Kejadian beberapa jam yang lalu masih terngiang-ngiang dalam benaknya. Viona duduk termenung di ranjangnya. Sorot ketulusan yang terpancar dari manik hitam lelaki itu sungguh membuatnya tak berkutik. Bagaimana lelaki itu memohon kepadanya membuat pertahanan Viona runtuh sudah.
"Aku berhak untuk bertanggung jawab kepadamu, Viona. Ini semua adalah musibah. Tak ada gunanya untuk diungkit ataupun disesali." Viona merasa ada yang mencubit hatinya kala mendengar penuturan Dio bahwa semua ini adalah musibah. Apa yang mereka lalui malam itu adalah musibah untuk Dio. Meski apa yang mereka lakukan dulu itu tidak benar, tapi Viona melakukannya dengan sepenuh hatinya. Ia rela menyerahkan apa yang seharusnya ia jaga untuk suaminya kelak. Ia merelakan dirinya dinodai oleh lelaki itu dengan cinta yang ada untuknya. Mestinya ia menyadari kalau semua ini akan berakhir tak adil untuknya. Air mata meluncur kembali membasahi wajahnya. Ia merasa rendah dan terhina.
"Apa kamu menyesali itu semua? Apa kamu menganggapku sebagai wanita murahan?" tanyanya sambil menahan sesak di dadanya. Dio menatap Viona.
"Aku tak tahu harus menyesali itu semua atau tidak. Jelas itu adalah hal yang salah untuk kita. Tapi kamu sudah membuatnya berubah, Viona. Dan jangan pernah katakan hal buruk lagi tentangmu! Aku sama sekali tak pernah menganggapmu sebagai perempuan rendah. Ini semua terjadi di luar dugaan kita." Viona mengusap air matanya. Ia berusaha untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dio, tapi apa daya, ia selalu terlihat lemah jika menyangkut tentang lelaki yang ada di depannya saat ini.
"Kamu gak perlu merasa terbebani dengan kami. Kamu tak perlu menikahiku atau mengikatku karena Arvi. Kamu boleh bertemu dengannya dan menyayanginya karena kamu adalah ayahnya. Aku gak bisa menghindari hal itu karena ikatan darah di antara kalian." Dio menggeleng.
"Dia membutuhkan keluarga yang utuh. Kita akan merawat dan membesarkan anak kita bersama-sama. Aku mohon, Viona... Berilah aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya!" Viona menatap ke dalam manik hitam yang memancarkan keteduhan itu. Ada rasa hangat di hatinya kala Dio mengakui Arvi sebagai anak mereka berdua. Ia bisa melihat sebuah permohonan, permintaan maaf, dan ketulusan di sana. Viona tak sanggup melihat itu semua. Mata itu adalah titik kelemahannya.
Viona benar-benar dilema sekarang. Ia senang ternyata Dio menerima anak mereka dan tidak menolaknya seperti dugaannya selama ini. Dio benar, Arvi butuh sosok ayah yang sesungguhnya dalam hidupnya. Sudah cukup putranya menderita karena menerima tekanan dari lingkungan sekitarnya akibat dia tak mempunyai ayah. Tapi ia tak bisa menjalani hidup dengan lelaki yang tak mencintainya sama sekali seumur hidupnya. Viona hanyalah wanita biasa yang menginginkan lelaki yang dicintainya juga mencintainya. Siapa pun tak akan sanggup jika menjalani sebuah ikatan dengan hanya satu pihak yang memiliki cinta, sementara pasangannya tidak bahagia bersamanya. Dio ingin menikahinya karena rasa tanggung jawab, bukan karena dasar cinta. Viona rasanya ingin menangis sejadi-jadinya kala mendapati kenyataan jika lelaki itu tak pernah mempunyai perasaan yang sama dengannya. Bahkan namanya saja Dio tak pernah tahu sebelumnya. Ia hanyalah bayangan tak terlihat selama ini bagi Dio. Mengapa ia merasa takdir ini tak adil untuknya? Ia mencintai lelaki itu, tapi lelaki itu tak pernah melihatnya atau menyadarinya sama sekali.
Ceklek ....
Viona menoleh ke arah pintu kamarnya yang terbuka. Ia melihat sosok putranya dengan piyama tidurnya sambil membawa sebuah buku di tangannya. Bocah itu masuk ke dalam menghampiri ibunya.
"Mama...." Viona tersenyum melihat jagoannya yang mendekat ke arahnya dan duduk di ranjangnya.
"Kenapa jagoan Mama belum tidur? Udah diminum susunya?" tanyanya sambil mengelus rambut hitam putranya. Arvi mengangguk.
"Udah. Alvi mau tidul sama Mama. Pengen dibacain celita." Viona tersenyum.
"Oke. Kamu baringan duluan, ya!" Arvi mengangguk. Bocah itu membaringkan tubuhnya di ranjang Viona. Viona berjalan menuju meja riasnya untuk memakai krim malam terlebih dahulu. Setelah itu, ia ikut membaringkan tubuhnya di samping putranya.
![](https://img.wattpad.com/cover/146572887-288-k731067.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Red In The Silence
RomanceSejak pertama masuk SMA, Viona memendam sebuah rasa kepada teman sekolahnya, Dio. Mengamati dan mengagumi dalam diam meski sang pujaan hati tak pernah melihatnya. Mencoba bertahan menjadi sosok tak terlihat, dekat tapi seakan jauh untuk tergapai. Hi...