Seperti benalu, aku merasa telah mengganggu hidupnya.
Mia Jasmine
***"Ray mau kemana?" tanya Mia ketika melihat Ray memakai jaket. Seperti hendak pergi.
Ray terus memakai jaketnya tanpa menoleh. Setelah selesai memasang jaket, Ray mendekati Mia sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet.
"Lo pake nih, uang gue buat beli makanan. Tinggal aja disini, anggep ini tempat lo sendiri. Sementara lo disini, biar gue nginep di tempat Alvin."
Mendengar itu, membuat hati Mia jadi merasa tidak enak. Ini kan apartemen Ray.
"Masa jadi Ray yang nginep di tempat orang?"
"Santai aja. Kita gak mungkin berdua doang di sini. Lo gak takut gue khilaf?" cowok itu menaik turunkan alisnya.
Mendengar itu, kedua tangan Mia refleks bersilang di depan dadanya.
"Makanya, gue nginep di tempat Alvin. Lo kalo perlu sesuatu, telpon gue aja."
Ray sudah beranjak pergi walaupun Mia masih terpaku.
"Awkward moment banget. Mia nginep di apartemen Ray, tapi Ray malah nginep di rumah orang lain."
🍁🍁🍁
Terdengar suara dentingan kecil dari sebuah lonceng yang tergantung di atas pintu. Para pelayan tersenyum dan menyapa ramah sang pengunjung. Mereka dengan gesit dan cekatan melakukan tugasnya.
Salah satu waiters mengantarkan makanan pesanan Mia. Karna belum makan sejak 24 jam yang lalu, Mia memakan makanan di hadapannya dengan lahap. Setelah piring-piring itu kembali kosong berkat Mia yang telah menyantap habis semua makanan, Mia kembali mengunjungi satu toko yang berada tidak jauh dari restoran itu.
Kini, kakinya membawa dirinya mengunjungi sebuah toko baju wanita. Setelah mengobrak-abrik lemari Ray tanpa izin dari si pemilik, Mia memutuskan untuk membeli baju untuknya sendiri. Sudah tau kan kenapa? Mia ogah pakai baju punya Ray lagi. Ray sama sekali tidak punya baju buat perempuan.
Eh? Ya iyalah!
Mia memilih beberapa pasang baju dan celana, tak lupa dengan beberapa... (dalaman cewek). Mia keluar dari toko itu sambil membawa dua tentengan setelah membayar semuanya. Dia menggunakan uang yang tadi diberi oleh Ray. Tapi dia sudah bertekat, kalau dia hanya meminjam uang Ray, dan akan segera mengembalikan.
Dari kejauhan, beberapa kendaraan seperti mobil dan motor mulai menurunkan kecepatannya. Saat itu, barulah Mia menyebrangi jalanan yang sangat ramai dengan kendaraan yang terus berlalu lalang.
Saat hendak menyebrangi jalan, Mia melihat di kejauhan ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang. Sedang di depannya, ada seorang wanita yang masih berjalan. Mia langsung berlari sekencang mungkin kakinya bisa berlari, agar bisa menyelamatkan wanita yang tidak menyadari bahwa ada mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi.
"Ibu minggir!" teriaknya sambil terus berlari.
Namun wanita itu tetap tidak mendengarnya. Suara di jalanan ini terdengar bising sekali.
"Awas bu, ada mobil!" kali ini dia sudah dekat dengan wanita itu, juga dengan mobil yang hendak menabrak.
Mia mendorong wanita itu, dan tubuhnya akhirnya terserempet mobil."Astaghfirullahaladzim, nak!" wanita itu baru menyadari semuanya.
Tubuh Mia berguling di aspal, dua tentengan terlepas dari tangannya. Wanita itu langsung mendekap tubuh Mia agar berhenti berguling.
"Auwh, sakit" aduh Mia sambil tersenyum membersihkan tangan dan kakinya yang kotor karna debu.
"Ya Allah nak. Maaf ya, saya nggak dengar peringat kamu tadi."
"Iya bu, gapapa. Tapi ibu baik-baik aja kan?" Mia berusaha berdiri, tapi gagal karna merasa sakit dan ternyata lututnya berdarah.
"Lututmu luka! Lihat itu, kedua lenganmu juga lebam. Biar saya bawa kamu ke klinik dulu"
Seketika, mereka dikelilingi oleh orang-orang yang sedang ada disana. Wanita itu dibantu dengan yang lain, membawa Mia ke klinik di dekat sana.
"Gimana keadaan kamu?"
"Gapapa kok. Kata dokter cuman luka ringan. Ibu tinggal dimana?" tanya Mia sambil menuruni brankar tempatnya di periksa.
Wanita itu membantu, "Saya disini lagi ngunjungin anak saya. Abis buat ulah dia, makanya mau saya masukin dulu ke rahim lagi."
"Eh?" Mia tertawa, "Hahahaa, ibu ada-ada aja. Emang anak ibu sebesar apa?"
"Di dekat sini dia tinggalnya. Kamu dimana?"
"Mia lagi nginep di rumah temen untuk sementara ini. Tapi orangnya lagi pergi. Ibu mau mampir?" tawarnya.
"Boleh kalau ibu mampir? Itu kan rumah temenmu."
"Temen Mia orangnya baik kok bu, tadi sebelum pergi, dia juga bilang 'tinggal aja disini, anggep ini tempat lo sendiri.' gitu katanya."
"Iyakah? Saya main dulu ke tempatmu ya, kalau gitu."
"Iya ibu, main aja. Ayo ikut Mia!"
Mia menggandeng wanita dengan hijab abu-abu itu menuju apartemen Ray.
Setelah tiba di pintu depan apartemen yang besar berwarna hijau, Mia mendorongnya dan mengajak wanita itu masuk.
"Temen Mia tinggal di apartemen ini, bu."
"Eh, anak saya juga tinggal disini loh!" wanita itu menepuk bahu Mia.
"Oh ya?" mata Mia berbinar mendengarnya, "di lantai berapa? Ayo kita naik lift aja bu, Mia gak kuat kalau naik tangga."
"Di lantai empat."
Mia menarik kembali jarinya ketika hendak menekan tombol 4 pada dinding lift.
"Tetanggaan dong," gumamnya, lalu jarinya menekan tombol.
Tiingg
Lift berdenting dan di atas pintu, sebuah layar kecil memunculkan angka 4. Mereka telah sampai. Keduanya melangkahkan kaki untuk keluar dari lift.
"Eh nak!" wanita itu menarik lengan Mia "temenmu itu, siapa namanya?"
***
Hayoo loh! Bakalan ada apaan nih? 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Kyud Couple
Teen FictionHadirnya yang menyebalkan Senyumnya anggun dan manis Tawanya renyah mampu menularkan kebahagiaan.. Siapa yang tau, sosok ceria seperti Mia Jasmine mampu membuat seorang Ray Hirano mencairkan hatinya yang beku. Proses jatuh cinta paling sederhana di...