Jisoo's Side
Jisoo kini sudah memasuki bus yang entah akan membawa dirinya kemana. Rencana awal gadis itu adalah pergi ke Gochang dan mau memulai hidup baru di kota kecil itu. Namun, rencananya harus dia rubah secara mendadak saat menyadari anak buah dari Bae Seunghyun yang ternyata terus mengikuti dirinya. Jisoo menyadari hal itu saat ada mobil hitam yang terus mengikuti taksi yang dia naiki sampai di terminal. Begitu Jisoo turun dari taksi memasuki terminal, gadis itu melihat pantulan bayangan dari sebuah kaca ada dua orang turun dari mobil tersebut. Jisoo masih belum melupakan postur badan orang yang pernah menculiknya paksa sehingga gadis itu sudah dapat memastikan bahwa dua orang itu adalah anak buah dari Seunghyun.
Berusaha untuk tetap bersikap tenang gadis itu berjalan menuju toilet sambil menyeret kopernya. Setelah berdiam beberapa saat guna memikirkan sebuah rencana kecil, Jisoo segera berganti pakaian untuk mengelabuhi orang yang membuntutinya. Jisoo mengeluarkan sebuah ransel dari kopernya dan memasukkan beberapa potong pakaian dan beberapa benda penting lainnya ke dalam ransel tersebut.
Keadaan toilet yang cukup ramai membuat rencana Jisoo berjalan lancar. Gadis itu meninggalkan kopernya di dalam sebuah bilik toilet kemudian keluar toilet membaur dengan beberapa gadis dan berpura-pura seakan sedang mengobrol bersama mereka dengan dalih berbasa-basi menanyakan tujuan para gadis itu akan pergi. Saat merasa berhasil mengelabuhi anak buah dari Seunghyun, Jisoo segera membeli tiket yang keberangkatanya saat itu juga.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang kini Jisoo sudah sampai di kota Yeosu, kota yang berada di paling ujung Korea selatan yang merupakan salah satu kota pelabuhan. Jisoo berharap bahwa di tempat ini adalah tempat yang tepat untuk menghindari Taehyung juga Irene serta kakaknya. Sudah banyak hal menyakitkan yang Jisoo lalui, sudah pasti kenangan dan luka yang Jisoo dapat akan selalu diingatnya. Setidaknya saat ini gadis iu ingin memulai hidupnya yang baru dengan perasaan tenang karena orang-orang yang dia cintai dalam keadaan aman.
Jisoo berjalan tanpa tenaga di pinggiran sebuah jalan di dekat pelabuhan. Gadis itu sudah lupa bahwa hampir seharian sejak meninggalkan Suho dan melewati perjalanan panjang dengan naik bus dia sama sekali tidak memasukkan apapun ke dalam perutnya. Tiba-tiba saja kepalanya terasa berat dan semua yang ada di sekitarnya terlihat berputar. Semakin lama pandangan gadis itu semakin buram, kakinya juga terasa semakin lemas.
"Hey, apa kau baik-baik saja?" Dengan pandangannya yang kian memburam Jisoo melihat seorang wanita berkacamata hitam menghampirinya.
"Aku-" Belum selesai Jisoo berucap tiba-tiba semuanya menjadi begitu gelap.
Jisoo yang telah pingsan cukup lama mulai mengerjapkan matanya berusaha menyesuaikan pancaran cahaya yang memasuki matanya. Setelah mendapatkan kesadaran yang cukup gadis itu mendapati dirinya berada dalam sebuah kamar yang nyaman. Perlahan Jisoo memposisikan dirinya untuk duduk dan meneliti keadaan kamar tersebut berusaha mencari petunjuk orang seperti apa yang telah menolongnya. Hingga seorang wanita cantik memasuki kamarnya sambil tersenyum.
"Syukurlah kau sudah sadar- Jisoo" ucapan wanita itu membuat Jisoo melemparkan tatapan penuh tanyanya.
"Aku hanya menemukan kartu identitas dalam tasmu, bahkan kau tak punya ponsel sehingga membuatku tak tahu harus menghubungi siapa," jawab wanita itu santai saat berdiri di samping ranjang.
"Terima kasih sudah menolongku," ucap Jisoo sambil membungkukkan punggungnya sedikit yang langsung disambut senyuman dari wanita di depannya.
"Kata dokter yang aku panggil kau pingsan karena belum makan dan kelelahan, jadi sebaiknya kau makan dulu. Ayo turun!" Wanita itu hendak meraih lengan Jisoo untuk membantunya bangun, tapi Jisoo justru menghindar dan melemparkan tatapan tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUPID MARRIAGE (COMPLETE)
Fiksi PenggemarTerikat dalam sebuah jalinan suci pernikahan yang tidak pernah diharapkan. Kim Jisoo yang merupakan siswi teladan dengan cita-cita tinggi ingin sukses dan kuliah di luar negeri tidak akan rela membuang mimpinya itu, hingga ia setuju untuk melakukan...