15. Gosipin Ray

569 46 1
                                    

Ketika hari-hari gue mulai berubah karna dia...

-Ray Hirano-


***


Ray melihat jam weker di samping bantal. Benda kecil itu belum berdering. Jarum pendeknya menunjuk ke angka 4, dan jarum panjang menunjuk angka 15.

Ray terbangun karna mendengar suara dentingan dari dapur. Seperti sudah ada yang beraktivitas. Saat menuruni kasur, Ray baru ingat kalau ada umi yang sejak kemarin menginap disini. Tadinya dia ingin lanjut tidur, tapi langsung batal ketika mendengar suara tawa seseorang.

Gadis itu...

Suara tawa yang mampu menembus gendang telinga Ray. Berhasil membuat kantuk mereda. Cowok itu dibuat penasaran. Apa yang berhasil membuat gadis itu tertawa bahkan ketika fajar belum tiba?

Ray berdiri sambil bersandar di dinding. Matanya asik menatap dua orang yang sedang berkolaborasi untuk menciptakan hasil karya berupa sarapan yang lezat.

"Mia kamu yang iris bawang-bawang ya," perintah umi.

"Siap umi," gadis itu mulai mengirisi bawang.

Ray menatap dengan takjub kelincahan umi saat memasak. Meskipun usianya sudah tidak lagi muda, umi tetap dapat bergerak gesit. Bagi umi, dapur adalah istananya.

"Eh, mau tau lagi gak?" tanya umi sambil menepuk bahu Mia.

"Mau umi, apa lagi? Mia kemal nih, kepo maksimal!"

"Si Ray itu, keliatannya doang sok cool."

"Hah? Emang aslinya gimana umi?" tanya gadis itu antusias sekali.

"Dia itu dulu, waktu masih jaman SMP, paling seneng dengerin musik dangdut."

Astaga... ah... ternyata... Mereka lagi asik gosip!

"Ih masa sih umi? Gak nyangka, hahaha!"

"Iya beneran! Trus kesukaannya lagi tuh sambil joget-joget gitu."

Ray tak tahan mendengar itu. Apa ini? Kenapa Ray jadi curiga kalau jangan-jangan, umi adalah admin akun lambe turah. Bisa-bisanya dengan senang hati menertawakan anaknya sendiri.

"Umi, lagi bicarain siapa?" suara cowok itu mampu mengejutkan dua insan yang sedang asik bergosip ria.

"Auwh sshhh," Mia yang kaget dengan kedatangan Ray, tak sengaja mengiris jarinya.

"Ya ampun, nak. Kamu kenapa?" tanya umi khawatir sekali.

"Yang diiris itu bawang, bukan jari!" suara cowok itu terdengar begitu menyebalkan di telinga Mia.

Keduanya menoleh bersamaan menatap Ray.

Cowok itu berjalan menghampiri, lalu mendorong bahu Mia agar bergeser, "gue aja yang bantuin umi."

Kaki Mia bergeser beberapa langkah, "Biasa aja kali!" Mia menyipitkan kelopak matanya.

"Obatin dulu deh itu lukamu, nak. Ray kasih tau dimana kotak P3K. Biar umi yang lanjutin masaknya."

Mia masih meringis kesakitan sambil meniupi jarinya, berharap darahnya segera berhenti menetes. Tiba-tiba, sebuah jari telunjuk mendorong keningnya dan membuat wajahnya menengadah ke atas.

"Ap---" belum selesai kalimat Mia yang ingin bertanya dengan apa maksud Ray, cowok itu malah memajukan wajahnya sambil membulatkan bibir.

"Fuuuhh"

"Oh My God!!" Mia mengerjap-kerjapkan matanya, "Ray, jigong lo masuk semua ke mata gue!!" teriaknya sambil mengejar Ray yang sudah kabur duluan.

🌻🌻🌻

Sebuah motor menepi di pinggir jalan. Tepat di ujung gang, kurang lebih sekitar 200 meter lagi untuk tiba di sekolah.

"Lo yang turun atau gue?"

"Ray aja. Biar Mia yang bawa motornya. Mia bisa bawa motor kok!"

"Tapi ini motor cowok! Lo bisa kopling?"

"Enggak," katanya sambil menggeleng lemah.

"Yaudah berarti lo yang turun. Cepetan! Keburu ada yang liat."

"200 meter masih jauh loh Ray," cewek itu memanyunkan bibirnya. "Lagian emang kenapa sih kalo ada yang liat? Ray tuh harusnya bersyukur bisa berangkat sekolah bareng cewek secantik Mia."

"Cantik itu kata orang. Bukan kata diri sendiri. Turun." Ray menggoyangkan motornya.

"Aduh aduh, Ray nanti jatuh ih."

"Makanya buruan turun!"

"Iya iya Mia turun. Dasar nyebelin!"

Tidak menghiraukan Mia, cowok itu malah bersiap untuk segera melajukan kembali motornya.

"Ray!"

"Apa?" jawabnya singkat sambil menoleh sekilas.

"Mia sumpahin, Ray jadi suka sama Mia."

Cowok itu berdecak sambil tersenyum sinis. "Sekarang hari senin. Sumpahan lo gak bakal manjur. Yang ada bakalan kena ke diri lo sendiri."

"Ssshhh," Mia mengangkat tangannya yang terkepal. Berniat untuk menjitak cowok di depannya itu.

"Yaudah kalo gitu, hari jumat Mia sumpahin lagi."

"Serah!"

Tepat setelah bilang kata itu, dia langsung pergi. Meninggalkan Mia yang sibuk mengeluarkan sumpah serapah dari bibir manisnya.

"Dasar cowok aneh. Cowok-cowok lain pada suka sama Mia, gombal-gombalin Mia, dia malah sok jual mahal gitu. Cowok dingin, cuek, ngeselin, ganteng lagi. Ah elah, kenapa Ray harus ganteng sih? Mia kan takut jadi suka sama Ray."

Mia berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki. Iyaa, sambil ngoceh-ngoceh juga. Gak ngerti deh sejak kapan dia jadi seperti ini. Bahkan malunya sudah tiada. Lihat dia sekarang, menjadi pusat perhatian abang-abang ojekan yang lagi mangkal. Bukan cuma abang ojekan, tapi abang nasi kuning, bubur ayam, juga mpok-mpok nasi uduk. Mungkin batin mereka berkata, "sayang ya, masih muda padahal. Mana cantik. Tapi gitu."

Tintintin!!!

Mia menoleh ke sumber suara. Ada sebuah motor yang menepi di sebelahnya.

"Mau ikut bareng?" orang itu memberikan tawaran tumpangan untuk Mia.

"Bentar, Mia mikir dulu ya," sepertinya Mia belum pernah melihat cowok itu sih.

Mia mengalihkan pandangan. Tangan kanannya memegang dagu, berlagak seperti orang yang sedang berpikir.

"Kalau Mia mau, nanti dikata Mia cewek gampangan. Ih ogah! Tapi kalau Mia nolak, nanti Mia nyampe sekolah bisa-bisa keringetan seember karna capek jalan. Trus nanti Mia jadi gak cantik lagi. Apalagi kalau nanti Mia keringetan terus bau ketek! Aahh, bisa-bisa Ray makin gak ngakuin kecantikan alami Mia. Eh tapi kan, tetep aja, Mia gak kenal sama cowok ini."

"Buset dah. Lama amat mikirnya," cowok itu mengejutkan Mia yang sedang berpikir.

"Masih mikir tau!"

"Yaudah kalo gak mau tinggal bilang. Ngapain gue nungguin lo mikir?"

"Duh gimana nih? Mau aja deh ya? Lumayan diboncengin cowok ganteng. Ganteng loh dia. Keren lagi motornya. Astaghfirullah! Mia kok nilai orang dari penampilannya sih?
Yaampun wajarin napa! Mia kan perempuan biasa yang normal."

"Lama ah! Gue cab--"

"Eh iya tunggu, Mia ikut!" putusnya segera, daripada nolak rejeki.

Mia langsung menaiki motor cowok yang belum dikenalnya itu. Yang dia tau, cowok itu satu sekolah dengannya. Kok Mia bisa tau? Mia peramal ya?

Bukan!

Mia tau dari seragam sekolah yang dia pakai. Soalnya samaan sama yang dipakai Mia.


***

Kyud CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang