19. Finally I Found You

5.6K 271 0
                                    

Viona terus menarik tangan mungil putranya menuju parkiran di mana mobil mereka berada. Sesekali ia menoleh ke belakang takut Dio mengejarnya dan yang paling ia takutkan, lelaki itu akan mengambil Arvi dari dirinya. Tidak! Arvi adalah malaikat dalam hidupnya. Ia tak akan sanggup jika sampai berpisah dengan putranya.

"Mama, sakit...." ringisnya kesakitan. Viona melirik putranya yang sudah basah oleh air mata. Ia tiba-tiba tersadar sudah menyakiti putranya. Hatinya mencelos dan menatap putranya menyesal. Ia berjongkok dan melepaskan genggamannya di tangan putranya.

"Maafin Mama, sayang. Mama terlalu panik sama kamu. Ayo kita naik ke mobil!" pintanya lembut. Ia menarik lembut putranya tidak seerat tadi. Ia langsung mendudukkan putranya di samping kursinya. Langsung ia mengunci mobilnya dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling parkiran, takut Dio ada di sana melihat mereka. Saat dirasanya tak ada tanda-tanda Dio di sana, ia baru bisa bernafas lega. Ia belum siap bertemu dengan lelaki itu dan menjelaskan semua yang telah terjadi selama ini di antara mereka, bagaimana Arvi bisa hadir di antara mereka. Ia belum siap untuk menerima caci maki yang mungkin akan dilontarkan oleh Dio pada dirinya atas apa yang telah terjadi di masa lalu mereka, apalagi kalau sampai anak mereka melihatnya dan mengetahui semuanya. Ia tak akan pernah sanggup membayangkan jika sampai putranya tahu jati dirinya yang sebenarnya dan alasan mengapa ia selalu terasing dari lingkungan pergaulannya. Viona segera meraih ponselnya dan menekan sebuah nomor.

"Hallo, Kak. Maaf aku ninggalin Kakak di sana. Aku ada di mobil sekarang di parkiran. Kalau sudah selesai, cepetan ke sini!" pintanya. Terdengar nada khawatir dari sana. Viona tahu pasti kakaknya mengkhawatirkannya saat melihatnya keluar dari sana dengan wajah panik dan pucat pasi seperti baru bertemu hantu. Kakaknya pasti melihat Dio yang mengejarnya.

"Nanti aku ceritain. Jangan sekarang, Kak! Beri aku waktu sejenak." pintanya memohon. Terdengar helaan nafas dari seberang sana. Setelah bicara sebentar, ia memutuskan sambungan mereka. Ia berharap kakaknya segera cepat ke sini sebelum Dio berubah pikiran dan mungkin akan menemukan mereka di sini. Ia terlalu takut untuk bertemu dengannya meski hatinya tak bisa berbohong kalau ia sangat merindukannya. Ia menolehkan wajahnya pada putranya yang kini sedang asyik bermain dengan tabletnya. Maafkan Mama, sayang... Maafkan Mama yang belum bisa mempertemukan kamu dengan ayah kamu. Mama belum siap bertemu dengannya dan Mama takut jika dia akan menolak kamu. Mama tak bisa melihat air mata kesedihan kamu lagi. Sudah cukup penderitaan kamu selama ini. Viona mengusap air matanya yang meluncur tanpa disadarinya. Tak akan ia biarkan siapa pun menyakiti putranya, meski mungkin ayah kandungnya sendiri yang tak akan mau mengakuinya sebagai darah dagingnya dan menggoreskan luka baru yang lebih parah di hati putranya juga dirinya.

***

Kiki heran dengan Dio yang lebih banyak melamun sejak pulang dari belanja tadi. Lelaki itu hanya menjawab seperlunya dan membuat Kiki tak bertanya-tanya lagi meski di benaknya muncul berbagai pertanyaan tentang apa yang terjadi dengan Dio tadi di mall. Mereka sudah sampai di depan rumah Kiki. Gadis itu turun dari motor Dio sambil melepas helmnya dan menyerahkannya pada Dio.

"Makasih ya untuk hari ini. Mau mampir dulu?" tawarnya. Dio menggeleng dan tersenyum.

"Enggak, Ki. Terima kasih." Kiki hanya mengangguk.

"Yaudah, aku pamit dulu!" pamitnya sambil berlalu dari hadapan Kiki dengan motornya sebelum Kiki mengucapkan hati-hati kepadanya. Gadis itu menghela nafasnya saat Dio sudah menghilang dari pandangannya. Mungkin Dio sedang ada masalah, pikirnya positif.

Dio melajukan motornya membelah jalan yang sedang macet karena masuk waktu siang. Ia tak sabar ingin segera sampai di rumahnya dan mencari tahu tentang ibu dan anak yang ditemuinya tadi di mall. Ini bukanlah mimpi. Ia sudah mendapatkan petunjuk untuk menemukan keberadaan mereka. Ia berharap ini akan menjadi lebih mudah baginya. Setelah satu jam berkutat dengan kemacetan yang panjang, akhirnya ia sampai di daerah tempat tinggalnya. Ia memarkirkan motornya di halaman rumahnya dan langsung bergegas masuk ke dalam.

Red In The SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang