Kedua insan itu masih saling bertatapan dalam hening. Masih saling mencoba untuk mencari sebuah kejujuran dari perasaan yang mereka rasakan saat ini. Viona tak bisa menahan keinginannya untuk mengorek masa lalu suaminya. Tatapan Rima yang ditujukan Dio di pertemuan mereka tadi sungguh membuatnya gelisah. Ia tahu jika perempuan itu mempunyai perasaan lebih dari sekedar sahabat kepada suaminya.
"Apa hubunganmu dengan Rima di masa lalu?" Viona mengangkat sebelah tangannya saat dilihatnya Dio akan menyelanya.
"Aku tahu rasa apa yang dimilikinya saat dia menatapmu. Dalam persahabatan antara lelaki dan perempuan, bukan hal yang tak mungkin jika ada salah satu yang memendam rasa. Aku hanya butuh keterbukaan di antara kita seperti yang selalu kamu katakan padaku. Sekarang, kamu buktikan ucapan itu untuk saling jujur di antara kita." Dio menarik nafasnya sejenak. Ia tak bisa menghindar akan hal ini. Bagaimanapun, ini demi kelangsungan rumah tangganya juga dengan Viona. Ia tak ingin jika ada kesalahpahaman yang akan membuat keretakan hubungan mereka nanti. Ia menatap mata indah istrinya.
"Aku dan Rima adalah teman sekelas semenjak dari kelas satu. Kami awalnya teman dekat dan bersahabat. Aku tak begitu akrab dengan teman perempuan, apalagi sampai pacaran. Rima adalah teman perempuan pertamaku yang akrab denganku dan membuatku nyaman. Sejak itu, kami bersahabat dan dia begitu mengenalku serta memahamiku." tubuh Viona terasa panas dingin mendengar penjelasan suaminya. Jantungnya berdegup tak karuan. Ia takut menunggu kelanjutan dari ucapannya tentang berbagai kemungkinan yang akan menyakitinya nanti.
"Seiring persahabatan kami, sebuah perasaan asing muncul untuk pertama kalinya di hatiku. Aku begitu nyaman dan bahagia apabila di dekatnya. Getaran itu selalu datang begitu saja. Aku tak tahu apakah aku jatuh cinta kepadanya atau tidak. Tapi aku tak bisa menahan beban rasa itu. Perasaan itu malah semakin memuncak setiap harinya. Dia benar-benar memberi warna di hidupku yang datar. Aku yang biasanya acuh dan seperlunya, dengannya aku merasa bebas dan tertawa lepas, padahal itu bukan karakterku sama sekali yang dingin. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku padanya."
Deg!
Seperti ada sebuah palu besar yang memukul keras hatinya. Setitik air mata meluncur tanpa bisa ditahannya. Suaminya baru saja mengakui tentang cinta pertamanya, dan itu bukan dirinya yang selama ini yang menjadi pengagum rahasianya. Sungguh miris baginya. Ia yakin, pertahanannya sebentar lagi akan runtuh.
"Tapi jawaban yang aku dapat membuatku terkejut. Aku memang memprediksikan kemungkinan jika Rima akan menolaknya. Dan tepat, dia menolak pernyataan cintaku padanya. Dia bilang jika ia sudah menganggapku sebagai sahabatnya. Akan terasa aneh baginya jika status persahabatan kami berubah menjadi sepasang kekasih. Aku patah hati untuk yang pertama kalinya. Aku mencoba untuk ikhlas untuk menerima keputusannya dan melanjutkan kembali persahabatan kami. Dia memintaku untuk mencoba melupakan perasaanku padanya. Jelas itu sulit bagiku karena aku sudah terbiasa menghabiskan separuh waktuku dengannya, sampai akhirnya waktu sendiri yang membuatku melupakan tentang rasa yang pernah ada untuknya. Karena ini pertama kalinya aku menyukai lawan jenis." Viona tak kuat menahan lebih lama lagi air matanya. Cairan hangat itu turun membanjiri wajahnya tanpa terelakkan lagi membuat Dio terkejut dan khawatir. Isakan itu akhirnya keluar juga dari mulutnya. Ia benar-benar tak kuat lagi menahan rasa sesak itu.
"Apa kamu masih mencintainya, Di? Apa selama ini kamu belum bisa melupakannya? Aku sekarang sadar, kamu menikahiku hanya sebatas untuk tanggung jawab saja, tak pernah ada sedikit pun cinta di hatimu untukku." Dio tersentak mendengar ucapan istrinya. Ia menggeleng tegas.
"Kamu salah, Vi. Dengarkan aku!" pintanya sambil memegang kedua bahu Viona yang terguncang karena tangisnya. Viona menundukkan wajahnya tak mau menatap wajah Dio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red In The Silence
RomantizmSejak pertama masuk SMA, Viona memendam sebuah rasa kepada teman sekolahnya, Dio. Mengamati dan mengagumi dalam diam meski sang pujaan hati tak pernah melihatnya. Mencoba bertahan menjadi sosok tak terlihat, dekat tapi seakan jauh untuk tergapai. Hi...