Viona dan Eka sampai di sebuah tempat kost untuk perempuan di mana Eka tinggal. Viona mengirim pesan pada kakaknya bahwa ia akan menginap di rumah temannya karena sudah terlalu malam untuk menjemputnya. Ia belum berani untuk menghadap mereka saat ini. Ia telah membohongi dan merusak kepercayaan mereka padanya dengan aib memalukan yang ia torehkan. Ia sudah mencemarkan nama baik keluarganya. Apa yang harus Viona katakan pada mereka?
"Ayo, Vi!" ajak Eka. Viona berjalan menuju kamar Eka dan duduk di ranjangnya.
"Lo udah makan belum?" tanyanya sambil menaruh tas kecilnya. Viona menggeleng.
"Belum. Gue gak laper, Ka." Eka melihat Viona yang memandang kosong ke lantai. Gadis itu seperti sedang memikul sebuah beban berat saat ini. Ia mendekatinya dan duduk di sebelahnya.
"Gue tahu lo sedang ada masalah. Lo gak bisa bohong sama gue." Viona terdiam sejenak. Tiba-tiba, tangisnya pecah dan ia langsung menghambur memeluk Eka yang terkejut dengan tindakan spontan Viona. Ia mengelus lembut punggung Viona yang naik turun karena tangisannya.
"Gue udah kotor, Ka. Gue udah gak suci lagi." Eka mencoba mencerna ucapan Viona.
"Maksud lo?" Viona masih menangis tersedu-sedu meluapkan semua beban yang ditahannya sedari tadi.
"Gue..., gue udah nyerahin kesucian gue sama seseorang." Eka terkejut dan langsung melepaskan pelukan Viona. Ia memandang serius Viona yang menundukkan wajahnya.
"Lo..., lo serius??" Viona hanya mengangguk.
"Sama siapa?" Viona terdiam sejenak. Eka menaruh kedua tangannya di bahu Viona.
"Siapa cowok brengsek yang udah lakuin itu sama lo? Apa lo diperkosa?" Viona menggeleng.
"Gue gak diperkosa." Eka masih menatap serius gadis itu.
"Lalu, siapa cowok itu?" Viona menarik nafas sejenak dan menatap Eka.
"D-Dio...." jelasnya gugup. Mata Eka langsung membulat sempurna seakan ingin meloncat keluar.
"D-Dio...??? L-lo gak bercanda, 'kan??" tanyanya tak percaya. Viona hanya mengangguk. Eka menggeram kesal. Ia tak terima temannya dinodai layaknya perempuan murahan.
"Lo harus minta pertanggung jawaban dia. Kalau lo gak berani, biar gue sama Netta bantuin ngomong sama dia." Viona menggeleng.
"Jangan, Ka! Dengerin penjelasan gue dulu. Awalnya, gue gak sengaja lihat dia di toilet waktu gue baru keluar. Dia lagi terkena efek obat perangsang. Kayaknya ada yang sengaja pengen hancurin dia. Gue gak tega lihat dia kesakitan dan gue bingung luar biasa saat itu. Dia udah kesakitan banget dan gak sadar nerjang gue. Akhirnya, gue mutusin untuk bawa dia dari sana sebelum ada yang lihat kita. Kebetulan ada kamar kosong di belakang dan gue bawa dia masuk ke kamar itu. Dan akhirnya..., kita ngelakuin itu." jelasnya. Eka menatap iba Viona.
"Lo sadar gak, Vi? Lo udah ngorbanin masa depan lo. Dia bisa bebas keluyuran dan nyari cewek lagi. Tapi lo, bagaimana nasib lo kalau nikah nanti dan suami lo tahu kalau lo udah gak perawan lagi? Apa lo mikir ke sana, Vi?" Viona terdiam sejenak. Air matanya mengalir lagi. Ia teringat kembali akan nasib masa depannya.
"Dia harus tanggung jawab. Meski gak sadar, tapi dia udah merenggut masa depan lo. Stop Vi mikirin orang lain! Lo juga berhak bahagia." Viona menggeleng.
"Gue gak mau dia tahu, Ka. Dia pasti benci gue. Jangan bilang dia, Ka!" mohonnya. Eka memutar matanya kesal. Ia gemas dengan Viona yang lebih memilih untuk menyembunyikan diri seperti pengecut.
"Gimana nanti kalau lo hamil? Apa lo gak mikirin hal itu?" Viona tersentak. Hamil? Ia lupa akan hal itu. Tubuhnya langsung menegang.
"Gue mau tanya. Apa si Dio pake pengaman waktu kalian hubungan?" Viona menggeleng. Ia tak memikirkan hal itu. Pemahamannya tentang seks belum sampai ke sana. Eka menghela nafas sejenak.
![](https://img.wattpad.com/cover/146572887-288-k731067.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Red In The Silence
DragosteSejak pertama masuk SMA, Viona memendam sebuah rasa kepada teman sekolahnya, Dio. Mengamati dan mengagumi dalam diam meski sang pujaan hati tak pernah melihatnya. Mencoba bertahan menjadi sosok tak terlihat, dekat tapi seakan jauh untuk tergapai. Hi...