@Kim's Family House
Saat ini Taehyung dan Jisoo sedang berada di ruang keluarga bersama dengan Tuan Kim. Mereka berdua tidak kembali ke apartemennya sepulang dari Gangsan karena nyonya Kim masih sangat mengkhawatirkan keadaan putranya yang lukanya masih belum sembuh total, juga keadaan Jisoo setelah kematian ayahnya.
"Pengumuman kelulusan kalian sebentar lagi, apa kalian sudah memutuskan mau melanjutkan kemana setelah ini?" ucapan tuan Kim membuat Jisoo maupun Taehyung langsung saling melempar pandangan.
"Bukankah papa sudah mengatur hal itu sejak dulu untukku?" pertanyaan Taehyung disambut senyuman dari tuan Kim.
"Iya kau benar, Seoul National University apa kau tidak merasa keberatan?" Taehyung langsung menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa dia tidak merasa keberatan untuk masuk ke kampus ternama di korea tersebut.
"Bagaimana denganmu Jisoo?" Jisoo langsung menundukkan kepalanya, gadis itu tidak ingin lebih merepotkan ataupun membebani keluarga Taehyung. Jisoo sudah merasa sangat bersyukur dapat diterima di keluarga itu dan diberi kasih sayang layaknya keluarga sendiri.
"Apa yang kau pikirkan?" Taehyung menyentuh lengan Jisoo sambil tersenyum manis, membuat gadis itu sedikit terkejut dan langsung menggeleng pelan.
"Papa dengar kau memiliki cita-cita ingin menjadi dokter, di Seoul Natonal University fakultas kedokterannya sangat bagus. Kalau kau mau kau bisa mendaftar di sana bersama Taehyung," saran tuan Kim.
"Wah, itu ide yang sangat bagus, Pa! Jadi nanti aku bisa terus bersama Jisoo." Taehyung bersorak riang, berbeda dengan Jisoo yang kini kembali menunduk.
"Jisoo, kalau kau tidak setuju katakanlah! Papa tidak akan memaksamu kau bisa memilih kampus yang kau sukai," ucap tuan Kim lembut.
"Sebenarnya aku sangat berharap kau bisa masuk kampus yang sama denganku, tapi kalau kau sudah memiliki pilihan kampus lain aku tidak keberatan mengantar dan menjemputmu nantinya." Jisoo merasa sangat terharu dengan kebaikan Taehyung dan juga keluarganya.
"Pa, aku benar-benar merasa malu," lirih Jisoo membuat Taehyung maupun tuan Kim menatap gadis itu dengan kening berkerut.
"Aku sudah sangat merasa bersyukur diterima dalam keluarga ini, kalian semua begitu baik dan menyayangiku. Aku merasa sangat malu jika harus mendapatkan lebih dari yang aku terima saat ini." Tuan Kim menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tulus.
"Jisoo, sejak kau menikah dengan Taehyung kau juga sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Baik itu Papa maupun Taehyung memiliki tanggung jawab atas dirimu. Jadi, kau tidak perlu merasa malu atas apa yang sudah sepantasnya menjadi hakmu termasuk pendidikanmu." Jisoo membalas ucapan tuan Kim dengan seulas senyuman.
"Benar apa yang dikatakan Papa, kau sudah menjadi bagian dari tanggung jawab kami sebagai laki-laki di keluarga ini. Mungkin saat ini aku masih mengandalkan Papa, tapi nanti setelah lulus kuliah dan aku sudah mendapatkan jabatan di perusahaan, aku yang akan bertanggung jawab sepenuhnya atas dirimu, karena aku adalah suamimu." Taehyung menepuk dadanya membuat Jisoo terkekeh.
"Kenapa kau tertawa? Kau tidak mempercayaiku?" lagi-lagi Jisoo tertawa membuat Taehyung menunjukkan wajah kesalnya.
"Tak heran Jisoo menertawakan ucapanmu, kau pikir siapa yang akan memberimu jabatan begitu saja setelah lulus kuliah?" sahut tuan Kim dengan kekehannya pula.
"Tentu saja Papa, memang siapa lagi?" jawab Taehyung enteng disambut gelengan kepala dari papanya.
"Papa tidak akan memberikan jabatan padamu sampai kau bisa membuktikan bahwa kau memang pantas mendapatkan jabatan di perusahaan. Papa mau kau mulai belajar dari bawah, jadi papa sudah membuat rencana selain kuliah di jurusan bisnis kau juga langsung praktek di lapangan menjadi pegawai biasa di perusahaan Papa." Taehyung langsung melotot mendengar ucapan Papanya sedang Jisoo mengangguk setuju dengan rencana ayah mertuanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUPID MARRIAGE (COMPLETE)
FanfictionTerikat dalam sebuah jalinan suci pernikahan yang tidak pernah diharapkan. Kim Jisoo yang merupakan siswi teladan dengan cita-cita tinggi ingin sukses dan kuliah di luar negeri tidak akan rela membuang mimpinya itu, hingga ia setuju untuk melakukan...