji kamu? Mana tanggungjawab kamu? Kamu ngak inget kamu ngucapin ijab qobul di depan penghulu, ayah, papa, mama bunda. Apa kamu ngak inget waktu kamu melamar aku meminta restu ke ayah. Apa kamu ngak inget janji kamu ke ayah. Ngak inget janji kamu ke allah ? HAH KAMU NGAK INGET hikz hikz hikz" pekikku  dengan air mata yang kian deras. Aku meletakkan ke dua tanganku di lutut ali memohon supaya ali merubah pikirannya.

"Itu semua terjadi karena aku belum tahu kebusukanmu prilly. Mana ada suami yang mau dibohongin kek gini. Bahkan kalo ayah tahu pasti akan menyuruh kita cerai." Ucap ali tegas.

"Apa ngak ada di lubuk hati kamu yang terdalam buat beri aku kesempatan untuk memperbaiki" ucapku melemah aku menunduk. Menempelkan kepalaku ke tanganku yang bertumpu di lutut ali.

"CUKUP prilly, kamu ngak usah memohon seperti itu. Aku ngak mau kecewa untuk kedua kalinya" bentak ali tepat di atas kepalaku yang menunduk.
Aku menggeleng- ngeleng kuat

Bagaimana pun caranya pernikahan ini ngak boleh berakhir seperti ini. Ayah pasti marah besar. Dan bunda pasti sangat kecewa. Aku ngak mau semua itu terjadi.

"Tolong beri aku kesempatan sekali lagi ali. Aku harus apa supaya kamu mau beri aku kesempatan lagi. Apa aku harus bersujud di kaki kamu aku akan lakuin" ucapku masih menahan tangis. Aku berusaha merubah posisi bersujut ke ali. Sebelum tubuhku sempurna bersujud ali sudah mengangkat pundakku untuk berdiri.

"Apa aku hikz ngak hikz pantes dapet hikz hikz kesempatan lagi hikz hikz hikz?" Ucapaku memberanikan menatap mata legam ali.

"Aku ngak mau nyiksa kamu dengan pernikahan ini. Jujur aku masih cinta sama kamu. Aku maunya tetep mempertahankan pernikahan ini tapi aku ngak boleh egois. Kamu akan tersiksa kalau aku tetep mau mempertahankan pernikahan ini"

Ali berusaha mengatur nafasnya yang memburu.

"Ini jalan terbaik buat kita. Secepatnya aku akan mengirim surat perceraian kita. Aku mau tidur sendiri disini kamu ke kamar saja" ucap ali dingin lalu beranjak ke arah sofa dan merebahkan tubuhnya. Aku hanya bisa menatapnya nanar.

""""""''""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""

CERITA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang