9. Kawan Baru

4.4K 242 14
                                    

Sudah sebulan lebih ini Viona tinggal di Malaysia. Ini adalah hari pertamanya masuk kampus. Viona mengamati penampilannya di depan cermin. Dress putih selutut dengan motif polkadot ungu tua dan cardigan ungu peach ia rasa cukup dan sopan. Perutnya belum terlihat buncit karena usianya yang baru menginjak dua bulan meski kalau ditekan perutnya akan terasa keras karena tonjolan kecil yang sudah terbentuk. Ia mengelus perutnya.

"Do'ain Mama ya sayang! Hari ini Mama akan menuntut ilmu untuk masa depan kita nanti. Jangan rewel ya, Nak!" pintanya sambil menunduk kepada perutnya. Setelah penampilannya dirasa cukup, ia mengambil tas gendong kecil di atas meja rias dan berjalan keluar kamar.

Viona menaiki lift untuk menuju ke bawah dan berjalan keluar gedung apartemennya. Ia menyetop taksi di depan halaman gedung dan masuk ke dalamnya. Ia memandangi jalanan padat Kota Kuala Lumpur. Jantungnya berdegup kencang dan pikirannya tak berhenti memikirkan apa yang akan ia hadapi nanti di kampus barunya itu. Ia masih asing di sini dan tidak ada teman yang ia kenal yang sama-sama berasal dari Indonesia. Taksi berhenti di depan gedung kampus yang besar. Viona turun dari taksi dan berjalan dengan gugup menuju gerbang kampus. Sudah banyak orang-orang di sana yang pasti sama-sama kuliah dengannya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling yang terasa asing. Ia menjadi bingung sendiri. Ia terus berjalan mengitari pelataran halaman kampus yang luas. Ia pernah ke sini sebelumnya dengan Wildan yang mengantarnya untuk mengikuti serangkaian tes. Ia bersyukur bisa diterima di sini pada akhirnya. Ia melihat seorang gadis yang sedang duduk sendiri di sebuah bangku taman. Ia mencoba untuk menghampirinya dengan maksud untuk mencari teman.

"Hai! Boleh aku duduk di sini?" sapanya kepada gadis itu. Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dibacanya. Dilihatnya Viona yang sedang tersenyum ke arahnya. Ia balas tersenyum.

"Oh, boleh. Silakan!" Viona mengangguk. Ia duduk di sebelah gadis itu.

"Kamu mahasiswi baru juga?" tanya Viona. Gadis itu mengangguk.

"Iya. Kamu?" tanyanya balik. Viona mengangguk.

"Iya, sama. Maaf menganggu, aku belum punya teman di sini. Aku berasal dari Indonesia dan baru pertama ke negara ini." gadis itu mengangguk.

"Sama aku juga. Aku tidak punya teman dekat di sini. Kamu tinggal di mana?" tanyanya.

"Aku tinggal di apartemen tak jauh dari sini. Mungkin sekitar 2 km dari sini." gadis itu mengangguk lagi.

"Oh, iya. Kenalkan, namaku Viona." ucap Viona memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. Gadis itu tersenyum dan menyambut uluran tangan Viona.

"Aku Debora. Aku berasal dari Kota Serawak. Aku baru hari ini datang ke Kuala Lumpur." Viona mengangguk.

"Oh. Apakah kita bisa berteman sekarang?" tanyanya. Debora tersenyum dan mengangguk.

"Iya. Kita berteman sekarang." Viona tersenyum. Ia merasa lega karena ia merasa tidak sendiri dan asing lagi jika ia sudah mempunyai teman dari negara ini.

"Eh, kita ke sana, yuk! Semua calon mahasiswa dan mahasiswi baru disuruh berkumpul." ajak Debora sambil beranjak dari duduknya. Viona mengangguk dan ikut beranjak dari duduknya. Lalu, kedua gadis itu pergi dari sana untuk menuju tempat di mana para calon pelajar baru akan dikumpulkan.

***

Setelah beberapa jam mendengar sambutan demi sambutan serta ceramah dari pihak-pihak kampus untuk menyambut para mahasiswa dan mahasiswi baru, Viona mendesah lega saat suara pidato yang mengakhiri sesi sambutan. Tubuhnya terasa pegal, terutama di bagian perutnya karena kondisinya yang sedang hamil muda. Untungnya anaknya tidak rewel dengan membuatnya mual-mual atau lebih parahnya sampai pingsan. Bisa gawat kalau sampai itu terjadi. Ia melirik Debora di sampingnya.

Red In The SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang