Umi cantiq
Bang, tolong jemput Umi di terminal ya. Umi mau minta antar ke tempat kakak kamu.⭐⭐⭐
Ray baru saja keluar dari apart Mia dan ponselnya bergetar. Setelah membukanya, ternyata ada sebuah pesan masuk yang berasal dari Umi. Sebelumnya tidak ada kabar apapun dari sang Umi jika hendak menuju Jakarta.
Ray
Dijemput kapan, Mi?Umi cantiq
Abang jalan sekarang boleh deh. Sebentar lagi Umi juga sampai kok.Ray
Hah, seriusan sekarang? Kok Umi gak bilang-bilang dulu? Emang ada apa ke tempat kakak?Umi cantiq
Abaangg! Berangkat jemput Umi dulu bisa? Nanti baru boleh nanya sepuasnya.Ray
Laksanakan Umi:)Tanpa berlama-lama lagi, Ray langsung bergegas mengambil kunci mobil di apartmennya. Belum terlalu malam. Ray mengendarai mobil yang sangat jarang dia gunakan. Biasanya kalau pergi kemana-mana, Ray lebih suka pakai kendaraan roda dua miliknya. Tapi karna khawatir nanti Umi jadi masuk angin, lebih baik dia pakai saja mobil itu.
Sebenarnya Ray sangat penasaran dengan maksud dan tujuan Umi yang tiba-tiba datang ke kota ini. Malam-malam begini lagi. Sepenting itukah?
Beberapa menit kemudian, akhirnya tiba di tempat tujuan. Dia menepikan mobil di area parkir terminal. Lalu mencari keberadaan Umi. Tidak membutuhkan waktu lama, Ray sudah melihat sosok Um
mi yang sedang berdiri menunggu dirinya."Umi!" panggil Ray sambil melambaikan tangan saat masih berada di kejauhan.
Melihat putra kesayangannya sudah tiba, Umi berjalan mendekat sambil membawa tas pakaian yang tidak terlalu besar.
"Sini biar Ray aja yang bawain," ujar Ray seraya mengambil tas yang ada dalam genggaman tangan Umi. Lalu cowok berparas tampan itu menyalami tangan Umi.
Ray menuntun Umi agar mengikutinya menuju mobil yang dia parkirkan tidak jauh dari tempat itu.
"Kita langsung ke tempat kakak?" tanya Ray setelah kendaraan roda empat yang di kemudikannya keluar dari kawasan terminal.
"Iya bang."
"Umi kenapa dadakan banget? Kenapa gak besok pagi aja berangkatnya, biar naik kereta aja gitu."
"Kelamaan. Umi ada perlu sama kakak kamu."
Melihat dari cara bicara Umi, sepertinya hanya perlu pada salah satunya, bukan ketiganya.
"Siapa? Kak Via? Kak Vio? Atau Kak Vei?"
Astaga. Risih rasanya mendengar dirinya memanggil ketiga manusia menyebalkan itu dengan panggilan 'Kak'. Ray memang wajib membahasakan ketiganya dengan panggilan tadi saat di depan Umi atau Abi. Karna orang tuanya tidak akan segan untuk mendepak Ray dari keluarga jika tidak mau mentaati peraturan itu.
"Kak Via. Semalaman gak pulang itu anak katanya. Terakhir Umi dengar lagi pacaran sama duda anak satu. Makanya Umi gak bisa tunda lagi buat datang ke sini."
Ray hanya diam mendengarkan. Selain itu, fokusnya sedang terbagi. Dia merasa ada yang mengikuti mobil sejak keluar dari terminal. Jarak pengikut itu semakin dekat. Hingga mobilnya berdampingan dengan mobil itu. Tak butuh waktu lama, Ray sudah mengenali mobil yang sejak tadi mengganggu konsentrasinya. Ray semakin hati-hati melajukan mobil.
Mobil Devan...
Merasa ada yang berbeda dengan cara kemudi Ray, Umi bertanya, "kenapa bang? Kok begini nyetirnya?"
"Ada yang gangguin kita, Mi. Dari tadi ngikutin terus. Sekarang malah mau nyalip, gak tau apa maksudnya."
"Eh, mobil sebelah itu, bang?"
"Iya, Mi."
"Mobil itu kan, yang waktu itu mau nabrak Umi. Tapi malah Mia yang kena serempet"
"Mobil model begitu, kan, banyak Mi di sini."
"Umi inget banget bang sama mobilnya. Umi gak salah. Mobil itu yang waktu itu mau nyelakain Umi."
Umi tetap bersikeras dengan ingatannya. Tidak perlu dijelaskan berkali-kalipun Ray sebenarnya sudah percaya. Dia sudah hafal dengan tabiat Devano Arka. Hanya saja, Ray ingin memastikan.
Ray agak terusik. Apalagi setelah tau Devan pernah punya niat untuk mencelakai Uminya. Ah tapi tetap saja, Ray ingin tertawa tepat di depan wajah si playboy itu. Menertawakan betapa kampungannya seorang Devan, melakukan hal-hal psikopat untuk menyakiti musuhnya.
Tapi Ray tidak ada waktu untuk meladeni cowok itu. Dari dulu dan selamanya akan begini. Selagi Devan belum menyakiti orang yang dia sayang, Ray tidak akan pernah melawan Devan.
Anggap saja makhluk playboy itu adalah orang gila.
"Umi pegangan ya, siap-siap!" ujar Ray memberi peringatan pada Ummi.
"Siap-siap apaan bang? Kamu mau ngapa--"
Belum selesai kalimat itu, Ray sudah menginjak rem hingga membuat mobilnya mengurangi kecepatan secara tiba-tiba. Tepat saat itu mobil Devan tengah melaju semakin kencang dan hendak menyalip mobil Ray. Beruntung jalanan malam ini sangat sepi, membuat Ray punya kesempatan untuk memutar arah untuk melewati jalan lain saja.
Setelah berhasil memutar arah, dan beralih pada jalur lain, di balik jok di samping pengemudi, Umi menghembuskan nafas tertahan sambil beristighfar.
"Maaf, Mi. Umi gak mau kan, kalau Ray sampai adu jotos sama pengemudi tadi."
"Ya gak mau. Tapi tindakan kamu tadi bahaya sekali bang!" tangan Umi terangkat dan menjewer telinga kiri Ray. Tidak terlalu kuat.
"Ray udah liat situasi kok. Ray juga gak akan sembarangan seperti tadi kalau kondisi jalanan rame, Umi."
Akhirnya Umi melepaskan jeweran pada telinga Ray.
"Ngomong-ngomong, Mia masih tinggal sama abang? Sekarang Mia apa kabar? Sehat-sehat aja kan, anak itu? Kangen Umi sama dia."
Umi kembali membuka percakapan setelah hening beberapa saat.
"Udah enggak. Dia sehat."
"Trus sekarang tinggal di mana? Orang tuanya udah balik?"
"Belum. Tinggalnya gak jauh kok Mi, dari apart Ray."
Ray tidak menjelaskan kalau Mia hanya pindah di pintu sebelah.
"Yaudah Umi titip salam aja ke Mia ya. Umi juga gak tau bisa ketemu Mia lagi kapan."
"Umi kapan mau nginap di apart Ray?" Ray berniat ingin memberi kejutan, teringat Uminya yang sangat dekat dengan Mia. Ray bahkan curiga Umi menyayangi Mia seperti anak kandungnya sendiri.
"Sepertinya setelah ngurus ketiga kakak kamu itu, Umi langsung mau bawa mereka pulang aja bang."
"Hah? Mereka mana mau?"
"Mau tidak mau. Umi sama Abi baru mengizinkan mereka keluar dari rumah kami setelah ada yang meminangnya. Mereka itu kan, anak perempuan bang."
"Untung Ray cowok."
"Ingat ya bang, sebagai laki-laki kamu dilarang keras buat main-main sama perempuan. Jangan mentang-mentang kamu laki-laki bisa seenaknya aja. Justru sebagai laki-laki itu, harus bisa jaga satu wanita. Satu loh bang! Gak semua wanita boleh kamu jaga. Makanya tentukan dulu wanita mana yang mau kamu jaga."
Yaampun. Tuh kan malah dapat kultum dari Umi.
"Iya Umi siap."
...................................⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Kyud Couple
Teen FictionHadirnya yang menyebalkan Senyumnya anggun dan manis Tawanya renyah mampu menularkan kebahagiaan.. Siapa yang tau, sosok ceria seperti Mia Jasmine mampu membuat seorang Ray Hirano mencairkan hatinya yang beku. Proses jatuh cinta paling sederhana di...