34. Out Of The Line

5.1K 285 5
                                    

Acara ulang tahun baru bubar jam sebelas lebih siang tadi yang diakhiri dengan pembagian bingkisan kepada para tamu yang sudah hadir. Mereka juga dijamu makan dengan hidangan sederhana yang sudah tersedia. Kedua orang tua Viona dan Dio serta saudara-saudara mereka sudah pulang sejak sore tadi. Rumahnya sudah bersih kembali dan kini keluarga kecil itu sedang berkumpul di ruang keluarga. Arvi begitu bersemangat membuka kado-kado yang ia dapatkan tadi. Ada yang memberi mainan mobil, robot, alat tulis, jam tangan, t-shirt gambar kartun hero, sepatu, dan juga barang lainnya. Bocah itu begitu senang mendapatkan hadiah-hadiah itu.

"Coba buka kado terakhirnya! Kira-kira apa ya isinya?" pinta Dio sambil menebak apa isi hadiah dari kado terakhir. Arvi merobek kertasnya dan matanya berbinar senang begitu ia tahu apa isinya.

"Buku celita! Ayah, Mama... Aku dapet buku celita sang pahlawan." serunya senang. Viona dan Dio tersenyum.

"Simpan ya koleksinya di rak buku! Kamu harus berterima kasih sama Allah. Jangan lupa untuk selalu berdo'a, ya! Arvi sekarang udah gede, udah 7 tahun. Harus tetap rajin belajar, sholat, dan juga ngaji ya, sayang!" nasehat Viona sambil mengelus kepala putranya. Arvi mengangguk. Ia mulai menguap pertanda sudah mengantuk.

"Sekarang kamu cepet sholat dulu ya, abis itu langsung tidur! Besok sekolah lagi." Arvi mengangguk, lalu ia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju arah dapur untuk ke kamar mandi mengambil air wudhu. Viona dan Dio membereskan kado-kado yang sudah dibuka dan memasukkannya ke kantong plastik besar sebelum ditata lagi nanti serta membersihkan robekan kertas yang berserakan di atas tikar.

"Kita sholat berjama'ah, ya?!" ajak Dio. Viona hanya berdehem dan fokus membereskan ruang keluarganya terlebih dahulu.

***

Viona menyenderkan kepalanya di dada Dio. Mereka sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Viona menikmati nyamannya dada bidang suaminya dan harum parfum yang menguar dari tubuhnya. Ia menikmati irama detak jantung Dio yang terdengar berdegup kencang di telinganya. Keduanya memandang langit-langit kamar yang berwarna putih.

"Tadi Naya sudah tahu tentang kita. Apa mungkin teman-teman lainnya juga akan mengetahui rahasia kita? Apa yang harus kita jelaskan pada mereka?" Dio menatap sekilas istrinya di bawahnya.

"Ada saatnya mereka semua pasti akan mengetahuinya. Tak selamanya kita terus bersembunyi. Cepat atau lambat, semuanya pasti akan terungkap. Ini konsekuensi atas apa yang telah kita perbuat." Viona mengangguk. Benar, ini adalah konsekuensi dari apa yang telah mereka perbuat di masa lalu. Meski kecelakaan, tapi tetap saja akan membawa dampak besar di kemudian hari. Kehadiran Arvi di antara mereka tak mampu untuk menyembunyikan semuanya. Mereka pasti akan tahu pada akhirnya tentang hubungan apa yang pernah terjadi di antara mereka di masa lampau.

"Aku cuma khawatir sama Arvi, Di. Kamu pasti sudah tahu kan bagaimana hidupnya sebelum kamu datang menemukan kami?" Dio terdiam sejenak. Mengingat hal itu seakan mengungkit luka lamanya. Putranya menjadi korban akibat kejadian tragis mereka di masa lalu. Sudah pasti keturunannya ikut merasakan getahnya. Itulah mengapa zina sangat diharamkan oleh agama. Ternyata dampaknya begitu besar untuk keturunannya.

"Kita akan hadapi ini bersama. Aku pastikan, setelah ini tak ada lagi yang berani untuk menghina atau merendahkan Arvi, karena aku tak akan diam saja membiarkan itu terjadi." Viona hanya mengangguk. Ia percaya pada Dio karena ia juga sama menyayangi putra mereka dan tak akan membiarkan siapa pun menyakiti buah hati mereka. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Refleks ia langsung melepaskan sandarannya di dada suaminya membuat Dio sedikit terkejut dan heran.

"Aku baru ingat, Kiki kan sudah tahu tentang kita. Aku masih ingat ancaman terakhirnya. Bagaimana kalau dia benar-benar menyebarkan berita miring tentang kita di kantor? Bagaimana tanggapan orang-orang nanti terhadap kita?" Dio berpikir sejenak. Sejujurnya, ia juga merasa khawatir akan hal itu. Tepatnya ia mengkhawatirkan istrinya dan ia takut jika Viona tak kuat menahan berbagai cacian dan hinaan yang akan diterimanya nanti. Ia mencoba tersenyum menenangkan.

Red In The SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang